"Tidakkah seharusnya kamu mati saja?" Pantulan diri Astrid kembali bersuara. Kepalanya yang sedikit dimiringkan dan sudut bibirnya yang membentuk seringaian, membuat Astrid ikut bertanya, apakah dirinya harus mengikuti apa yang dikatakan oleh gadis itu?
"Kamu tengah berpikir apakah kamu harus mengikuti saranku atau tidak, begitu?"
Astrid tertegun. Mata besarnya sedikit membulat. Bagaimana bisa gadis itu tahu isi kepalanya?
Gelak tawa kembali terdengar dalam pendengaran Astrid. "Oh, ayolah Astrid. Apakah kamu tidak sadar, kamu adalah aku, dan aku adalah kamu. Kita adalah satu manusia yang sama." Suara itu kembali terdengar sinis.
Astrid menggeleng. "Aku bukan dirimu!" elak Astrid.
"Begitu?" Pantulan itu bertanya dengan alis terangkat. "Kalau begitu, bagaimana kamu akan menjelaskan mengenai kejadian memecahkan cermin, kemudian Alana masuk ke dalam kamarmu?" tanya pantulan itu seraya menatap Astrid.