Chereads / Istri ke Dua Dokter Tampan / Chapter 9 - Tidak Tau Diri

Chapter 9 - Tidak Tau Diri

Tidak Tau Diri

Salsabila masih berusaha untuk bisa mendapatkan hati Daniel, perempuan tidak tahu diri itu sudah pernah melakukan hal di luar dugaan Daniel.

Hingga kini perempuan tersebut berani mengancam Daniel dengan bukti photo juga video mereka.

"Ayolah, kita sudah pernah sama-sama merasakan. Apalagi yang kurang dari aku Daniel?" bujuk Salsabila agar pria itu mau mengunjunginya lagi.

Pasalnya sudah tiga hari Daniel tidak menunjukan Batang hidungnya pada perempuan tidak tahu diri itu.

"Tutup mulutmu! Salsabila. Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh tubuhku lagi." hardik Daniel, meskipun laki-laki itu sedang dalam mode mendiamkan istrinya. Akan tetapi dia tidak mungkin untuk meniduri wanita lain.

"Yakin? Nanti nyesel loh." Salsabila berusaha untuk menggoda Daniel, pasalnya perempuan itu sudah merasakan kehangatan tubuh suami dari sahabatnya.

Daniel memutuskan sambungan telpon itu secara sepihak.

Meskipun begitu Salsabila tidak pantang menyerah sehingga ia mengirimkan sebuah photo pada Daniel.

Dengan puas hati perempuan itu mengukir senyum kepuasan.

Sementara kini laki-laki beristri tersebut mengumpat dengan kesal. Sepagi ini perempuan lain tengah menggoda dirinya.

Cathleen melihat suaminya yang akan masuk ke dalam kamar mandi dengan kerutan di antara kedua alisnya.

Ada apa sama Daniel? Pikir Cathleen.

Daniel melengos begitu saja tanpa mempedulikan istrinya.

Hampir tiga puluh menit pria itu menghabiskan ritual paginya di kamar mandi. Cathleen saat ini tengah berada di depan cermin mengaplikasikan beberapa skincare juga makeup ke wajahnya.

Sang suami berada di belakang mengancingkan kemeja kerjanya. Sungguh perempuan itu sangat ingin saat ini juga memeluk tubuh indah milik suaminya.

Tak bisa ia bayangkan bila ada perempuan lain yang merangkul tubuh atletis tersebut.

Lagi-lagi Cathleen merasa sakit di hatinya tanpa ada sapaan atau pun ucapan sepatah katapun yang keluar dari mulut suaminya sekedar menyapa.

Tak mau ambil pusing, perempuan itu menyusul sang suami menuju meja makan yang sudah ada Dahna sang ibu mertua di sana.

"Selamat pagi kesayangan-kesayangan ibu. Apa kalian sudah baikan?" ujar Dahna, mencium pipi kiri dan kanan anak juga menantunya tersebut.

Daniel tidak menjawab artinya belum ada obrolan apapun diantara kedua anaknya tersebut.

"Niel kok gitu sih, ayo dong maafkan Cathleen ... Lagian ya Cathleen sudah menuruti keinginan kamu kok." Dahna pantang menyerah, ibu mertuanya itu selalu mendukung menantunya.

"Percuma juga bu, aku tidak akan pernah menyentuhnya lagi." jawabnya. Entah kenapa saat ini napsu makan nya bener-bener hancur sepagi ini.

Daniel beranjak dari kursi, menyalami sang ibu dan berlalu keluar.

Melihat hal itu membuat Cathleen merasakan sakit di hatinya sungguh ia tak menduga jika sang suami akan bersikap seperti itu.

Buliran bening jatuh tanpa aba-aba. Melihat tingkah laku putranya Dahna pun memeluk Cathleen dari samping.

Perempuan paruh baya itu merasakan jika ada sesuatu yang tidak beres dari putranya. Padahal Dahna sudah mengungkapkan jika sang menantu sudah tidak memakai alat kontrasepsi.

"Sabar ya sayang, ibu yakin Daniel hanya masih kesal saja tidak bermaksud seperti itu." ujar sang ibu mertua mencoba untuk menenangkan hati menantunya.

Cathleen menoleh melihat sang ibu yang begitu menyayanginya.

Cathleen pun menganggukkan kepalanya berusaha untuk memakan sarapan pagi yang sudah di siapkan maid di rumah. Meskipun perasaan nya hancur berkeping-keping.

