Chereads / Jika Takdir Berkehendak / Chapter 18 - Situasi Yang Berbeda

Chapter 18 - Situasi Yang Berbeda

Hari baru di bulan yang baru, liburan telah usai dan kampus kembali ramai seperti biasa. Kini semua mahasiswa dan mahasiswi mulai kembali pada aktifitas belajar mereka, setelah hampir 1 bulan libur. Begitu juga dengan anggota BEM, mereka semua kembali fokus pada pelajaran dan mata kuliah masing-masing. Sedangkan untuk kegiatan sosial selanjutnya masih dalam tahap diskusi ringan, karna kegiatan itu akan di lakukan di liburan selanjutnya.

Kini semua kembali normal, kegiatan para mahasiswa dan mahasiswi hanya belajar dan makan di kantin. Selain itu ada juga beberapa yang membaca buku di perpustakaan, tapi lebih banyak lagi yang berkumpul bersama temannya dan mengobrol banyak hal. Semua terlihat santai dan tenang, mahasiswa ataupun mahasiswi baru angkatan Fatimah dan Putri juga sudah terbiasa dengan suasana kampus itu. Bahkan beberapa di antara mereka sudah aktif di kegiatan kampus, dan dekat dengan para senior.

Perkembangan yang bagus, suasana universitas jadi lebih berwarna. Hubungan yang sudah tercipta itu tentu sangat berpengaruh terhadap kenyamanan masing-masing, baik mahasiswa baru atau mahasiswa lama mereka semua jadi bisa berkumpul tanpa harus merasa canggung lagi seperti sebelumnya.

Fatimah memperhatikan semua orang, lalu ia tersenyum karna melihat keakraban semua mahasiswa dengan senior ataupun teman seangkatan mereka.

"aku tidak menyangka bisa secepat ini, padahal sebelumnya semua masih canggung dan bingung." Ungkap Fatimah dengan senyumnya.

Putri yang duduk di samping Fatimah langsung menoleh, dahinya mengernyit tidak mengerti.

"hah? Apanya yang canggung dan bingung?" tanya Putri tidak mengerti.

"itu lihat, teman-teman seangkatan. Mereka semua terlihat santai dan nyaman, padahal sedang berkumpul dengan para senior. Kamu pasti ingatkan bagaimana saat kita pertama kali masuk universitas, dan kini semua itu tidak terlihat lagi." Jelas Fatimah sambil menunjuk beberapa teman seangkatan mereka.

Putri mengangguk paham, apa yang temannya katakan itu memang benar. Saat pertama kali masuk universitas semua terlihat gugup dan binggung, mereka sama sekali tidak tau bagaimana cara memulai perkenalan dengan para senior. Untuk beberapa orang yang memiliki sifat percaya diri mungkin mudah, tapi sayangnya tidak semua orang bisa percaya diri untuk sekedar menyapa senior.

"iya juga yah, padahal tahun lalu mereka lebih banyak diam dengan wajah bingung." Balas Putri ikut mengomentari.

"dan sekarang mereka terlihat begitu nyaman dan santai, seperti tidak ada lagi batasan antara mereka dengan para senior." Jawab Fatimah dengan helaan nafas leganya.

"itulah gunanya berkenalan, agar saling tau dan mengerti satu sama lain." Ucap seseorang di belakang Fatimah dan Putri.

Seketika Putri dan Fatimah langsung menoleh ke balakang mereka, ternyata sudah ada Ali dan Aziz di sana.

"loh, sejak kapan Kak Ali dan Kak Aziz ada di sini?" tanya Putri dengan heran.

Ali dan Aziz saling melirik, lalu mereka duduk di kursi kosong sebelah kursi Fatimah dan Putri.

"baru saja." Jawab Ali seadanya.

"mungkin lebih tepatnya sejak kalian memperhatian para mahasiswa itu, dan membicarakan mereka secara diam-diam." Jawab Aziz apa adanya.

Fatimah dan Putri langsung menatap senior mereka itu dengan tatapan kesal, padahal mereka tidak melukan hal itu tapi kenapa di tuduh seperti itu?

"siapa yang membicarakan diam-diam? Tidak ada ya." Protes Fatimah langsung.

"tapi buktinya seperti itu kan?" tekan Ali.

