Chereads / SINDARI DAN ANGKA TIGA / Chapter 5 - Percayalah

Chapter 5 - Percayalah

"Terimakasih ya Win. Udah kasih tau alamat Sindari kemarin" Ucap Daru sembari mengaduk-aduk minuman nya dengan sedotan.

"Sama-sama Daru. Kalian baik-baik saja kan? Bagaimana Sindari?" Tanya nya khawatir.

Belum sempat menjawab, Sindari datang ke meja mereka dengan beberapa makanan. Mereka berdua sengaja membuat Sindari pergi membeli makanan. Tapi Sindari terlalu cepat untuk kembali.

"Oh Sindari? Kamu beneran udah beli semua pesenan kita?" Tegur Winna yang mulai sibuk mencari-cari snack pesanan nya.

"Cepat banget. Kamu makan apa sih? Gesit banget kaya nya" Ucap Daru yang juga ikut mencari snack nya.

"Lagi sepi aja kok. Makanya saya cepet" Sahut Sindari yang sudah bersiap membuka kemasan, lalu saat ingin memakan nya. Langkah nya terhenti.

Randika berdiri di samping meja nya. Menatap nya dengan tajam seolah-olah ada hal mendesak. Padahal itu memang tatapan Randika ketika ada banyak orang.

Sindari mendongak, dia berpikir sejenak.

"Cari siapa ya kak?" Tanya Sindari.

Winna berdehem, sedangkan Daru hanya memasang wajah kesalnya itu.

"Saya cari kamu. Ada yang ingin saya bicarakan lagi denganmu. Kapan ada waktu?" Katanya sedikit kaku.

Tanpa mereka berdua ketahui, mereka menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di kantin.

"Oh habis pulang sekolah saya bisa kak.." Jawab Sindari sedikit gugup.

"Baiklah. Temui saya di parkiran sebelah kiri, saya menunggu kamu disana.." Ujar Randika.

"Mau apa kamu sama Sindari?" Tegur Daru dengan tegas.

"Tidak ada maksud apa-apa. Memang saya ada urusan dengan nya. Jangan khawatir" Jawab Randika lebih tegas lagi.

"Apa-apaan ini? Kenapa mereka berdua kaya lagi ributin Sindari?" Batin Winna menoleh ke arah Daru dan Randika bergantian.

Randika meninggalkan mereka. Daru masih saja menatapnya hingga dia menghilang dari area kantin. Dengan kesal dia meminum minuman nya dengan cepat.

Sindari merasa heran melihat tingkah Daru. Namun, dia memutuskan untuk membiarkan nya.

"Sindari, Kalau ada apa-apa kabari aku. Oke?" Ujar Daru.

"Kenapa saya harus kabari kamu?" Tanya Sindari heran.

"Tentu saja. Aku akan menolongmu. Jika kamu butuh pertolongan, bisa kabari aku kok. Jangan salah paham, Aku melakukan ini sebagai teman loh!" Jelas nya.

"Maaf Daru, Terimakasih. Tapi tidak usah, saya tidak ingin merepotkanmu kedua kali nya" Sanggah Sindari.

"Sindari, Aku sangat khawatir padamu. Sudah aku bilang kan untuk berhati-hati sama Randika itu! Kalau ada apa-apa kabari Daru. Untuk berjaga-jaga saja" Jelas nya dengan berbisik hingga Daru tidak mendengar nya sama sekali.

Sindari mengangguk untuk mengiyakan.

"Kalian bisik-bisik apa sih? Kok aku engga di ajak?" Tanya Daru dengan kesal.

"Saya akan kabari kamu, Daru. Terimakasih sekali lagi" Jawab Sindari.

Daru tersenyum lebar, Winna memastikan nya lagi. Bahwa firasat nya benar, kalau Daru menyukai Sindari. "Sejak kapan Daru Darmawangsa itu menyukai Sindari? Kalau saat di kantin itu bukankah terlalu cepat?" Batin Winna menganalisis.

______________________________________________

Jam pelajaran telah selesai, Suasana sekolah kembali ramai. Sindari melambaikan tangan nya pada Winna yang pergi ke gerbang. Sedangkan dirinya harus bertemu dengan Randika.

Saat tiba disana, Dia mendapati Randika yang sedang duduk di motor vespa hijau nya. Vespa tersebut tampak mahal. Sindari menelan ludah nya karena merasa bahwa Randika adalah orang kaya seperti Daru.

"Sindari? Sudah datang?" Sambutnya.

