"Siera, bangunlah. Makan malamnya sudah siap," bisik Keenan sambil mengusap lembut pipi mulus Siera.
"Emmm." Hanya gumaman tak jelas yang keluar dari mulut Siera.
"Lucu sekali dia," gumam Keenan sambil kembali mengelus pipi Siera.
"Bangun, Sayang. Tak laparkah perutmu?" Keenan kembali mencoba membangunkan Siera. " Kalau nggak bangun, aku cium, ya?" goda Keenan sambil tersenyum geli.
"Emmm, apa, Keen? Jangan ganggu, aku masih ngantuk," rengek Siera.
"Makan dulu, nanti lanjut lagi tidurnya setelah makan," ucap Keenan lembut.
Siera membuka mata, dilihatnya wajah Keenan yang terlihat sangat tampan begitu dekat di wajahnya.
Satu.
Dua.
Tiga.
"Aaa ...," teriak Siera terkejut, menyadari Keenan wajah begitu dekat dengannya.
Deg
Deg
Deg
Suara detak jantung Siera begitu cepat.
"Ya, Tuhan jantungku. Apa aku terkena serangan jantung? Kenapa detak hantungku begitu cepat?" batin Siera.
"Hei, Siera. Ada apa?" tanya Keenan sambil mengelus pipi Siera.