"Apakah istri pertama Anda memiliki anak?" Adyatma bertanya secara perlahan. Mata hitam miliknya menatap lekat Erik. Garis halus pada wajah pria tampan itu terlihat jelas dengan jarak dekat.
Erik mengulum senyum. Pandangan lurus ke depan seolah tengah mengingat sesuatu. Kepalanya mengangguk perlahan. Adyatma melihat respon pria paruh baya itu kembali terkesiap. Entah mengapa jantungnya mulai berdegup cepat. Pria bermata hitam itu teringat akan seorang wanita yang juga memiliki kisah sama dengan keadaan kekasihnya.
"Aku memiliki seorang satu anak perempuan lainnya, tetapi dia sudah tidak ada di sini." Sudut bibir Erik sedikit terangkat—senyum tipis terukir. Sorot mata itu memancarkan kesedihan dan kerinduan, entah Erik sadari atau tidak.