BRUKKK!!!
Aku menabrak bahunya. Dia terus berjalan seolah tidak menyadari
keberadaanku. Rambut pendek orangenya terlihat lebih gelap hari ini.
Dan matanya yang selalu terlihat bersemangat itu terlihat kosong. Atau
cuma perasaanku saja? Ntahlah kenapa aku harus memperdulikannya.
'ah dia menatapku!'
Akhirnya dia menyadari keberadaanku. Kata kata yang kulontarkan
kemarin sepertinya membuat mentalnya sedikit terguncang. Tapi buat apa
kupedulikan itu? Dia pantas untuk itu.
Dia menatapku tajam dengan mata ungunya yang kosong, lalu mendekatiku
perlahan. Lalu berhenti tepat di depanku. Matanya terlihat seperti
mengamatiku, dari ujung rambut hingga ujung kaki.
" hey nak. Siapa namamu?" tanyanya dingin.
'lelucon apa yang dia mainkan sekarang?' aku pikir dia sedang bercanda
sekarang. Karna dia orangnya seperti itu. Aku melewati dan
mengabaikannya seperti biasa. Tapi, tidak seperti biasanya. Dia hanya
diam melihatku pergi dan mengabaikannya. Biasanya dia akan memaksaku
untuk meladeni leluconnya. Aneh.
Dia melihat punggungku terus dari belakang, lalu berlari mengikuti
langkah kakiku yang cepat. Dia berjalan mengikutiku dari belakang. Dia
sedikit berlari jika tertinggal jauh dariku. Dia terlihat kesusahan
mengikutiku dengan kakinya yang pendek.
"bajingan pendek sialan!"gumamnya tidak jelas.
"apa?" kataku menghentikan langkahku.
BRUKK!!!
Dia menabrak punggungku dengan keras. Sepertinya dia terlalu fokus
mengejarku, sehingga tidak menyadari aku berhenti. Lalu dia menatap
mataku lurus sambil mengusap ngusap hidungnya yang kesakitan. 'apa aku
salah dengar?'.Aku berusaha meyakini diriku, lalu melanjutkan
perjalanan.
Dia diam tanpa sepatah kata selama perjalanan menuju sekolah.
Sesampainya kami di kelas, dia terus mengikutiku sampai kemeja ku.
Lalu duduk disampingku dan menatapku.
" hey nak, siapa namamu?" akhirnya dia berbicara. Tapi, dia menanyakan
pertanyaan yang tadi. Apa leluconnya masih berlanjut? Aku tidak
mengerti. Aku mengabaikannya lagi. Dia terus menanyakan pertanyaan
berulang. Itu membuatku sedikit tidak nyaman.
"bisakah kau berhenti ? bukankah aku sudah menegaskan padamu kemarin,
untuk berhenti menggangguku dan menjauh dariku? apa kau masih tidak
mengerti?. Hah sial" kataku dingin sambil menghela nafas panjang.
Dia melihatku dengan matanya yang dingin. Lalu diam dan tidak
bertanya lagi. Lalu pandagan matanya yang terus menatapku kini beralih
mengamati ruangan kelas. Seolah merasa asing.
"hey! bukankah aku sudah memperingatimu untuk menjauh dari shuji!
Bisakah kau tidak mengusik kami berdua lagi? Dasar wanita pengganggu.
Sekarang menyingkirlah dari kursiku". Kata akane yang baru datang,
mengusirnya.
Dia menatap akane lalu seketika beralih menatapku. Mengabaikan akane.
"natsugawa shuji?" katanya, memanggil nama panjangku. Dia menatapku tajam.
Aku diam, menjawabnya. Kenapa dia bertingkah seolah pertama kali
bertemu denganku? Aku sama sekali tidak mengerti dengannya hari ini.
"HEI TACHIBANA RENA! APA KAU DENGAR AK-"
" fujiwara kenapa kau berbicara dengan orang gila? Tentu saja dia
tidak akan mendengarkanmu. Wkwk" lanjut takeda yang memotong bentakan
akane. dia membuat seisi kelas menertawai rena.
Rena yang sedang melamun, Mengabaikannya. seolah dia tidak peduli atau
dia tidak menyadarinya. Dia diam beberapa saat lalu bangkit, dari
kursi yang dia duduki. Dan pergi.
