Beberapa hari berlalu dan hari-hari itu dipenuhi oleh kehadiran Adyatma yang entah mengapa pria itu sering datang ke mari. Terkadang pria itu bahkan hanya membuka pintu, melongok ke dalam kemudian berbalik badan dan menutup pintunya kembali, membuat Alana hanya menatapnya dengan mata membulat dan mulut terbuka.
Kehadiran pria itu benar-benar terasa aneh untuk Alana. Sama sepertinya dengan saat ini. Alana melirik ke samping seraya memicingkan mata. Pria itu tengah duduk di samping ranjangnya seraya bermain ponsel. Lihatlah, dia bahkan sibuk dengan ponsel dalam genggamannya itu. Alana mendengkus. Adyatma pun menurunkan ponsel dari hadapannya. "Ada apa?" tanya Adyatma seraya menaikkan alisnya.
"Mengapa kamu sering sekali ke mari?" tanya Alana dengan suara yang terdengar kesal.
"Apakah tidak boleh?" Adyatma balas bertanya.
"Tidak." Alana menjawabnya dengan sangat singkat dan jelas.
"Mengapa?" Adyatma mengernyit.