"tidak kak, aku dan Fatimah membicarakan secara terbuka. Lagi pula bukan hanya mahasiswa saja yang kami maksud, tapi diri kami sendiri juga." Jawab Putri mencoba menjelaskan dan di angguki oleh Fatimah.

"nah itu kamu mengakui jika kalian membicarakan para mahasiswa itu, hayo ketahuan kan." Tukas Aziz dengan senyum tipisnya.

Seketika Fatimah dan Putri saling melirik, sepertinya mereka terjebak alasan mereka sendiri. Walaupun mereka tidak merasa jika pembicaraan mereka itu bukan hal yang baik tapi sepertinya mereka memang tetap bersalah, bagaimana pun membicarakan orang lain itu memang tidak boleh.

"membicarakan orang lain itu tidak baik loh, apalagi tentang hal buruk." Tekan Ali mengingatkan.

Fatimah dan Putri saling menatap bingung, lalu akhirnya mereka mengakui kesalahannya itu.

"iya deh kami salah." Ungkap Putri mengakui dan di angguki oleh Fatimah.

Ali dan Aziz saling melirik, lalu mereka tertawa kecil melihat Fatimah dan Putri seperti percuri yang ketahuan sedang mengambil barang. Ekspresi kedua gadis itu benar-benar lucu, karna tidak tahan lagi akhirnya Ali dan Aziz pun tertawa. Sedangkan Fatimah dan Putri menatap bingung kedua pria itu, lalu mereka saling menatap penuh tanya hingga akhirnya mereka sadar jika kedua pria itu sedang mempermainkan emosi mereka.

"kalian mempermainkan kami?" tuntut Fatimah dan Putri bersamaan.

Mendengar hal itu Ali dan Aziz pun menghentikan tawa mereka, lalu mereka menatap Fatimah dan Putri dengan senyum tipis.

"tidak kok, aku tidak mempermainkan kalian." Jawab Ali dengan santai.

"kami mengingatkan kalian serius, tapi ekspresi kalian itu yang membuat kami tidak tahan untuk tertawa." Lanjut Aziz menjelaskan.

Fatimah dan Putri menatap kedua pria itu dengan wajah kesal mereka, rasanya mereka tidak percaya jika Ali dan Aziz tidak berniat untuk mempermainkan mereka. Dari senyum mereka sudah terlihat jelas jika mereka memang berniat untuk mengerjai, dasar pria.

"sudahlah jangan memasang ekspresi seperti itu lagi, atau kami akan tertawa terus menerus." Keluh Ali pada Fatimah dan Putri.

Fatimah dan Putri pun menghela nafas panjang, ya memang mereka juga yang salah di awal. Membicarakan perubahan situasi dan melibatkan mahasiswa, tentu orang lain akan berpikir jika Fatimah dan Putri sedang membicarakan orang lain.

"ya sudahlah, oh iya ada apa kakak-kakak senior datang ke kantin? Mau makan siang kah?" tanya Fatimah dengan tatapan herannya.

"tidak juga, kalau aku karna bosan saja." Jawab Ali seadanya.

"bosan? Memangnya tidak ada kelas?" balas Putri heran.

"tidak ada, karna aku dan Ali sudah berada di semester 7 jadi pelajaran di kelas sudah berkurang. Lebih tepatnya kami harus mnyiapkan bahan untuk skripsi, dan hal itu yang lebih di tekankan." Jelas Aziz dengan helaan nafas panjangnya.

Fatimah dan Putri mengangguk paham, pantas saja kedua pria itu tidak masuk kelas ternyata memang sudahtidak ada kelas lagi.

"wah mantap, sebentar lagi lulus dong?" balas Fatimah memastikan.

"itu kalau skripsinya di terima, ya semoga saja si di terima." Jawab Ali pasrah.

"pasti di terima sih, kan kalian pintar." Tukas Putri dengan yakin.

"nah benar tuh kata Putri, kalian kan pintar jadi harus semangat. Aku yakin kalian lulus, ya kan Ri?" lanjut Fatimah meyakinkan.

"iya benar, kalian pasti lulus." Jawab Putri dengan senyumnya.

Seketika Ali dan Aziz saling melirik, lalu mereka tersenyum tipis mendengar kata semangat dari dua gadis itu.