Chapter 2 - BAB 1

Beberapa hari sebelum pernikahan berlangsung Bu Risma dan Pak Anwar sudah mengingatkan Nurdin kalau pernikahan nya itu harus menjadi kanya dirinya semakin berbakti pada orang tua nya yaitu Bu Risma dan Pak Anwar.

Bu Risma dan Pak Anwar pun menanamkan pada diri Nurdin kalau mertua Nurdin yaitu orang tua Tania adalah orang asing yang jangan terlalu dipentingkan apalagi diberikan perhatian lebih.

"Nur, pokoknya Mamah tidak mau kehilangan waktu kamu, tenaga kamu, semuanya dari mu pada kami. jangan sampai orang tua Istrimu nanti mendapatkan perhatianmu sedikitpun, paham!" ujar bu Risma menasihati anaknya.

Nasihat yang kurang baik itu diberikan pada anaknya yang akan menikah. Nurdin hanya mengangguk nganggukan kepalanya tanda mengerti maksud dan keinginan orang tuannya.

Kecintaan Nurdin pada Tania awalnya di tentang oleh orang tuanya karna mereka tidak mau Nurdin meninggalkan mereka dan mementingkan istri dan keluarganya nanti, namun Nurdin berhasil meyakinkan mereka dengan setengah memohon sehingga setujuhlan orang tua Nurdin untuk menikahkannya dengan Tania wanita pujaan hatinya itu.

---

"Saya terima nikah dan kawinnya Tania Aurelia Binti Bagas Pranoto dengan mas kawin perhiasan emas 10 gram dan perlengkapan sholat dibayar tunai," suara Nurdin lantang.

"Bagaimana saksi sah?" tanya pak penghulu.

"SAH...SAH...," kompak para saksi menyatakan sahnya pernikahan Tania Aurelia dengan Nurdin.

Terlihat jelas orang tua Tania yaitu Bu Ani dan Pak Bagas menangis melihat buah hati mereka anak semata wayangnya menikah, antara perasaan haru dan sedih melepaskan anaknya untuk berumah tangga.

Acara demi acara pernikahanpun dilaksakan dengan adat sunda yang kental dikeluarga Tania. Setelah semua selesai keluarga Nurdin berpamitan untuk pulang kembali ke Bandung.

Bu Ani pun sibuk menyiapkan makanan-makanan yang akan di berikan pada besan barunya itu berbagai makanan lezat sudah disiapkan Bu Ani untuk memberikan penghormatan pada besan barunya.

"Terimakasih Pak Anwar dan Bu Risma sudah mendukung terlaksanakannya acara pernikahan anak-anak kita, terimalah pemberian alakadarnya ini semoga pemberian ini bisa menjadi salah satu bukti rasa hormat dan sayang kami sebagai orang tua Tania pada keluarga Bapak dan Ibu," ucap Pak Bagas bijak.

"Sama-sama Pak Bagas dan Bu Ani kami juga sangat berterimakasih atas terselenggaranya pernikahan anak kami Nurdin, nanti jangan lupa datang ke Bandung dan minggu depan di Bandung juga keluarga Nurdin akan mengadakan acara munduh mantu jangan lupa hadir ya," kata Bu Risma senyum penuh arti.

"Iya Bu pasti kita hadir ke sana kami pasti datang iya kan Pak," jawab Bu Ani tersenyum ramah sambil melirik Pak Bagas.

"Iya pasti kami usahakan bisa datang ke Bandung," tambah Pak Bagas.

"Baiklah sekarang kami berpamitan dulu," kata Pak Anwar.

Keluarga Nurdin pun berpamitan untuk melanjutkan pulang menuju tempat asalnya. Rombongan berjumlah dua puluh orang itu segera pulang.

---

"Mas, aku senang akhirnya kita bisa menikah setelah dua tahun lamanya kita berjauhan karna harus menjaga diri kita dari maksiat," kata Tania.

"Iya Dek Alhamdulillah kita bisa menikah dan bisa bersama membangun rumah tangga, semoga saja rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang sakinah, mawwadah, dan warrohmah," papar Nurdin.