Akane duduk di kursinya dan mulai menggerutu tentang rena. " ada apa
dengannya? Haaah" lalu dia menghela nafas panjang. Aku hanya diam,
dan melanjutkan gambarku.
BRUKK!!!
Minami menjulurkan kakinya dengan sengaja. Dan membuat rena jatuh
terlungkup dengan keras. Lalu satu kelas ,kecuali aku. menertawai
gadis yang sedang terjatuh itu.
"hahaha seharusnya aku merekamnya" kata takeda yang tertawa paling keras.
Sejak kejadian kemarin. Rena sepertinya di kucilkan oleh anak anak
kelas. Tapi mereka sedikit keterlaluan kali ini. Tidak ada seorangpun
yang membantunya. Lalu gadis itu bangun dengan darah dihidungnya,
mimisan. Darah itu mulai jatuh mengotori bajunya. Dia melihat ke
arahku, tapi aku mengalihkan wajahku. 'Dia pantas mendapatkan itu'.
Perasaanku saja, ekspresi datar di wajahnya selintas terlihat kecewa.
Lalu dia mengalihkan pandangannya kearah minami.
"kenapa? Hey ayolah aku hanya tidak sengaja, Kau tau?" tanpa rasa bersalah.
Rena menatapnya tajam. Lalu berjalan dengan sempoyongan ke arahnya.
Dan berdiri di depannya. Minami mulai terlihat risih. Rena terus
menatapnya matanya dengan tajam dan dingin.
"apa?!kenapa hah! Ada masalah Hey ayolah aku kan sudah bilang, aku
tidak sengaja! Teman teman juga lihat kok." Kata minami yang mulai
terlihat agak takut dengannya.
"aku tidak ingat pernah menggambarmu" katanya dengan dingin setelah
mengamati minami.
"KYAAA!!!!" teriak minami kesakitan. Rena menginjak kakinya dengan
sangat kuat. Lalu ia menarik kerah baju minami.
"apa kau sedang main main denganku?" tanyanya dingin dan menakutkan.
Minami mulai menangis karna kesakitan dan takut dengan raut wajah rena
yang melotot dan dingin ke arahnya. Suasana kelas yang ramai itu mulai
menjadi hening. Anak anak kelas lain mulai mengintip dari jendela.
mata mereka memancarkan rasa penasaran dan mulai bertanya tanya, apa
yang telah terjadi?
Temannya minami, aoi. Pergi mencari guru, sedangkan yang lainnya
mencoba menghentikan rena. Tapi, usaha mereka sia sia. Selain takut
dengan tatapan kosong gadis itu, mereka juga tidak bisa
menghentikannya, karna rena terlalu kuat.
"hiks…hiks maafkan aku.. aku sengaja menjegalmu.. maafkan.. hiks..
aku" minami menangis tersenggak senggak sambil mengakui perbuatannya,
dan meminta maaf pada rena.
Melihat minami yang menangis, rena perlahan sadar dan melepas kerah
minami. Lalu dia diam. Dan melamun seperti orang mati.
" hey apa yang terjadi di sini??!" satou-sensei dan aoi tiba di kelas.
Pria berusia hampir 30 tahun itu mulai bertanya tanya apa yang sedang
terjadi. Lalu memfokuskan pandangannya ke arah rena yang melamun.
"nanacchi, apa yang terjadi denganmu hari ini? tidak biasanya kau
membuat masalah seperti ini" tanya satou-sensei.
Rena memiliki sifat yang ceria dan mudah akrab dengan siapa saja.
kekuatan komunikasinya sangat luar biasa. Bahkan bisa dibilang sebelum
kejadian itu, dia akrab dengan semua orang yang di sekolah ini.
termasuk para guru. Dan satou-sensei adalah salah satu guru yang akrab
dengannya.
"nanacchi, hei apa kau mendengarku?" satou-sensei mulai memanggilnya
sekali lagi. Dia tetap diam dan mengabaikan satou-sensei.
Satou-sensei melihat kearah kami seolah seolah bertanya apa yang
terjadi dengannya. Tidak ada satupun yang menjawab. Lalu satou-sensei
melihat ke wajah rena yang melamun.
"UWAHH NANACCHI!! KAU BERDARAH. HEI TACHIBANA RENA!!"teriak
satou-sensei yang histeris dan memanggil namanya dengan serius. Karna
gadis itu terus diam membeku seperti orang mati, satou-sensei menarik
tangannya dan mau pergi membawanya ke uks.
