Alana memandang dinding kamarnya. Di dinding itu bahkan tidak terdapat apa pun yang membuatnya terpana. Hanya sebuah dinding dengan cat warna abu-abu terang, tetapi pandangannya masih terpaku pada dinding itu.
Desah napas kembali lolos. Pikirannya kembali berkelana. Alana terlonjak kaget ketika suara pintu terdengar dan kepalanya pun secara cepat menoleh.
"Kamu tidak istirahat?" tanya Adyatma seraya berdiri di ambang pintu dengan alis terangkat heran melihat mata sipit Alana membulat sempurna.
Alana mendengkus seraya mengelus dada. Lagi-lagi Adyatma tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Sepertinya hal itu telah menjadi sebuah kebiasaan baru setelah dirinya jatuh sakit, mengingat pria itu sering sekali keluar masuk ke dalam kamarnya saat ia masih dirawat di rumah sakit.
"Kamu sendiri, tidak bekerja?" Alana balik bertanya seraya menatap jengkel Adyatma yang masih berdiri di ambang pintu seraya bersandar pada kusen pintu.
"Bekerja," jawab Adyatma dengan wajah datar.