"Kamu tidak baik – baik saja, itu kenyataannya."
Kalimat itu terus saja terngiang di otaknya. Sepanjang perjalanan pulang dari pinggiran kota menuju rumah, Kana hanya termenung diam sembari otaknya memutar kembali semua perkataan pria aneh tadi.
Ia tidak mengenal pria tersebut, tetapi mengapa pria tersebut dapat sangat memahaminya? Sepertinya pernyataan mengenai, orang yang tidak kamu kenal dapat sangat memahamimu, benar adanya.
Kana telah sampai di rumahnya. Ia menatap lurus bagian rumahnya dari depan, terlihat sebuah rumah yang tidak begitu besar namun tidak begitu kecil, sederhana saja. Temboknya yang berwarna broken white, menambah kesan tersendiri bagi siapapun yang melihat rumah itu.