Wajah Laura pucat, tidak terlihat baik sama sekali. Menatap lekat wanita yang baru saja memasuki rumah mertuanya barusan. Menatapnya acuh seperti tak peduli dengan kedatangannya sebagai pengantin baru di rumah keluarga Suseno yang terhormat.
Ibu mertuanya memperkenalkan Laura secara langsung dengan istri lain Gala yang baru sah menjadi suaminya dua jam yang lalu. Membuatnya hancur dan merasa seperti sudah ditipu mentah-mentah oleh keluarga suaminya itu.
Datang meminta dirinya kepada kedua orang tuanya di rumah yang langsung menyetujui tawaran pernikahan mereka tanpa mengatakan alasan yang jelas. Ibu Laura yang matre jelas kalap melihat uang sekoper ada di depan matanya. Menyetujui pernikahan yang sama sekali tidak Laura ketahui tiga hari sebelum hari H.
Parahnya ternyata Laura bukan hanya menjadi istri kedua dari pria yang terlihat tak peduli dengan kehadirannya di rumah itu. Ada satu perempuan lagi yang sebelumnya pernah menjadi istri pertama Gala. Berakhir berpisah karena sifatnya yang buruk dan suka menghambur-hamburkan uang. Memilih bercerai atas keputusan Nyonya Nari, ibu Gala.
Tak ada yang bisa dilakukan Laura. Gadis itu hanya bisa meneteskan air matanya saat ibu mertuanya menjelaskan status Gala yang sebelumnya dia kira seorang bujang, atau paling buruk duda dan sekarang semua jelas di hadapannya.
Ingin rasanya Laura membatalkan pernikahan itu. Toh dirinya sama sekali belum melakukan hubungan badan dengan suaminya itu. Dia juga memiliki alibi yang kuat untuk membuat pernikahan mereka menjadi tidak sah di mata hukum negara. Merasa di tipu dan di paksa oleh orang-orang yang seperti ingin menjebaknya itu.
"Kenapa ibu tidak mengatakan semua ini dari awal? Ini tidak adil untukku. Aku akan mengatakan semua kebohongan kalian kepada kedua orang tua ku agar membatalkan pernikahan ini!" terang Laura berdiri dari sofa tempatnya berunding dengan keluarga Suseno yang seperti sedang menghakiminya. Menatap benci wajah-wajah di depannya yang hanya diam tak mampu menjawab ancaman Laura.
"Kedua orang tuamu sudah tahu semua ini, Nak. Mereka bahkan tidak mempermasalahkannya," ucap ayah Gala menahan Laura yang hendak pergi ke kamarnya. Semakin tercengang dengan kenyataan orang tuanya yang terlibat untuk menipunya.
Padahal kedua orang tua Laura tidak pernah berbuat macam-macam selama ini. Mereka nampak bahagia meski hidup dalam kekurangan. Hanya mengandalkan uang dari hasil panen ladang yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan seadanya. Tidak pernah memiliki sifat buruk dan sangat menyayangi putri mereka satu-satunya itu. Membuat Laura merasa apa yang diucapkan ayah mertuanya seperti lelucon yang sama sekali tidak lucu.
"Tidak mungkin! Ayahku bukan orang seperti itu. Dia tidak mungkin membohongiku!" sanggah Anna mulai banjir air mata di pipinya. Menaikkan nada suaranya meski berada di rumah mertuanya.
Nyonya Nari tersenyum sengit. Berdiri tegap menghadap Laura dengan tangan terlipat siku seolah menantu barunya yang tidak tahu diri. "Tanyakan saja pada orang tuamu itu! Mereka bahkan tidak menolak ketika aku memberikan banyak uang untuk membelimu!" tegas ibu mertua Laura blak-blakan. Menantang Laura yang semakin terpukul dengan kenyataan hidupnya.
Tak ada pembelaan sedikitpun dari Gala. Dia hanya duduk diam sambil memegangi ponselnya yang terus menyala. Tak peduli jika istri barunya itu mati bunuh diri sekalipun. Membuat Laura berpikir keras, bagaimana suaminya itu menjalani kehidupan yang begitu berantakan dan masih bisa bersantai seperti tanpa beban sama sekali.
