"Van, ayo kita cari di tempat lain. Sepertinya kita sudah salah tempat. Mereka tidak ada di sini kok!"
"Ayo, Grizelle." Evan memalingkan wajah dan tubuhnya lalu beranjak pergi.
"Kalau tidak ada di sini, berarti mereka di mana ya?" Tanya Evan kembali sembari berjalan. Mendapatkan keganjalan yang dia dapat, dengan tidak mendapatkan sahutan dari Grizelle setelah beberapa langkah. Akhirnya Evan menyadari, bahwa Griz tidak mengikutinya saat itu.
"Loh, Griz di mana? Tadi dia ngajak pergi. Kok sekarang tidak ada?" Evan kembali di tempat orang-orang tadi berkumpul untuk mencari Grizelle.
"Griz, kamu ngapain masih di sini?" Evan menarik tangan Griz yang ternyata masih tertinggal di tempat tadi. Namun kali ini, justru Grizelle menarik kembali tangan Evan untuk melihat apa yang di tunjuk Grizelle.
"Apa?" Tanya Evan masih tidak mengerti.
"Lihat pria itu, bukan 'kah dia tadi yang menarik paksa Ibu Ulfa?" Grizelle meyakinkan Evan.
"Iya, benar. Dia pria itu. Berarti, mereka ada di sini." Sambung Evan.
"Ulfa," Teriak wanita paruh baya yang di panggil Mama oleh Ulfa.
Seketika itu juga, Evan dan Grizelle baru menyadari. Bahwa wanita yang memakai gaun tadi adalah Bu Ulfa dosen mereka. Karena posisi Ulfa saat itu membelakangi Grizelle dan Evan.
"Kita sudah gagal paham, Van. Berarti pakaian tadi bukan karena Bu Ulfa di nodai. Melainkan dia ingin menikah."
"Benar kata kamu, Griz."
"Ya sudah, Bu Ulfa baik-baik saja kok. Ayo kita pulang!"
"Tidak, Griz!" Kini justru Evan yang tidak ingin pulang.
"Kenapa? Semua sudah selesai, ini bukan urusan kita lagi."
"Grizelle, apa kamu tidak sadar dengan percakapan mereka tadi? Bu Ulfa itu sedang tertekan. Dia di paksa menikah dengan pria itu. Kamu lihat 'kan pria itu? Dia terlihat sudah tua. Tidak pantas untuk Bu Ulfa yang masih muda dan cantik."
Sejenak membuat Grizelle berpikir dan mengingat dirinya juga suatu hari nanti akan mengalami hal yang sama seperti itu. Grizelle terdiam kaku membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Hal itu malah membuat Evan bingung.
"Griz, kamu kenapa malah diam?" Evan belum mengetahui kejadian yang sudah menimpa Grizelle sebenarnya. Maka dari itu, Evan juga menganggap hal itu hal biasa baginya. Seorang wanita yang di jodohkan dengan pria yang tidak di cinta.
"Kita harus hentikan ini, Van!" Tiba-tiba Grizelle semangat untuk menghentikan hal itu.
"Tapi bagaimana? Aku tidak mengerti. Mereka ramai, nanti kita malah di keroyok."
"Kamu tenang saja, kamu lihat dengan apa yang akan aku lakukan nanti." Grizelle tampak sudah memikirkan sesuatu yang akan dia lakukan dan melemparkan senyum tipisnya.
Beralih dari permasalahan Ulfa yang saat ini sangat tertekan dengan keadaannya. Ulfa benar-benar tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Saat ini dia sudah di kepung oleh keluarga mau pun bodyguard pria tua yang ingin menikahinya nanti.
"Ma, tolong. Aku tidak ingin melangsungkan pernikahan ini. Ini bukan pernikahan yang aku inginkan."
"Oh, jadi kamu ingin Mama di penjara karena tidak bisa bayar hutang?"
"Bukan itu maksud aku, Ma!" Ulfa terisak dengan tangisnya yang membasahi pipi sedari tadi.
"Tidak usah menangis, Sayang. Kita 'kan mau menikah. Kamu jangan takut tentang masa depan kamu. Karena jelas nanti masa depan kita akan lebih cerah. Hutang orang tua kamu lunas, dan kita hidup bahagia." Jelas pria paruh baya yang hampir sama dengan usia mamanya Ulfa. Ulfa sangat merasa jijik mendengarkan hal itu.
"Tidak, aku tidak akan lanjutkan pernikahan ini!" Ucap Ulfa lantang dengan beraninya.