"Iya. Apa kakak menuggu saya sudah lama?" Tanya Sindari memastikan.

"Saya baru datang kok. Tenang saja" Jawab Randika.

"Baiklah. Apa yang ingin kakak bicarakan dengan saya tadi?"

"Begini. Apa kamu ingat saran saya beberapa hari yang lalu?"

"Ya saya ingat. Tapi saya belum memutuskan nya dengan baik kak. Saya masih perlu berpikir lagi" Jelas Sindari.

"Begitu ya. Saya rasa kamu harus mempercepat nya. Saya akan bantu kamu untuk bekerja di toko ayam goreng milik paman saya.."

"Loh? Tapi, Kenapa kakak menyarankan saya untuk bekerja di toko paman kakak. Saya tidak punya kemampuan yang spesial" Sanggah Sindari.

"Kamu punya kok. Nanti diajarkan kalau kamu sudah tetap bekerja disana"

"Seriusan kak? Kapan saya akan mulai?"

"Hmmm karena kita berdua belum lulus. Cuma bisa sebulan sih, itu pun saat libur semester. Kalau gitu Saya ajak kamu lihat toko nya dulu, bagaimana?"

"Boleh. Jauh tidak?" Tanya Sindari memastikan.

"Lumayan. Kalau keberatan kamu bisa bilang sekarang"

"Tidak, saya tidak keberatan" Jawab Sindari dengan antusiasme nya.

Randika memberika helm lain pada Sindari. Tapi Sindari masih saja kesulitan menyatukan tali helm nya. Dia memutuskan untuk tidak memasang nya.

Ketika dia ingin naik, langkah nya terhenti. Randika menyatukan tali Helm Sindari. Jantung Sindari tidak bersahabat sekarang.

Tindakan Randika membuat nya salah tingkah. Untuk menutupi kesalahtingkahan nya itu, dia buru-buru naik ke motor.

Mereka berjalan keluar desa, mencari Toko yang mereka maksud. Lalu lintas di perkotaan itu lancar tetapi banyak sekali kendaraan yang melintas. Karena sudah jam pulang kerja dan sekolah.

Satu jam kemudian, sebuah toko ayam goreng terlihat nyata di depan mereka. Randika memakirkan motor nya tepat di samping toko itu. Sindari turun tanpa melepas helm nya. Dia sangat kagum dengan toko ayam goreng yang unik.

"Sebelumnya tidak pernah ada di kota ini, toko ayam goreng seperti ini. Lebih banyak dfc dan gfc. Unik kan ?" Jelas Randika sembari membantu Sindari melepaskan helm nya.

Sindari berdehem, lalu salah tingkah karena lupa melepas helm nya.

"Kok tutup?" Tanya Sindari.

"Iya. karena nunggu saya libur dulu baru di buka" Jawab Randika yang mulai sibuk mengintip ke jendela toko itu.

"Tidak ada orang. Seperti nya paman saya membiarkan nya terbuka begini demi menarik perhatian orang-orang yang lewat" Jelas Randika.

Tiba-tiba hujan deras mengguyur kota itu. Randika dan Sindari sangat terkejut. Untung saja toko itu memiliki tenda yang luas, membuat mereka lebih leluasa untuk berteduh.

Karena belum ada tempat duduk, mereka berdiri disana layaknya drama korea.

Sindari menoleh ke kanan dan kiri, perjalanan semakin sepi.

"Yah, kita tunggu sampai reda ya Sindari. Saya akan bertanggung jawab agar kamu sampai di rumah dengan selamat. Jangan khawatir. Saya seperti nya sedang sial, tidak baaa jas hujan padahal ini kota hujan" Jelas Randika.

"Tidak apa-apa kak. Terimakasih sudah mengajak saya bekerja disini. Saya akan lakukan yang terbaik"

"Jangan katakan itu pada saya, Sindari. Katakan itu pada paman saya nanti. Saya hanya bekerja untuknya" Sahut Randika yang hampir tertawa.

"Yah tidak apa-apa. Kan Kakak yang mengajak saya untuk bekerja. Saya sangat berterimakasih" Jelas Sindari menjadi serius tiba-tiba.

"Sindari. Jangan merasa sendirian, percayalah bahwa saya akan selalu mendukungmu. Saya mengatakan ini bermaksud untuk menyemangatimu" Ucap Randika sembari menatap nya dengan tatapan yang tulus.

Sindari mendongak, melihat tatapan dan mendengar perkataan nya yang mendebarkan jantung nya.