Chereads / 4 Khulafaur Rosyidin / Chapter 122 - Kholifah

Chapter 122 - Kholifah

Penaklukan dan Pemerintahan

Al-Walid melanjutkan kebijakan ayahnya untuk meluaskan wilayah kekhalifahan. Tidak ada yang menantang kedudukannya sebagai khalifah sebagaimana pada masa tiga pendahulunya, sehingga Al-Walid dapat lebih memusatkan perhatian pada upaya penaklukan di timur dan barat. Masa pemerintahannya dipandang sebagai salah satu periode terkuat kekhalifahan.

Keberhasilan dalam masa kekuasaan Al-Walid tidak terlepas dari para gubernur berpengaruh yang berkuasa atas namanya. Sepupunya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, ditunjuk sebagai gubernur di kawasan Hijaz dan dia berhasil meredakan ketegangan yang disebabkan luka politik antara penduduk setempat dengan pihak Umayyah.

Al-Walid menaruh perhatian besar pada pengembangan militer. Dia membangun angkatan laut terkuat pada masa Umayyah dan menjadi kunci penting penaklukan Iberia. Pada tahun 711, pasukan kekhalifahan telah menyeberang Selat Gibraltar dan di bawah kepemimpinan dari Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, pasukan Umayyah yang terdiri dari bangsa Arab dan Berber mulai menaklukkan kawasan tersebut. Tahun 716, Umayyah sudah berhasil menguasai Iberia dan sebagian Franka (Prancis).

Seperti ayahnya, ia melanjutkan untuk memberikan kebebasan pada Al-Hajjaj bin Yusuf, dan kepercayaan tersebut berbuah kemenangan. Al-Hajjaj bertanggung jawab memilih panglima yang berhasil membawa kemenangan di timur. Muhammad bin Qasim berhasil menundukkan Sindh pada 711, membuka jalan penaklukan India pada masa-masa selanjutnya. Qutaibah bin Muslim, salah satu panglima Umayyah dan gubernur Khurasan, menaklukkan Samarkand, dan mengirim duta ke Tiongkok.

Dalam menjalankan pemerintahan di kawasan timur, Al-Hajjaj sendiri sangat keras dalam menekan para penentang Umayyah, di antaranya adalah kelompok Syi'ah. Keadaan ini membuat mereka mengungsi ke Madinah dan hidup dalam perlindungan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz di sana. Al-Hajjaj mengkritik 'Umar karena dinilai terlalu lemah terhadap para penentang yang berpotensi menggoyahkan kekuasaan Umayyah sehingga dia meminta Al-Walid untuk memberhentikan 'Umar. Al-Walid sepakat, kemudian mengangkat 'Utsman bin Hayyan sebagai Gubernur Makkah dan Khalid bin 'Abdullah sebagai Gubernur Madinah.

Kebijakan lain

Al-Walid merupakan penggemar arsitektur dan memerintahkan berbagai pembangunan di masanya. Sekitar tahun 701 pada masa kekuasaan ayahnya, Al-Walid memerintahkan pembangunan Jami' Al-Aqsha, tempat shalat di Masjid Al-Aqsha bagian selatan. Pada tahun 707, Al-Walid memerintahkan perluasan Masjid Nabawi di Madinah. Untuk pertama kalinya, menara masjid dibangun dengan didirikannya empat menara di Masjid Nabawi. Al-Walid juga memerintahkan pembangunan jalan dan sumur-sumur di Hijaz.

Di Damaskus, Al-Walid mengubah basilika Kristen yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya dalam Islam) menjadi masjid agung. Basilika ini sendiri awalnya adalah kuil Romawi untuk pemujaan Dewa Yupiter. Masjid ini, kemudian dikenal dengan Masjid Agung Umayyah, selesai dibangun pada 715, beberapa saat setelah Al-Walid mangkat. Dikatakan bahwa kepala Nabi Yahya dikebumikan di kompleks masjid ini.

Al-Walid juga termasuk yang pertama membangun rumah perawatan untuk tunagrahita dan membangun rumah sakit pertama yang menampung mereka sebagai bagian dari layanannya. Setiap penderita juga memiliki perawat yang ditugaskan merawat mereka. Dia juga mengembangkan sistem kesejahteraan, lembaga pendidikan, dan langkah-langkah untuk apresiasi seni.

Al-Walid juga dikenal karena kesalehan pribadinya dan banyak cerita menyebutkan bahwa ia terus-menerus mengutip Al-Qur'an dan selalu menjadi tuan rumah yang menyajikan jamuan besar untuk orang-orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan.

Pewaris takhta

Pada masa akhir kekuasaan 'Abdul Malik, Al-Walid diangkat sebagai putra mahkota pertama dan Sulaiman, adik kandung Al-Walid, sebagai putra mahkota kedua. Hal ini membuat saat Al-Walid menjadi khalifah, Sulaiman berada di urutan pertama sebagai pewaris takhta menurut keputusan 'Abdul Malik.

Meski demikian, Al-Walid berencana untuk mengangkat putranya sendiri, 'Abdul 'Aziz, menjadi putra mahkota pertama menggantikan Sulaiman. Rencana Al-Walid didukung oleh Al-Hajjaj dan Qutaibah bin Muslim. Sulaiman sendiri menolak untuk menyerahkan kedudukannya saat diminta Al-Walid. Saat Al-Walid mengundangnya ke Damaskus yang direncanakan akan dilangsungkan peralihan posisi putra mahkota secara resmi, Sulaiman mengulur waktu untuk memenuhi undangan tersebut. Al-Walid mangkat pada tahun 715 sebelum rencana tersebut diresmikan. Pemuka Umayyah kemudian melantik Sulaiman sebagai khalifah yang baru. Al-Walid sendiri kemudian dikebumikan di pemakaman Bab ash-Shaghir.

Dua putra Al-Walid baru menjadi khalifah pada masa-masa akhir kekuasaan Umayyah di Syria.