"Aamiin yaa Allah... semoga diijabah ya Mas doa- doa kita," jawab Tania dengan senyum mengembang.

"Aamiin Yaa Allah... oh ya Dek gak apa-apa ya nanti kita ngontrak dulu di sana karna Mas belum terkumpul uang untuk membeli rumah, mudah-mudahan ke depannya kita bisa membeli rumah yang mewah ya Dek," kata Nurdin.

"Iya gak apa-apa Mas, yang penting kita bisa bersama aku sudah sangat senang sekali," jawab Tania.

Mereka pun mengakhiri percakapan mereka dengan beranjak naik ke atas tempat tidur dan melakukan hubungan suami istri dengan senyum terkembang dan gairah berhubungan untuk pertama kalinya penuh kenikmatan dan penuh rasa syukur yang tiada hingganya setelah mereka menahan diri utuk menjaga diri dari perbuatan zinah dan sekarang apa yang di haramkan menjadi halal dan bernilai ibadah.

---

Pagi ini mereka sudah mulai membuka kado-kado dan amplop undangan dari para tamu yang berdatangan selama acara. Tampak Rini yaitu adik dari Tania sangat bergembira membuka kado-kado itu, ketika membuka satu kado berbungkus kertas kado warna pink ternyata isinya boneka beruang cantik,

"Wah bagus sekali ini, Kak ini boleh buat aku ya," pinta Rini.

Tania melirik boneka beruang warna pink yang cantik itu ukurannya juga lumayan besar diliriknya nama dibungkusan kado itu ternyata Rusdi, dia adalah orang yang sangat mencintai Tania namun cintanya tak berbalaskan. Tania menghela nafas panjang ia ingat betul bagaimana Rusdi berjuang mendapatkan cintannya namun jodohnyalah Nurdin, Tania merasa kalau ia sudah semakin dewasa dengan di tutupnya masa remaja dengan pernikahan.

"Iya gak apa-apa buat kamu saja Rin," jawab Tania.

"Terimakasih ya Kak," kata Rini seraya mencium pipi Tania dan memeluknya erat.

"Iya," jawab Tania.

Nurdin tersenyum kecil memperhatikan tingkah kakak beradik itu, memang di keluarga Tania semua saling menyayangi dan menghormati karna Pak Bagas dan Bu Ani adalah orang tua yang sangat mencintai ke tiga anak mereka itu sehingga mereka terbiasa dibesarkan dengan limpahan kasih sayang orang tua.

"Tania, Rini, dan Nak Nurdin hayu kita makan dulu," kata Bu Ani.

"Baik Bu," jawaban mereka kompak.

mereka pun segera menghampiri meja makan yang sudah tersedia anekan makanan lezat sisa kemarin hajatan karna masih banyak lebihnya itu meski sudah dibagikan pada sanak saudara dan tetangga, makanan yang tersaji ada semur daging sapi, sayur sop, capcai, sambel ati kentang, sambal dan lalapan juga ada ditambah kerupuk udang penambah citra rasa enak untuk makan banyak.

"Duh pengantin baru makannya juga sepiring berdua," kata Kak Rosa yaitu kakak dari Tania mengagetkan pengantin baru yang sedang asyik makan sepiring berdua itu.

"Eh iya dong Kak, aku juga ga mau kalah sama Kakak dan Mas Bara yang biasa makan sepiring berdua meski sudah pengantin bari," jawab Tania.

Akhirnya semua yang mendengar tertawa riang menambah keakraban yang kental di keluarga besar Tania ini.

"Oh ya Kak Rosa dan Mas Bara hari ini mau pamit pulang dulu," kata Mas Bara.

"Yah sepi dong rumah," jawab Rini tampak sedih.

"Iya Nak tidak apa-apa, Alhamdulillah acara pernikahan adikmu pun sudah selesai," jawab Bu Ani menjawab perkataan Rosa.

"Kapan-kapan kita pasti kumpul lagi," kata Rosa menenangkan Rini yang tampak sedih.

Akhirnya satu demi satu sanak keluarga yang lainnya pun ikut berpamitan pulang.