Fatimah tertawa pelan mendengar perkataan Aini, lalu ia mengangguk dan membalas perkataannya.
"Iya aku maafkan, aku tau kamu hanya terlalu mendalami perasaanmu. Aku senang kamu akhirnya mengerti dengan kesalahanmu," jawab Fatimah dengan tenang.
Aini mengangguk membenarkan, ia sendiri juga merasa bodoh karna berbuat hal yang sangat jahat tanpa berpikir panjang. Obsesi akan perasaannya benar-benar membuat akalnya jadi tidak berfungsi dengan baik, hanya nafsu saja yang ia perhatikan.
"Kamu mau berteman denganku? Aku rasa kita bisa jadi teman baik setelah ini," pinta Aini dengan senyum tipis.
"Tentu saja, kenapa tidak? Semakin banyak teman maka semakin baik," jawab Fatimah dengan santai.
"Alhamdulillah kalau gitu, aku pikir kamu akan menolak. Terima kasih sudah mau berteman dengan aku," balas Aini dengan tatapan senang.