Ali keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang lebih bersih, lalu ia menjemur handuknya di gantungan yang ada di sana. Lalu Ali melangkah duduk di tepi ranjang, ia sama sekali tidak menyadari kalau Aini sejak tadi memandangnya terpesona.
"Kamu tampan sekali Li," gumam Aini lirih.
Aini bangkit dari duduknya, lalu ia menghampiri Ali dan menyentuh wajah Ali dengan lembut, Ali hanya diam tanpa membalas ataupun menolak. Ia cukup sadar diri jika saat ini ia masih suami Aini, apapun yang terjadi ia tetap memiliki kewajiban untuk menafkahi lahir dan batin.
Dan kalau di ingat-ingat, Ali memang belum menyentuh Aini di bulan itu. Pantas saja Aini terus marah-marah tampa henti, dan sedikit saja di perlihatkan ketampanan Ali wanita itu langsung menggodanya.
"Sayang, aku mau. Bisakan?" kata Aini dengan nada menggodanya.
Ali menghela nafas panjang, padahal ia sama sekali tidak tertarik untuk menghubungkan intim dengan Aini. Tapi apa mau di kata, kewajiban tetao saja kewajiban.