Setelah sarapan selesai, Cathleen berdiri untuk menyalami ibu mertuanya yang sudah dia anggap sebagai ibu kandungnya sendiri.

"Bu, aku ke klinik dulu ya." pamit perempuan itu seraya mencium punggung tangannya.

Dahna menganggukkan kepalanya, "Yang sabar ya Cath, ini cobaan untuk rumah tangga kamu. Ibu yakin Daniel akan memikirkan perkataan ibu tadi." Cathleen menganggukkan kepalanya semoga apa yang di ucapkan sang ibu mertua memang di pikir oleh suaminya.

Dalam perjalanan menuju klinik Cathleen berpikir keras, mungkinkah sang suaminya tidak akan menyentuh dirinya lagi.

Mana mungkin seorang suami mampu menahan segala hasratnya jika tidak ada orang yang mampu menerima segala hasrat yang di miliki oleh laki-laki.

Apalagi Daniel dengan perawakannya yang atletis sangat memiliki hasrat tinggi, bagaimana mungkin laki-laki itu mampu untuk bertahan?

Cathleen berfikir, apa mungkin dirinya harus menggoda suaminya dengan menggunakan pakaian yang dulu pada saat malam pertama mereka lakukan?

Berfikir seperti itu membuat dirinya menjadi malu sendiri, merona di balik kabin belakang. Ia lupa jika dirinya tengah berada satu mobil dengan pria yang bukan suaminya.

"Oke, kita lihat saja nanti suamiku." gumam Cathleen di dalam hatinya.

***

"Salsabila! Apa yang kamu lakukan? Mengirim photo² seksi kamu, hah?!" hardik Daniel dalam sambungan telpon. Laki-laki itu sungguh tidak habis pikir dengan pola pikir sahabat dari istrinya tersebut.

"Gimana, apa aku cukup untuk membuat adikmu bangun?" wanita tidak tahu diri itu tertawa puas ketika dia berhasil Daniel menghubunginya terlebih dahulu.

"Apa yang kamu mau!"

"Waw, tentu saja aku ingin memakan dirimu saat ini juga." suara manja itu sengaja di buat-buat agar terkesan seksi di telinga milik Daniel.

Merasa di permainkan oleh sahabat dari istrinya maka Daniel pun akan menantang perempuan tidak tahu diri tersebut.

Mematikan sambungan telpon karena suster sudah mengetuk pintu ruangan beberapa kali pasalnya sudah banyak pasien yang menunggu untuk di periksa.

Banyak anak-anak yang menyayangi juga mengagumi dokter tampan tersebut. Gadis-gadis mungil itu menginginkan Daniel sebagai sosok ayah mereka karena sikapnya yang ramah juga selalu baik.

"Dokter tampan, mau kah kamu menjadi ayahku?" gadis kecil berambut keriting yang kini di periksa Daniel pun mengutarakan keinginannya.

"Memangnya ayah kamu, kemana?" tanya Daniel seraya mengobati luka-luka memar yang ada di dengkul gadis manis itu.

"Ayahku pergi dengan wanita lain, ibuku sedih sampai tidak mau makan. Dan aku kesepian hingga aku bermain di halaman belakang rumahku dan jatuh." suara anak kecil berusia 4 tahun dengan gayanya yang menggemaskan membuat hati Daniel tersentuh oleh ucapannya.

Daniel menoleh lalu mengacak rambut keriting yang menggemaskan, tak lama seorang perempuan datang menghampiri mereka.

"Bagaimana anak saya, dok? Apa ada luka serius?" wanita muda itu bertanya.

Daniel melihat sosok perempuan tersebut dari bawah hingga atas, ia melihat wajah lawan bicaranya sembab mungkinkah yang di katakan anak kecil tersebut benar ibunya sedang merasakan sedih yang mendalam akibat dari ayahnya pergi bersama perempuan lain?

Bukannya menjawab Daniel malah memperhatikan sang ibu dari pasiennya.

"Dok?"

"Maaf. Iya putri anda baik-baik saja, hanya sedikit lebam di kakinya. Lain kali jaga anak anda dengan hati-hati." ujar sang dokter membuat wanita itu sedikit menundukkan kepalanya.

Setelah menuliskan resep obat, ibu dan anak tersebut keluar dari dalam ruangan milik Daniel.

"By dokter tampan." gadis manis itu melambaikan lengannya membuat Daniel menyunggingkan senyumnya.