Aisyah hanya membalas dengan senyuman dengan kakaknya yang suka usil itu. Dua gelas kopi sudah di suguhkan dengan panas dan pas dengan roti pendamping.
"Ayo di minum kopinya, Attar."
"Terima kasih, Kak!"
Perbincangan itu justru malah perbincangan antara Attar dan kakaknya Aisyah. Hal itu memang di sengaja oleh Rahman yang sedang mengganggu adiknya.
"Baru kali ini loh, ada yang berani datang ke rumah Aisyah. Berarti kamu pria yang paling beruntung, Tar!"
"Kok bisa, Kak?"
"Karena selama ini, mana ada yang dekat dengan adik aku. Dia begitu pemilih orangnya."
"Apa sih, Kak!" Aisyah tersipu malu.
"Ada apa ini?"
Tiba-tiba ayahnya datang, dan seketika membuat Aisyah terperanjat kaget. Dia langsung berdiri dan menundukkan kepalanya. Aisyah begitu takut dengan ayah, sehingga kepatuhannya membuat apa pun yang di perintahkan ayah harus segera di turuti. Apa pun itu masalahnya.
"Ayah!" Ucap Rahman khawatir. Sedangkan Attar langsung berdiri dan menyalami tangan Ayah.
