Kana membulatkan kedua matanya dengan sempurna, ia mengerjapkan beberapa kali, penglihatannya tidak salah baca bukan? Alif menyatakan perasaannya saat ini? Tapi tunggu, bagaimana bisa laki – laki itu menyukainya?
Pikirannya sibuk memikirkan mengenai penyebab dari Alif yang menyukainya, sebab kenangan diantara mereka pun sedikit, semasa SMP pun tidak begitu banyak. Ia dan Alif hanya dekat sebagai teman, mereka pun jarang sekali bermain bersama. Tidak mungkin kan jika laki – laki itu mulai menyukainya ketika mereka bertemu kembali?
Kana menggelengkan kepalanya, ia mulai merasa pusing akibat memikirkan mengenai pernyataan Alif barusan. Otaknya masih belum bisa menerima, namun hatinya berkata lain, tidak dapat dipungkiri hati Kana merasa nyaman ketika saling berbagi cerita dengan Alif saat beberapa jam lalu.