Chereads / Waktu Penantian / Chapter 18 - Kisahnya Part 3

Chapter 18 - Kisahnya Part 3

Ta'aruf sudah di jalani oleh Zuhri dan Vira. Anin pun setuju jika Vira menikah lebih dulu.

Namun Vira merasa tidak enak hati dengan Kakaknya. Namun karena permintaan Kiai dan para keluarga akhirnya pernikahan terjadi.

Pernikahan adalah ikatan dua manusia menjadi satu, dalam ikrar dan janji.

Setelah selesai acara pernikahan magrib tadi, mereka solat isya' di masjid. Dengan pengertian Zuhri mengambilkan air untuk berwhudlu istrinya.

"Semoga aku bisa menjadi istri yang baik," kata Vira.

"Aamiin. Vira ... aku belum bisa menafkahimu. Aku sudah ada sedikit tabungan dari pekerjaan. Hanya saja aku ingin menafkahimu dari jeri payahku. Sabarya ...." Zuhri menggenggam tangan Vira. Terlihat cahaya penuh cinta. "Jujur saja selama jadi dokter untuk pondok pesantren, saya hanya meminta mereka memberi seiklasnya. Semoga berkah ya. Aamiin."

"Aku bahagia ... liindana. (Karena di sampingku.)"

"Ah ... hatiku. Hu ...." Zuhri sangat bahagia mendengar Vira mengatakan itu, meletakkan tangan Vira di tempat detak jantung yang terus berdegup cepat, sambil terus menatap seakan dunia milik berdua.

"Belajar dari Tokoh wanita ahli surga. Sungguh sweet buah delima dari Sayyidina Ali." Tiba-tiba Vira mengatakan itu.

"Cinta yang sangat menerima dalam keadaan apapun. Tapi lupa ... bisakah istriku menceritakan?" tanya Zuhri. Vira tersenyum. Keduanya berjalan pelan menikmati malam.

"Baik, mari kita ambil hikmahnya. Dikisahkan oleh Ka'ab bin Akhbar.

Ketika Siti Fatimah Az Zahra, Puteri Rasulullah SAW, yang juga merupakan istri  dari Sayidina Ali bin Abi Thalib sakit, ia ditanya oleh Sayidina Ali,  "Wahai Fatimah, adakah engkau menginginkan sesuatu?"

"Wahai Suamiku, aku ingin sekali buah delima," jawabnya.

Sayidina Ali termenung, ia tidak memiliki uang sedikitpun. Namun, ia segera berangkat dan berusaha untuk mencari uang satu dirham untuk mendapatkan buah delima yang diinginkan isterinya itu. Akhirnya Sayidina Ali mendapatkan uang itu dan kemudian ia pergi ke pasar untuk membeli buah delima dan segera kembali pulang. Namun di tengah perjalanan menuju rumahnya, tiba-tiba ia melihat seseorang yang tengah terbaring sakit di tepi jalan, maka Sayidina Ali pun berhenti dan menghampirinya.

"Wahai orang tua, apa yang diingini oleh hatimu?" tanya Sayidina Ali.

"Wahai Ali, sudah lima hari aku terbaring sakit di tempat ini, banyak orang berlalu, namun tak ada seorang pun dari mereka yang bertanya tentangku. Aku ingin sekali makan buah delima. Jika aku makan buah delima, rasanya sakitku bertambah baik," jawab orang tua tersebut.

Mendengar jawabannya, Sayidina Ali terdiam, sambil berkata dalam hati, "Buah delima yang hanya satu buah ini, sengaja telah aku beli untuk Istriku, kalau aku berikan kepada orang ini, pasti Fatimah akan sedih. Namun jika tidak aku berikan artinya aku tidak menepati firman Allah SWT, "Terhadap si pengemis, engkau janganlah menghardiknya." (QS. Al-Dhuha:10).

Juga sabda Nabi Muhammad SAW, "Janganlah sekali-kali engkau menolak pengemis, sekalipun ia di atas kendaraan."

Maka kemudian Sayidina Ali membelah buah delima itu menjadi dua bahagian, separuh untuk orang tua itu dan separuh lagi untuk Siti Fatimah. Selepas makan buah delima yang separuh itu, orang yang sakit itu berkata "Sakitku ini telah baik, namun jika aku makan separuh lagi, niscaya aku boleh berjalan dan bekerja." Mendengar kata-kata lelaki itu, Saidina Ali pun memberi separuh lagi delima itu.

Sesampai di rumah ia menceritakan peristiwa itu kepada Istrinya, dan Siti Fatimah berkata kepadanya,

"Wahai Suamiku, kenapa engkau bersedih, demi Allah SWT yang Maha Perkasa dan Maha Agung, ketika engkau memberikan buah delima kepada orang tua itu, maka puaslah hatiku dan lenyaplah keinginanku pada buah delima itu."

Mendengar kenyataan Istrinya itu Sayidina Ali merasa sangat gembira.

Tidak lama kemudian datanglah seorang tetamu yang mengetuk pintu, lalu Sayidina Ali berkata, "Siapakah Tuan?"

"Aku Salman Al Farisi," jawab orang yang mengetuk pintu itu.

Setelah pintu dibuka, Sayidina Ali melihat Salman membawa sebuah wadah tertutup, dan diletakkkan di depan Sayidina Ali, lalu Sayidina Ali bertanya, "Dari manakah wadah ini wahai Salman?"

"Aku menghantarkannya untukmu dari Allah SWT melalui perantaraan Rasulullah SAW," jawabnya.

Setelah penutup wadah tersebut dibuka, terlihat di dalamnya ada Sembilan buah delima. Sayidina Ali terus berkata,

"Wahai Salman, jika ini memang untukku, pasti jumlahnya Sepuluh."

Lalu ia membacakan firman Allah SWT,

"Barangsiapa membuat satu amal kebaikan, maka pasti baginya sepuluh kali ganda amalnya (balasannya)" ( Al-An'am : 160 )

Salman Al Farisi pun tertawa mendengarnya, sambil mengembalikan sebuah Delima yang ada ditangannya, seraya berkata, "Wahai Ali, demi Allah SWT, aku hanya sekadar menguji sejauh mana Keyakinanmu terhadap firman Allah SWT yang engkau bacakan sebentar tadi."

Adakalanya, Allah SWT  membalas amal sedekah kita bukan dalam bentuk harta dan uang, tapi dikurniakan kehidupan yang sejahtera dan penuh berkah, anak-anak yang bijak, sholeh dan sholehah, kesehatan yang baik, keperluan yang mencukupi atau sesuatu yang di luar jangkauan pemikiran kita. Ada masanya Allah SWT simpan amalan sedekah kita sebagai pahala akhirat. Sedekah yang ikhlas kerana Allah SWT, sangat tinggi nilainya di sisi Allah SWT. Surah al

Baqarah ayat 261 adalah antara ayat suci alQuran membuktikan kelebihan bagi mereka yang bersedekah. Allah SWT berfirman yang bermaksud : "Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah SWT adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan 7 butir daripada setiap butir tumbuh pula 100 butir benih. Allah SWT melipat gandakan ganjaran bagi sesiapa yang dikehendakinya. Allah Maha Luas Kurnia Lagi Maha Mengetahui."

Zuhri memandang lekat penuh rasa. Vira terlihat malu.