Gadis itu mulai sadar dari lamunannya, menepis tangan satou-sensei.
"hah.. siapa kau bajingan? Berani beraninya kau menyentuhku." katanya
dingin, sambil mengelap darah di tangannya.
Dia mengamati kelas lagi dan pandangannya berakhir menatapku. Lalu dia
pergi keluar kelas.
Satou-sensei membeku karna shock. Tubuhnya bergetar hebat dan takut.
"apa itu benar benar nanacchi?kenapa dia tidak mengenalku? Hei apa dia
kerasukan roh jahat? Dia terlihat sangat menakutkan menatapku dingin
dengan wajah cantiknya itu" kata satou-sensei lesu.
"hei natsugawa apa dia salah makan hari ini? dia terlihat seperti
orang yang benar benar berbeda." Tanya akane yang duduk di sebelahku.
Setelah itu dia memanggiku,akane, minami dan takeda ke ruang guru
meminta penjelasan.
Dan rena dia tidak terlihat lagi sejak saat itu.
"apa?! Sudah selarut ini? rena belum juga kembali?" kataku panik.
Ibu rena yang khawatir mulai menjadi panik karna anak perempuannya
belum juga pulang padahal sudah lewat tengah malam.
"aku pikir dia sedang bermain di rumahmu shuji, tapi dari reaksimu
sepertinya dia tidak ada di sini. Bagaimana ini.. aku takut kalau
terjadi apa apa dengannya" dia mulai menangis.
"Tenang saja kak haruna, kami akan membantumu menemukan rena" kata
pamanku yang berusaha menenangkan ibunya rena.
" ya kan shuji?" lalu dia dan ibunya rena menatapku.
Hah karna ini salahku aku akan membantu mencarinya. Dasar gadis jeruk
itu, membuat repot orang lain saja.
Aku mengangguk dan kami mulai berpencar mencari rena. Aku mencarinya
dari tempat yang sering dia datangi, rumah temannya, bahkan sampai ke
tempat favoritnya. Aku tidak bisa menemukan rena.
Karna tidak menemukan dia dimanapun aku memutuskan untuk kembali.
Paman dan reno, adiknya rena juga tidak menemukan rena. Ibu rena
terus menangis khawatir. Lalu kami memutuskan untuk melapor pada
polisi.
Setelah pulang dari kantor polisi, paman dan reno berusaha
menenangkan ibunya rena. Aku mengikuti mereka dari belakang.
"shuji??"
Sangat sedang fokus berfikir sambil melihat punggung pamanku, ibunya
rena dan reno . Fokusku teralih oleh seekor kucing hitam di sudut
jalan. Kucing itu melihatku dengan sangat tajam dan pekat. Lalu pergi.
Tanpa sadar aku mengikuti kucing itu. Dia pergi ke berbagai tempat dan
menghilang tepat di bawah jembatan sungai.
Aku yang kebingungan mencari cari kucing itu. Tapi yang kutemukan di
bawah jembatan adalah gadis mungil dengan rambut pendeknya yang
berwarna oranye, yang sedang duduk di tempat gelap dan lembab itu. Dia
terlihat basah kuyup, kulitnya yang putih bersih itu kotor dan penuh
luka. Dia rena!!! Bagaiamana bisa dia berakhir di sana dengan tubuh
penuh luka seperti itu!!!
"kupikir aku akan ke neraka… tapi kenapa aku berakhir disini? Menjadi
rena..sial. apa ini karna aku membunuh sampah sampah itu?? Tapi mereka
pantas untuk di bunuh. Haaah aku mulai merindukannya.." gumamnya
sambil melihat kearah sungai dengan mata mati.
Seketika langkahku terhenti.
'Membunuh?siapa yang dia bunuh? Menjadi rena? Dia kan rena? Apa
maksudnya?apa dia bukan rena' kepalaku saat ini di penuhi beribu
pertanyaan. Aku tidak bisa mengerti satu pun kata katanya. Aku
memikirkan semua sampai tidak sadar, bahwa ada mata yang menatapku
tajam.
Rena menyadari keberadaanku. Dan melotot tajam ke arahku. Matanya
ungunya yang melotot dalam gelap itu seperti bersinar menunjukkan
warnannya. Ini sangat mengerikan rasanya seperti berada di film
horror/thriller yang di mana, aku seperti chara mengetahui rahasia
yang seharusnya tidak di ketahui. Dia berdiri dan mulai berjalan
mendekatiku.
