"Jadi, apakah kamu telah memberitahukan Nia?" Dokter Aris bertanya sembari meletakkan secangkir teh hangat pada Andrea.
Andrea menggelengkan kepalanya, sebuah senyuman kecil terukir di wajahnya,"Aku terlalu takut untuk memberitahunya." Hela nafas kembali lolos dari mulutnya. Raut wajahnya yang kusut ditambah dengan lingkar hitam dibawah matanya, membuat Dokter Aris sadar bahwa lelaki muda dihadapannya ini tengah kacau.
Dokter Aris berdeham singkat sebagai respon dari penuturan Andrea. Lelaki paruh baya itu ikut menghela nafas melihat tatapan kosong dari Andrea. Ia pun teringat akan sesuatu, sebenarnya ia enggan untuk bertanya hal ini, namun biar bagaimanapun lelaki muda dihadapannya ini merupakan salah satu pasiennya.
"Lantas, apakah kamu ingin melanjutkan pengobatanmu itu?" Dokter Aris bertanya dengan menatap lurus Andrea.