Chereads / Ktitikos / Chapter 4 - Trauma

Chapter 4 - Trauma

Suara kicauan burung menjadi menyambut pagi itu. Seorang namja kecil terduduk diatas ranjang dengan tatapan kosong.

"Sayang, makan dulu sarapannya." Daniel memberikan sesendok makanan kearah Baekhyun. Namun— Baekhyun sama sekali tidak membuka mulutnya.

"Hahh ... Sayang, makan dulu sarapan mu. Kamu belum mengisi perut sedari malam," tutur Daniel yang masih belum mendapatkan respon dari putra nya.

Daniel meletakkan kembali makanan tersebut diatas nakas. Meraih telapak tangan anaknya dan mengusap nya secara lembut.

"Baekhyun. Appa tidak akan meninggalkan mu lagi seperti terakhir kalinya. Appa akan selalu berada di samping mu setiap saat sayang."

Baekhyun menatap kearah Daniel, kembali menangis kencang yang langsung di dekap dengan erat.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan mu sayang. Katakan pada appa, jangan menyimpan beban sendirian sayang." Daniel menangis dalam hening. Ia tidak ingin menangis dihadapan putra nya.

"Ma- maafkan Baekhyun appa hiks ..."

"Tidak sayang, bukan kamu yang salah. Appa yang salah disini. Appa yang telah gagal menjaga mu."

"Tidak! Appa adalah orang tua yang sempurna. Appa selalu menjaga Baekhyun sedari kecil hiks ... Appa tidak salah!"

"Tenanglah sayang. Appa akan selalu berada di dekat mu," ujar Daniel yang masih setia mendekat putra nya.

"Permisi Tuan Byun. Saatnya Baekhyun di visum," ucap seorang perawat yang masuk ke dalam ruang inap Baekhyun untuk memberikan informasi.

Daniel menghapus air mata nya dengan cepat. Tidak ingin putra nya melihat kesedihan yang ia rasakan. Daniel segera beralih kepada perawat yang masih setia menunggu di ambang pintu.

"Baik suster." Perawat tersebut beranjak dari ruangan Baekhyun. Daniel menatap putra nya, berusaha tersenyum dalam guratan kesedihan.

Baekhyun menatap Daniel dengan tatapan tidak mengerti.

"Kita pemeriksaan terlebih dulu sayang," tutur Daniel membuat buah hati nya tertunduk.

"Kenapa sayang?" Baekhyun mengangkat wajah nya, menatap Daniel dengan kedua mata yang sudah penuh dengan air mata.

"Aku takut appa," ucap Baekhyun. Daniel tersenyum, mengusap surai hitam putra nya dengan sayang.

"Ada appa. Kamu tidak perlu khawatir," ujar nya memberikan ketenangan untuh buah hatinya.

....

Disinilah mereka sekarang. Ruangan yang penuh dengan alat kesehatan dengan beberapa monitor disana. Baekhyun berada di dalam kamar kecil itu sendirian. Daniel menunggu Baekhyun dibalik kaca yang terhubung dengan kamar putra nya.

Baekhyun terlihat sangat gelisah, menatap seluruh ruangan tanpa terlewatkan sedikit pun. Sebenarnya, Baekhyun tadi menangis tidak ingin ditinggalkan sendirian. Namun— Daniel meyakinkan Baekhyun jika ia tidak akan pergi kemana pun. Kedua matanya akan setia menatap gerak-gerik yang Baekhyun lakukan. Hingga akhirnya, Baekhyun bersedia untuk di tinggalkan oleh appa nya.

Sebelum nya, Baekhyun diberikan suntikan penghilang nyeri, dan beberapa cairan obat yang sudah disetujui oleh Daniel selaku orang tua nya. Seorang namja berkulit tan masuk kedalam ruangan, tersenyum hangat kepada Baekhyun sebelum melakukan tugas nya.

"Perkenalkan, nama ku Kim Jong In. Atau kamu bisa memanggil ku Kai," tuturnya. Namun Baekhyun tidak membalas sama sekali ucapannya.

Kai pun memerintah Baekhyun untuk tidur di salah satu ranjang dan memasukkan nya kedalam sebuah tabung besar dengan cahaya minim.

"Baekhyun, jika kamu melihat cahaya berwarna merah di samping kanan mu. Segera tutup mata dan tarik nafas sesaat! Kamu paham?" Baekhyun tidak menjawab, namun Kai sangat paham dengan keadaan namja cantik itu hingga ia hanya tersenyum.

Kai pun menekan sebuah tombol, membuat cahaya merah muncul di sebelah Baekhyun. Baekhyun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Kai. Menutup mata dan menarik nafas sesaat. Kai terus memeriksa layar monitor sesekali memberikan instruksi untuk si pasien. Kecurigaan Kai benar, jika Baekhyun mengalami pelecehan seksual. Terlihat dari monitor, sesuatu yang dimiliki semua orang sebelum menikah telah pecah dan terkoyak cukup besar.

