"Jadi Kak, sebenarnya aku kenapa?"
Andrea menghentikan aktivitas mengetiknya. Sejenak ia terdiam. Ditatapnya Nadin yang tengah menunggu jawabannya. Mata gadis itu tampak sendu, sepertinya Nadin belum siap untuk mendengarnya.
"Mengapa kamu bertanya tentang itu?" Andrea tidak menjawabnya.
Nadin sedikit menundukkan kepalanya. Ia memainkan jari – jari tangannya. "Aku hanya ingin tahu sebenarnya aku kenapa, itu saja." Suaranya terdengar lirih.
Andrea mengambil nafas, kemudian dikeluarkannya secara perlahan, tidak ingin gadis remaja di hadapannya mendengar hela nafasnya. "Maaf Nadin, namun aku tidak dapat memberitahukanmu."
Mendengar penuturan Andrea membuat Nadin tertawa pelan. Sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas, membentuk sebuah senyuman. Ia tersenyum miris. "Apakah kondisiku benar – benar parah, Kak?" Nadin kembali bertanya. Kepalanya masih sedikit ditundukkan, dirinya tidak sanggup untuk menatap Andrea.
