Saat menanti kepulangan Keenan, sang suami dari kantor, lagi-lagi air mata Siera menetes. Wanita itu kembali terngiang, kala kata-kata hinaan terlintas diingatannya.
"Kenapa air mata ini mengalir terus? Harusnya tak perlu menangisi hinaan dari Mama Martha, Sashi, dan Siska kan? Mereka sudah sering melakukan itu padaku saat Keenan tak ada di rumah," gumam Siera, gadis itu amat terluka hatinya.
"Mereka hanya berani menghinaku saat Keenan tak ada. Tapi kalau ada Keenan, mereka bersikap manis, ramah, dan baik padaku. Hanya karena aku orang miskin, mereka selalu menghinaku. Memang apa yang salah dengan orang miskin? Meski miskin harta, setidaknya aku tak miskin hati."