Mata hitamnya menatap lurus pintu bercat putih itu. Kedua telapak tangannya berkeringat, rasa gelisah mulai menyelimuti. Salah satu tangannya terangkat, hendak menekan bel yang ada di samping pintu, tetapi pikirannya tiba-tiba saja teringat akan penuturan Astrid.
"Jangan pernah ke rumahku Kak. Aku tidak ingin Kakak bertemu dengan orang tuaku saat ini."
Kepalanya menggeleng. Suara Astrid bahkan berdengung dalam pendengarannya. Gadis itu bahkan telah memperingatinya, tetapi kini ia telah berdiri di depan pintu rumah gadis itu. Matanya kembali menatap pintu putih di hadapannya. Salah satu tangannya yang terangkat masih berada di udara. Dirinya menghela napas dalam-dalam kemudian mengembuskan. Kepalanya mengangguk kecil, meyakinkan diri. Tangannya menekan bel tersebut.
Ia hanya menekan bel tersebut satu kali. Suara seorang wanita lantas terdengar samar.
"Siapa ya?" Wanita itu berteriak seraya berjalan ke arah pintu.