Perang Yarmuk adalah pertempuran pada abad ke-7 yang melibatkan pasukan Muslim Khulafaur Rasyidin melawan Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium. Pertempuran ini berlangsung selama enam hari, tepatnya dari tanggal 15 hingga 20 Agustus 636 Masehi. Pasukan Muslim dipimpin oleh Khalid bin al-Walid, sementara legiun Bizantium di bawah komado Vahan dari Armenia. Meskipun kalah jumlah, perang yang terjadi di dekat Sungai Yarmuk, perbatasan Suriah-Yordania dan Suriah-Palestina, ini berhasil dimenangkan oleh Khulafaur Rasyidin dan secara resmi mengakhiri kekuasaan Bizantium di Suriah. Selain itu, Perang Yarmuk dianggap sebagai peristiwa bersejarah karena menandakan pesatnya perkembangan Islam keluar jazirah Arab.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 M, Abu Bakar Ash-Shiddiq diangkat menjadi khalifah pertama Khulafaur Rasyidin.
Selama berkuasa, Abu Bakar menghadapi pemberontakan orang-orang murtad dari seluruh penjuru jazirah Arab. Pada periode ini, terdapat pemimpin perang yang sangat disayangi Abu Bakar karena bakatnya yang tidak tertandingi di medan perang, yaitu Khalid bin al-Walid. Abu Bakar kemudian melancarkan ekspansinya ke utara, yakni menuju Yordania, Palestina, Irak dan Suriah, yang mereka sebut sebagai negeri Syam. Oleh umat Muslim, Perang Yarmuk bertujuan untuk membebaskan negeri Syam dari kaum Romawi serta menyebarkan Islam di sana. Pada 634, Abu Bakar mengirimkan empat regu pasukannya dengan jumlah total 24.000 tentara ke negeri Syam.
Pergerakan pasukan Muslim yang menembus perbatasan Palestina-Yordania-Suriah dan serangkaian penaklukkan kecil di wilayah tersebut telah mengagetkan imperium Bizantium. Kaisar Bizantium, Heraklius, yang saat itu berada di Damaskus, segera mengerahkan pasukannya di berbagai penjuru negeri untuk mengusir umat Muslim dari wilayahnya. Pada 634, Abu Bakar wafat dan misinya dilanjutkan oleh penggantinya, Umar bin Khattab.
Jumlah pasukan Islam pada Perang Yarmuk adalah 45.000 orang. Mereka harus melawan pasukan Romawi yang jumlahnya 240.000 dan bersenjata lengkap. Meskipun kalah jumlah, pasukan Muslim yang dikomando oleh Khalid tidak gentar sedikitpun menghadapi pasukan Romawi Timur. Terlebih lagi, kehebatan Khalid di medan perang dalam mengatur pasukan dan strategi memang sangat gemilang, bahkan membuat para komandan Bizantium tercengang. Pasukan Romawi Timur yang sangat besar menyebabkan pasukan Muslim berpura-pura untuk mundur dan meninggalkan kota-kota. Pertempuran ini dinamakan Perang Yarmuk karena peperangan terjadi di lembah Yarmuk yang sangat luas. Mereka kemudian menyeberangi sungai menuju ke arah kanan dan membuat pangkalan di lembah yang terletak di jalan terbuka pasukan Romawi. Dengan cara ini, kaum Muslimin menutup jalan pasukan Romawi yang mengandalkan jumlah dan peralatannya.
Pasukan Romawi tidak memiliki jalan lain atau tidak dapat melarikan diri apabila mereka terpaksa melarikan diri karena pasukan Islam telah mengambil alih satu-satunya jalan mereka. Selain itu, Khalid juga membagi pasukan Islam menjadi beberapa regu yang setiap regunya terdiri dari seribu pasukan yang dipimpin satu amir. Regu-regu ini dibagi ada yang menjadi pasukan sayap kanan, sayap kiri, dan pasukan inti. Pasukan Romawi yang seakan tidak ada habisnya turun dari gunung untuk menghancurkan pasukan Islam, membuat perang menjadi sengit. Berkat besarnya semangat perjuangan pasukan Muslim, pada akhirnya pasukan Romawi yang jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak, dapat dikalahkan. Pertempuran ini juga dianggap sebagai kemenangan militer terbesar Khalid dan mengukuhkan reputasinya sebagai salah satu ahli strategi dan komandan kavaleri terbesar dalam sejarah.
Pertempuran ini membuat kembalinya wilayah Damaskus ke tangan Muslim dan secara resmi mengakhiri kekuasaan Bizantium di Suriah, Palestina, dan Mesopotamia. Sementara itu, Kaisar Heraklius terpaksa meninggalkan Suriah dan menyatakan bahwa kekalahan itu adalah keputusan Tuhan dan akibat dari dosa-dosa penduduk, termasuk dirinya. Perang Yarmuk juga dianggap sebagai peristiwa bersejarah karena menandakan pesatnya perkembangan Islam keluar jazirah Arab. Pasca penaklukan itu, umat Islam segera menyebar di Mesir, sebagian Afrika Utara, dan beberapa wilayah di Laut Tengah. Ukuran kerajaan Islam pun menjadi berkembang luas hanya dalam hitungan dekade saja.