"Sudahlah Nak, terima takdirmu. Toh Meta juga tidak akan peduli dengan keberadaanmu. Dia sudah sangat lama tidak berhubungan intim dengan Gala. Mereka memang menikah tapi bukan seperti pasangan suami istri," jelas Tuan Suseno menasehati Laura dengan lembut. Tidak tega melihat menantunya yang kecewa dengan pernikahan yang berawal dari dusta itu.
Gala yang merasa namanya disebut oleh ayahnya merasa jijik dengan ucapan Ayahnya yang seperti sengaja mengusik privasinya. Membuatnya seketika menyimpan ponselnya ke saku celana panjangnya dan langsung berdiri dari tempatnya duduk. Melewati Laura yang sama sekali tidak di liriknya sedikit pun menuju kamarnya.
"Kenapa kau hanya diam? Kenapa kau tidak berniat membantuku membatalkan pernikahan ini? Apa kau sama dengan mereka semua!" teriak Laura menangis pecah. Merasakan getirnya pernikahan yang baru dia dayung menuju lautan. Meminta Gala untuk membuka suara, atas perasaannya yang pasti sama dengan Laura. Pahit.
"Tidak ada gunanya menangis. Lakukan tugasmu sebagai istri dan jangan membuat masalah semakin rumit. Hidupmu akan baik-baik saja!" ucap Gala dengan tatapan datar. Melanjutkan langkahnya menuju kamar mereka.
Satu persatu orang yang ada di ruangan keluarga itu pun pergi meninggalkan Laura sendiri. Meratapi nasibnya yang begitu buruk. Berusaha menghubungi keluarganya di rumah namun malah berakhir mengecewakan. Ibu tirinya malah memaki-maki Laura. Memintanya untuk tidak bertingkah sama seperti yang diucapkan oleh suaminya sebelumnya.
Ibunya memang selalu seperti itu. Di depan ayahnya dia selalu baik terhadapnya dan jika ayahnya pergi Laura bak musuh yang harus dihindari olehnya. Sifatnya memang tidak terlalu jahat, hanya saja Laura tidak menyangka ibunya itu tega melakukan semua ini kepadanya. Meyakinkan suaminya untuk melepaskan Anna kepada keluarga Suseno.
Laura pasrah. Membayangkan dirinya harus berbagi ranjang dengan wanita lain setiap malam membuat dadanya sesak. Bahkan di malam pertamanya sekarang, Gala sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya di kamar mereka. Membuat Laura berada di dilema panjang semakin kuat ingin mengurus pembatalan pernikahan besok ke kantor urusan agama. Tak sudi menjadi budak Gala yang mungkin hanya menginginkan dirinya melayani nafsunya saja.
Tubuh Laura yang begitu lelah setelah seharian menjadi pengantin sehari akhirnya terlelap. Matanya terpejam dengan begitu mudah. Hingga sebuah tangan terasa hangat menyentuh kakinya dengan lembut. Beralih menyentuh dadanya perlahan. Sadar itu bukan mimpi Laura langsung membuka matanya lebar-lebar. Menjerit sekuat tenaga saat sesosok tubuh terlihat asing berada di atas tubuhnya.
"Siapa kau! Apa yang kau lakukan! Tolong!" teriak Laura kencang mendorong tubuh pria itu cepat dari hadapannya. Membuat pria itu seketika terpelanting ke sisi kasur yang lenggang.
"Ayolah sayang, kau pasti babu baru di rumah ini bukan? Kau tidak perlu malu padaku. Kita akan bersenang-senang sekarang," Ucap pria itu sambil tertawa terkekeh. Menatap Laura dengan wajah penuh nafsu.
Aroma alkohol menyeruak kuat keluar dari mulut pria muda itu. Memperlihatkan seberapa mabuk dirinya yang terus meracau meminta Laura untuk berhubungan badan dengannya.
"Kau gila! Pergi dari kamarku!" Teriak Laura lagi. Berharap Gala atau siapapun ada di sana untuk membantunya yang semakin ketakutan. Tak bisa membiarkan pria itu membantingnya ke kasur. Menghimpit tubuhnya dengan pelukan erat.
Tak butuh waktu lama semua penghuni rumah menyeruak masuk ke dalam kamar itu. Gala yang melihat adik lelakinya mencoba memperkosa istrinya langsung melayangkan tinju bertubi-tubi ke wajah Raka. Membuatnya tak berdaya dan meringkuk menahan memar di wajahnya yang membengkak.