Setelah situasi yang begitu tegang, kini Zira dan Zara duduk bersama di sofa sambil termenung. Tidak ada yang membuka suara, keduanya memilih diam seolah tidak ingin berkata apa-apa.
Memang situasi saat itu begitu hening, namun tidak bagi Zara dan Zira. Kepala mereka terlalu ramai dengan pikiran-pikiran yang bercabang, bahkan karna terlalu ramai sampai tidak tau harus lanjut berpikir yang mana. Benar-benar penat sekali, namun tidak ada jalan keluar yang terbaik.
"Sepertinya akan lebih baik kalau kita menjernihkan pikiran lebih dulu," ucap Zira menyarankan.
"Ya, mungkin itu cukup baik. Semua kenyataan ini terlalu menyebalkan," balas Zara dengan nada kesal.
"Jangan memulai lagi, Za. Semua takdir ini sudah di tentukan sebelum kamu bernafas," tekan Zira mengingatkan.
Zara menghela nafas panjang, lalu ia terdiam dan tidak lagi berbicara. Kesempatan itu pun Zira manfaatkan untuk pamit, berada di dekat Zara di situasi bertengkar benar-benar terasa tidak nyaman.