Bab 1
Hanya dari kejauhan Eugene bisa melihat dia, baru saja mereka bertemu. Bahkan langit pun ikut menangis, Eugene menangis sejadi-jadinya, dan ia melihat seseorang sedang berteriak "Kenapa kau meninggalkanku! Kenapa? Kenapa secepat ini, bagaimana aku harus melanjutkan hidupku?"Â
Flashback on..
Hari Pertama Masuk Kuliah
"Anak-anak, kita kedatangan teman baru namanya Kevin, Kevin ayo masuk!" ujar dosen Rina, dan Kevin pun memasukin ruang kelas. "Halo~ perkenalkan namaku Kevin, mohon bimbingannya dan salam kenal semua!" ucap Kevin saat memasuki ruang kelas. "Silahkan duduk Kevin dibangku kosong yang ada dibelakang Vania" kata dosen Rina. "Baik bu!" sahut Kevin. Kevin berjalan menuju tempat duduk yang tepat dibelakang Vania.Â
Setelah Kevin duduk ditempat duduknya, seseorang yang didepannya menoleh kebelakang "Hai Kevin, salam kenal ya namaku Vania." dengan senyuman manisnya yang membuat Kevin seketika terpana, "Salam kenal Vania" Kevin membalas dengan senyuman dan menjabat tangannya yang lembut itu.Â
Sebelumnya Kevin belum pernah merasakan hal seperti ini. Dia tidak pernah seperti ini pada saat bertemu wanita ataupun berkenalan dengan wanita, Kevin merasa mukanya sangat panas dan jantungnya berdetak sangat kencang, Kevin sangat malu sekali. Ia tidak berani mengarah pandangannya ke depan.Â
"kriiiiiiinnnnngggg~"
Bel istirahat berbunyi, Kevin berjalan menuju bagian atas kampusnya melewati tangga hingga ke lantai 4. Akhirnya ia menemukan tempat untuk menyendiri, tapi ia seperti melihat seseorang berada diujung sana, Kevin mencoba untuk mendekat. Setelah ia mendekat, ternyata seseorang itu adalah Vania.
"Hai Kevin, ngapain kamu kesini?" tanya Vania. "Aku sedang mencari tempat untuk bersantai, Â kamu sendiri ngapain disini?" tanya Kevin. "Aku sering kesini, karna disini tempat paling adem dan sunyi" jawab Vania.
Setelah beberapa waktu berbincang dengan Vania, bel berbunyi lagi. Mereka bergegas turun dan menuju kelas, sesampai didepan kelas, "Wah.. Wah.. sepertinya ada yang baru jadian nih, masuk kelasnya bisa barengan gitu." ucap Jenny teman dekatnya Vania.
"Tidak Jen! kami kebetulan ketemu aja tadi jadi kami barengan kekelas" jawab Vania. "Bohong, nanti tidak lama juga bakal jadian kalian berdua ya kan Jen? Hihi" sambung Sisca teman dekatnya Vania juga. "Terserah kalian deh mau ngomong apa" jawab Vania. Kevin hanya terdiam dan tidak bisa menjawab apa-apa karena memang keinginannya untuk bisa dekat dengan Vania, Kevin tampaknya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Vania, Kevin hanya bergumam dalam hatinya "Aku harap memang dia adalah jodohku tapi kembali lagi ke Tuhan, apakah dia beneran ditakdirkan untukku atau tidak."
Waktunya pulang kuliah.
"Vania, kamu mau aku anter pulang?" tanya Kevin. "Tidak apa kok, aku bisa pulang sendiri, makasih yaa tawarannya" jawab. "Memangnya kamu pulang naik apa Van?" tanya Kevin lagi. "Aku pulang naik bus sih biasanya, aku tidak langsung pulang, aku mau pergi tempat kerja dulu" jawab Vania. "Aku anter aja ya biar cepat sampai tempat kerjamu" Kevin berusaha mengajaknya lagi.Â
Vania berpikir sejenak, "Hmmm... Baiklah, terima kasih sudah menawarkan tumpangan untukku." Akhirnya Vania mau Kevin antar ke tempat kerjanya. Mereka berjalan menuju parkiran, setelah itu Kevin mengantar Vania menggunakan motor.
Setelah sampai di tempat kerja, "Makasih ya sudah mengantarkan diriku kesini, maaf jadi ngerepotin kamu Vin," kata Vania saat turun dari motor. "Tidak apa Van, aku senang bisa nganterin kamu, kamu mau aku jemput lagi nanti pas pulang kerja?" tanya Kevin. "Tidak usah Vin! Aku bisa pulang sendiri, kamu pulang saja dan istirahat ya" jawab Vania.