"Aaaakkkk!!" Teriak mamanya Ulfa jatuh seketika ke lantai dengan memegang dadanya. Meringis kesakitan seolah benar-benar amat sakit. Namun hal itu diketahui Grizelle gerak gerik mama yang mencurigakan. Tampak ekspresi mama biasa saja dan sekejap mengedipkan mata ke arah pria tua itu. Kemudian teriak sakit dan jatuh. Grizelle sudah mengetahui hal itu dan hanya senyum saja dengan santai terus melihat apa yang akan terjadi lagi.
"Griz, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Untuk apa kita masih di sini?"
"Van, kamu suka 'kan dengan Bu Ulfa?"
"Em, sedikit!" jawabnya singkat.
"Aku tanya serius sama kamu, Van!"
"Aku serius, Grizelle!"
"Aku belum percaya."
"Lalu aku harus katakan apa?"
"Aku butuh jawaban kamu dari hati. Karena aku sering melihat kamu saat Ibu Ulfa menerangkan pelajaran, kamu selalu memperhatikan diam-diam dan sangat berbeda."
"Itu mungkin perasaan kamu saja, sudah ah. Ini tidak penting, ayo kita tolong mamanya Bu Ulfa."
"Tidak perlu!"
"Maksud kamu?"
"Iya, kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya."
"Dih, itu sakit betulan, Griz? Kok hanya dilihatin." Ucap Evan.
Sedangkan, Ulfa dan lainnya sibuk menolong Mama yang jatuh hampir pingsan.
"Ulfa, Mama tidak ingin lihat kamu menderita. Mama ingin kamu bahagia dengan dia. Menikahlah demi Mama, Nak! Kamu tidak ingin kehilangan Mama 'kan?"
"Ma, jangan bilang yang bukan-bukan. Aku tidak ingin kehilangan Mama. Aku Cuma milik Mama, aku tidak ingin sendiri. Please! Jangan tinggalkan aku, Ma."
"Kalau begitu, menikahlah sekarang demi Mama!"
Ulfa sejenak terdiam, dalam pikiran dia sangat takut kehilangan harta satu-satunya. Yaitu Mama. Mau tidak mau, Ulfa harus mengikuti kemauan Mamanya.
"Iya, Ma. Aku mau!" Jawabnya semakin melemah dan hampir tidak terdengar itu. Pria itu mendengar lalu bersorak senang karena pujaan hati akhirnya mau menikah dengannya.
"Yes, akhirnya!" teriak pria itu. Evan terlihat sedikit cemberut melihat kejadian itu. Sedikit bingung juga apa yang akan dilakukan Griz.
"Tidak!" Dengan nada keras ucapan Grizelle sangat terdengar jelas dan lantang. Hingga semua mendengar ucapannya dan semua orang dalam ruangan itu melihat kearahnya.
"Siapa? Apa maksud kamu bilang tidak?" Pertanyaan yang dilontarkan pria itu dijawab cepat oleh Grizelle.
"Aku murid Bu Ulfa. Aku tidak setuju kalau Bu Ulfa menikah dengan kamu!" Ucap Grizelle dengan sangat yakin.
"Maksud kamu apa larang aku menikah dengan Ulfa? Kamu hanya muridnya, apa hak kamu melarang kami."
Grizelle tidak menjawab langsung, justru dia mendekati Ulfa.
"Grizelle, bagaimana kamu bisa sampai disini?" Tanya Bu Ulfa.
"Bu, Kenapa Ibu tidak mau menikah?"
Ulfa hanya diam, dia bingung dengan pertanyaan Grizelle yang tiba-tiba.
"Bu, tolong jawab aku? Apakah Ibu mencintai pria lain?"
"Grizelle, jangan tanya soal ini."
"Kenapa? Ibu malu? Jawab saja, Bu. Ini tuh tidak adil. Aku sudah lihat semuanya. Kalau Ibu tidak ingin menikah paksa. Ibu harus pikirkan hati Ibu sendiri. Jangan percaya dengan Mamanya Ibu."
"Heh, apa maksud kamu?" Mama langsung marah mendengar itu.
"Maaf, aku tidak bicara dengan Anda!" Ucap Grizelle tegas. Semua yang melihat hanya terdiam.
"Bu, aku tanya sekali lagi. Tolong di jawab, apakah Ibu mencintai pria lain?"
Selang beberapa detik, tidak ada jawaban dari mulut Ulfa. Grizelle merasa percuma saja bertanya semua itu.