Kehebohan yang terjadi, mambuat Reva menutup wajah dan telinganya rapat-rapat. Banyaknya orang yang sedang makan siang, membuat semuanya menatap ke arah Reva dan juga Nisa.
"Lo bisa diam ga? Lo ga malu apa diliatin orang banyak?"
Nisa mengibaskan kedua tangannya. "Gue ga ngeribetin mereka, kenapa gue harus malu? Emang dia bayarin makanan gue? Beliin gue baju? Kasih uang bulanan? Enggak."
Reva mengangga mendengar sahutan Nisa. Ya Tuhan, rasanya Reva nyesel mengajak temannya bertemu. Saking ramainya Nisa, Reva tidak segan mendendang kaki wanita di depannya dari kolong meja.
"Lo banyak hutang cerita sama gue!"
"Kenapa tiap gue telepon ga diangkat?"
Lagi-lagi cerita. Apa tidak ada satupun orang yang simpatik sedikit saja? Apa mereka tidak tahu kalau Reva masih merasakan sedih yang mendalam? Sedih tiada akhir layaknya anak ABG putus cinta? Reva menelungkapkan wajahnya di atas meja sambil menggeleng-gelengkan kepala.