"Bentar Van!" Kevin menarik tangannya Vania pada saat dia akan membalikkan badannya, Kevin dan Vania bertatapan dan suasana menjadi canggung, Kevin mengeluarkan ponselnya "bolehkah aku meminta nomor telefonmu Van?" Vania langsung mengambil ponsel Kevin "Tentu saja!" sambil mengetik nomor telefonnya "Ini nomorku Vin. Aku masuk ke tempat kerjaku dulu ya! Terima kasih sekali lagi, sampai jumpa Vin!" Vania membelakangi Kevin dan berjalan menuju pintu tempat kerjanya, Kevin membuat senyuman tipis dibibirnya setelah itu menaiki motornya dan bergegas pulang.Â
Malam pun tiba, Kevin mencoba menelepon Vania.
"Halo Vania, kamu dimana? Apakah sudah pulang kerumah?"
"Halo Vin, udah kok. Aku lagi makan nih, kamu udah makan?"Â
"Aku udah makan kok Van, kamu tadi pulang naik apa?"
"Aku naik ojek vin."
"Syukurlah kamu sudah sampai rumah, kamu lanjutin makanmu dulu ya. Selamat malam Vania."
"Terima kasih Vin, selamat malam juga."
Kevin menutup telefonnya dan menatap ponselnya, "Apakah Vania akan risih terhadap sikapku? Baru saja kami bertemu, tapi aku sudah seperti ini dengannya. Apa Vania akan memandangku sebagai orang yang posesif atau aneh? Semoga saja tidak!" gumamnya.
Keesokan harinya, pada saat Kevin sampai di kampus, Kevin berpapasan dengan Vania saat sampai didepan gerbang, Kevin menghampiri Vania.
"Hei Vania, kamu sendirian?" Vania tampak kaget, membuat senyuman dibibirnya dan dia menjawab "Oh! Hai Kevin! Iya nih aku sendirian. Kamu baru sampai juga ya?" Kevin menjawab, "Iya nih, yuk barengan masuk ke kelas." Vania menyetujui nya "Yuk!"Â
Mereka masuk ke kelas bersama sampai pada akhirnya bel berbunyi pertanda pulang kuliah. Kevin mencoba menawarkan diri lagi untuk mengantar pulang Vania "Van, Â kamu mau aku antar lagi ketempat kerjamu?" Vania menjawab "Sepertinya tidak usah Vin, aku repotin kamu saja kayaknya kalau setiap hari kamu antarin aku." "Tidak apa-apa Van, aku siap nganterin kamu kapan pun!" jawab Kevin. Jenny mendengarnya dan dia menyambung pembicaraan mereka di tengah-tengah perbincangan "Ciyeeee.. Ada yang ngegombal nih!" Vania hanya tersipu malu dan mukanya mulai memerah "Apa sih Jen! Nyambung aja." Jenny mengejek Vania "Eheeemm.. Ada yang malu nih, kayaknya bakal ada pasangan baru nih dikelas!"Â
Hari demi hari Kevin pergi ke tempat kuliah dan pulang kuliah bersama Vania, Kevin dan Vania semakin dekat. Dalam waktu 3 bulan setiap hari seperti ini terus-menerus. Pada suatu malam, Kevin mengajaknya kesuatu tempat yang sangat romantis. Setelah berada di atas motor hendak pergi ketempat yang dituju, "Van pegangan yang kuat ya!" ucap sambil menarik kedua tangannya Vania untuk memeluk Kevin dengan erat sehinggga dada Vania bertumpu pada punggung Kevin.
Vania memeluk Kevin dari belakang begitu erat, jantung Kevin berdebar-debar sangat kencang berharap Vania tidak merasakan detak jantungnya itu. Setelah sampai ditempat tujuan, Vania dan Kevin turun dari motor "Wah.. Â Bagaimana bisa kamu temui tempat yang seindah ini? Padahal kamu, kan sudah lama tidak tinggal di sini," ujar Vania. "Dulu aku lahir dan tinggal disini, jadi aku tahu tempat-tempat yang menarik disini," jawab Kevin.Â
"Oh! Aku tidak tau Vin, tau nya kamu murid pindahan dari kota Bandung. Jadi, mungkin kamu dilahirkan dan dibesarkan di kota Bandung," sambung Vania. "Tidak Van! Aku lahir disini di Yogyakarta, aku disini sampai diriku berumur 8 tahun, setelah itu aku pindah ke Bandung," jawab Kevin dan Kevin melanjutkan pembicaraannya lagi, sambil menatap kedepan melihat langit, Â "Dulu aku punya teman perempuan, aku dan dia sering ketempat ini. Aku dulu tidak memiliki teman, hanya dialah satu-satunya temanku." Vania mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa Vin? Apakah kamu sudah bertemunya lagi?"Â
Kevin menggelengkan kepalanya dan menatap Vania kemudia ia menjawab, "Belum Van! Aku belum bertemu dengan dia, aku bahkan tidak tau dimana dia tinggal sekarang dan siapa namanya." Vania mengerutkan keningnya lagi "Apa? Kamu tidak tau namanya? Bagaimana bisa kamu tidak tau namanya?" tanya Vania terheran. "Iya Van! Aku tidak tau namanya, aku hanya memanggilnya dengan sebutan Beruang," jawab Kevin