"Tinggalkan Astrid, Adyatma."
Mata hitam Adyatma terbelalak. Kepalanya sedikit tertunduk, ia menatap lekat mata sang ibu, tidak ada sorot keraguan darinya. "Tetapi, mengapa Bu?" tanya Adyatma setengah berbisik. Mata sipitnya menatap sang ibu dengan tatapan bertanya-tanya.
Ibu Adyatma mengembuskan napas. "Kalian akan menikah dan itu merupakan hal sakral, Adyatma." Wanita itu membalasnya dengan suara yang tidak kalah pelan. Mata wanita itu sesekali melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada siapa pun yang mendengar pembicaraan ini. "Kehidupannya bahkan sangat hancur, apakah kamu juga ingin menambah luka itu?" Ibu Adyatma bertanya dengan wajah sedih. Wajah Alana bahkan kembali berputar dalam benak. Melihat mata cokelat kehitaman itu memancarkan rasa sedih, marah, kecewa, membuat hatinya teriris. Dirinya pun seorang wanita, istri, dan ibu, tentu ibu Adyatma dapat memahami bagaimana perasaan Alana.