Diluar sana, terlihat Daniel yang begitu gelisah sedari tadi. Menenangkan segala pikiran negatif  yang ada. Baekhyun keluar dari ruangan visum tertawa lebar ketika melihat Daniel yang menepati janji.

"Bagaimana sayang, apa pemeriksaan nya sudah selesai?" Baekhyun mengangguk sebagai jawaban akan pertanyaan Daniel.

"Tuan Byun, hasil nya sudah keluar. Bisakah anda keruangan saya nanti?" ucap dokter Kai.

"Baik dokter."

"Ah ya Baekhyun. Seperti yang aku katakan tadi, jangan terlalu banyak pergerakan dan minum obat yang sudah aku resepkan."

"Iya dokter," balas Baekhyun membuat Kai tersenyum.

....

Baekhyun dan Daniel sudah berada dalam kamar inap nya. Daniel segera memberikan makan untuk putra nya dan memberikan obat. Daniel bersyukur, sekiranya Baekhyun mau memakan makan siang nya tidak seperti tadi pagi.

"Tidurlah sayang, appa menemani mu disini." Baekhyun merebahkan tubuhnya diatas ranjang rumah sakit. Namun sebelum kedua mata nya terpejam, seorang perawat datang dengan beberapa alat kesehatan di atas troli.

"Selamat siang," ucap nya, mengambil sebuah alat yang berbentuk panjang membuat Baekhyun histeris ketakutan.

"Tidak! Jangan hiks! Appa!" Daniel segera memeluk Baekhyun dengan erat. Baekhyun terus memberontak ketika perawat itu mulai mendekat.

"Tenang sayang, appa disini. Tenang."

"Appa! Hiks ... appa! Tolong Baekhyun!"

"Iya sayang, appa disini. Tidak ada yang berani menyakiti mu."

"Tidak! Pergi! Chanyeol pergi! Tidak!"

Daniel tertegun, ketika mendengar nama Chanyeol terucap dari bilah bibir si kecil.

"Appa hiks ... Chanyeol hiks ... " Baekhyun terus menangis dengan histeris dalam dekapan Daniel.

Daniel menatap kearah perawat yang terus memaksa Baekhyun dengan raut wajah penuh amarah.

"Lebih baik kamu pergi dari sini! Cepat pergi!" Entah keberanian dari mana hingga Daniel membentak dan memaki seorang perawat. Perawat itu akhirnya menyerah dan keluar meninggalkan keduanya.

Daniel merenggangkan dekapannya dari Baekhyun. Menatap lekat di kedua manik putra nya dengan tatapan tajam yang menusuk.

"Katakan pada appa. Apa yang terjadi sebenarnya?" Daniel menahan luapan emosi dalam dirinya. Tidak ingin membuat Baekhyun lebih jauh lagi terpuruk.

"Hiks ... hiks ... " Baekhyun tidak membalas, hanya isakan yang terdengar di kedua telinga Daniel.

Pria itu menarik nafas panjang, memejamkan matanya menahan luapan emosi.

"Baekhyun! Jawab appa. Apa yang dilakukan Park Chanyeol kepada mu!" Daniel berucap dengan tekanan, menandakan jika pertanyaan harus di balas secara mutlak.

"Hiks ... dia, hiks ... dia, hiks ... appa." Daniel mengusap wajah nya dengan kasar. Putra satu-satunya telah dirusak oleh manusia brengsek yang bernama Park Chanyeol.

Perasaan Daniel hancur, bagaimana tidak. Jika putra nya yang selalu ia jaga dan lindungi di rusak sebegitu dalamnya oleh manusia yang sangat dibencinya. Ingin rasanya ia memaki, memukul, menghajar dan bahkan membunuh namja tersebut. Namun— semua nya percuma, jika ia melakukan hal tersebut kepada Chanyeol. Apakah semua nya akan kembali normal?

Tidak!

Daniel memang hancur, tetapi— Baekhyun jauh lebih hancur dan menderita dari nya. Buah cinta nya bersama orang yang ia sayangi harus mengalami kejadian tersebut. Daniel yang melihat Baekhyun menangis sedari tadi, akhirnya bangkit dari lantai. Mendekap dan mengusap punggung Baekhyun. Bukan putra nya yang salah disini, melainkan bajingan yang bernama Park Chanyeol tersebut yang bersalah.

"Ini bukan salah mu sayang. Ini bukan salah mu. Tenanglah, appa sela— "

"... Baekhyun! Baekhyun! Dokter! Dokter!" Daniel berteriak histeris. Memanggil nama putra nya yang sudah tidak sadarkan diri dalam dekapan nya.

'Park Chanyeol. Akan ku bunuh kau!' batin Daniel.

.

..

...

....

.....

Bersambung!