Ugh sial ini menakutkan. Bulu kudukku berdiri semua. Dan keringat
dinginku perlahan menetes.
"hei, rena dari mana saja kau? Merepotkan ora-"
" kau mendengarnya kan..?" dia memotong kata kataku yang mencoba
berpura pura tenang. Tanpa ku sadari dia sudah berada satu meter
berada didepanku.
Matanya melotot lurus ke arahku. Raut wajahnya yang dingin terlihat
sangat menyeramkan di dalam gelap nya malam. Dia melangkahkan kakinya
mendekatiku lagi. kakiku melangkah mundur dengan sendirinya. Dia yang
melihatku mundur menghentikan langkahnya. Dan masih menatapku.
"kau takut?" tanyanya.
" hei tenanglah, aku tidak akan memakanmu kok." Lanjutnya, tersenyum mengerikan.
'Hei kenapa kau tersenyum!!! Itu membuatku semakin takut!!!'.
Aku mundur menjauh darinya. Itu membuatnya terlihat kaget untuk
beberapa saat. Dia sangat menakutkan. Pikiranku terus berkata bahwa
dia bukan rena. Dan aku mulai setuju dengan itu.
"s-siapa kau? Dimana rena?" tanyaku terbata bata.
"dia mati." Jawabnya singkat.
Rena mati? Mendengar itu membuat tubuhku membeku untuk beberapa
saat. Lalu aku memberanikan diri menatap matanya. Dan bertanya lagi.
"kau membunuhnya?" tanyaku lagi.
"kenapa aku? Bukankah itu kau?" jawabnya dingin.
'aku? Membunuh rena?' aku berfikir semakin dalam dan dalam. Sampai
kepalaku mulai sakit. Bagaimana bisa aku membunuhnya?bukan kah semalam
dia masih baik baik saja?kenapa? kenapa?kenapa?
" gadis yang malang dia mati karna perkataan orang yang dia cintai,
dan bahkan orang yang dia cintai tidak menyadari, bahwa dirinya telah
mati" lanjutnya. Membuatku sadar dari lamunanku.
karna kata kataku kemarin? Apa dia bunuh diri? Aku tidak tau kalau
kata kataku berdampak seburuk itu padanya. Aku merasa bersalah,
harusnya aku tidak mengatakan itu padanya. Walaupun aku sangat
membencinya. Ugh ini semua membuatku mual dan lelah.
Aku melihat rena yang di hadapanku, dan membuatku semakin merasa
bersalah.melihatnya menatapku dingin. Itu semakin membuatku merasa
terbebani.
"kau merasa bersalah? Ya kan? Hei nak, asal kau tau. Aku bisa
menghidupkan rena kembali." Katanya.
" tapi dengan satu syarat. Kau harus membantuku menemukan cara agar
aku bisa mati" lanjutnya.
wajahnya sangat dekat sekarang.
"siapa kau? Kenapa aku harus membantumu? Apa kau benar benar bisa
menghidupkan rena?" aku menanyakannya banyak hal.
Bagaimana bisa aku mempercayainnya, aku tidak tau siapa dia, kenapa
aku harus membantunya?.
" tentu saja kau harus membantuku. Karna aku adalah orang yang
menciptakan dunia ini. jika aku mati, aku bisa kembali ke tempatku dan
menghidupkan rena." Katanya menjawab pertanyaanku.
Aku masih waspada terhadapnya. Dan mengamati dirinya.
" kau dewa?" tanyaku penasaran.
"mungkin semacam itu. Tapi, aku bukan dewa. Aku hanyalah author kok.
Dan kau adalah alasan dunia ini ada, anakku shujinko [pemeran utama]"
Aku masih tidak mengerti.
"ya gitu lah. Karna kau shujinko kau harus membantuku. Sang author"
" jadi mohon bantuannya.. shujinko" dia tersenyum.
Aku melihat rena dengan senyuman bodohnya dari kecil. Berjuta juta
kali bahkan bisa lebih dari itu. Tapi kini yang kulihat adalah orang
lain dengan wajah rena di bawah rembulan dengan mata ungunya yang
bersinar dan senyumannya yang indah. Membuatku tidak ingin mengakui,
aku telah terpesona padanya.
End ch 1