"Are you okay?"
"Gak."
Nisa terkekeh mendengar jawaban ketus dari sahabatnya. Wanita itu baru saja kembali, katanya dipanggil bos perihal permohonan resign. Aneh, 'kan? Tumben sekali wanita itu bercerita jika habis berurusan dengan Sean.
"Jadinya gimana? Bisa?"
"Gue mesti bayar ganti rugi."
"Itulah resikonya."
Reva berdecak, dengan sekali tarikan dia menjambak rambut panjang Nisa yang terkuncir. Rasanya gemas, bukan gemas dengan Nisa, tetapi Reva gemas dengan keadaan. Tingkah Sean yang selalu seperti ini, membuat Reva gila sendiri. Padahal niatnya baik untuk menjauh, tetapi pria itu selalu berusaha menjangkau.
Terlebih yang membuat Reva kembali pening, perihal Sean ingin tanggung jawab. Tanggung jawab model apa? Mencari tempat penggugur bayi paling terbaik? Reva kembali menghela napasnya dengan gusar. Ini tidak bisa dibiarkan, Reva tidak mau menyakiti janin tidak berdosa.
