"Terima kasih!" Aku menarik kedua ujung bibir lalu menatapnya. "Pergi, dulu, ya!"
Dejavu.
Seolah aku pernah mengalami hal serupa dan dengan lelaki muda itu. Persis seperti yang baru saja terjadi. Dia dengan jaket hitam berbahan parasut, sedang bersandar di tembok. Kedua tangannya dimasukkan ke saku. Tak lupa senyum tebar pesona dia lemparkan ke semua wanita yang lewat.
Dan sekarang, aku merasa ada sesuatu yang menarik mata ini untuk melihat ke arahnya.
"Kenapa, Kak?" tanyanya.
"Ah, gak. Hanya memastikan!" Aku mengalihkan pandangan ke lain objek.
"Oh, kirain mau ngakuin kalau aku tampan!" Dia mengedipkan sebelah matanya.
Demi Dewa Zeus, ingin pingsan rasanya. Kenapa Tuhan menciptakan mahluk sesempurna dia, sih?
Sayang, profesinya tidak bisa dibanggakan di depan semua orang.
"Udah, Kak. Jangan mencuri-curi pandang. Liat aja. Gratis kok."
Hais, kali ini aku benar-benar ingin menimpuknya. Ketahuan mencuri pandang itu rasanya seperti abis ditembak mantan. Deg-degan.