Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Denting sendu

🇮🇩Itsme_na
--
chs / week
--
NOT RATINGS
19.6k
Views
Synopsis
Hidup seorang gadis panti bernama Zevanya Stephanie berubah drastis ketika harapan yang ia selalu panjatkan akhirnya di kabulkan oleh Tuhan, yaitu kehangatan keluarga. Berkat uluran tangan pria paruh baya bernama Bramantyo, ia kini dapat merasakan bahagia karena dapat mengucap kata sakral 'Ayah dan Ibu' Namun, ternyata kebahagiaan itu hanya sesaat dapat ia rasa. Sebuah insiden besar membuat kesalahpahaman muncul dan membuat dirinya dicap sebagai pembunuh. Namun lagi dan lagi, kesengsaraan itu semua belum cukup. Takdir seakan begitu kejam dengan membuat dirinya bagaikan terkurung dalam neraka dunia. 'Kenapa takdirmu begitu kejam Tuhan? Apakah kebahagiaan tak akan pernah singgah dalam hidupku? Mengapa Tuhan? Mengapa?'
VIEW MORE

Chapter 1 - New Life

Selamat datang di kota Bandung Sayang," seru Bram kala mereka berdua telah tiba di kediaman Bramantyo setelah melakukan perjalanan dari kota Bogor.

"Makasih Om," jawab Zevanya tersenyum canggung.

"Eh, kok masih panggil Om sih? Panggil Ayah saja, kan sekarang kamu sudah menjadi anak Ayah," pinta Bram kepada anak barunya yang selalu berhasil membuat hatinya terasa hangat walaupun mereka sama sekali tak memiliki ikatan darah.

"I-iya Ayah," jawab Vanya malu.

"Nah! Begitu dong! Kan enak didengar."

"Udah sekarang kita masuk dulu, Ayah kenalin kamu ke saudara kamu dan juga Ibu kamu yang baru," ajak Bram menuntun gadis remaja itu masuk ke dalam rumahnya yang bernuansa modern itu.

Sembari berjalan, mata Vanya tak henti memindai setiap jengkal rumah Bram yang begitu mewah, hatinya bahkan berdecak kagum akan rumah yang bisa dikatakan sebagai istana itu.

'Ayah Bram kaya banget, aku jadi segan untuk menjadi anak angkatnya,' batin Vanya mulai bimbang.

"Hallo anak-anak Ayah! Sedang apa kalian?" tanya Bram menghampiri kedua anaknya yang berada di ruang tengah.

"Lagi sibuk rebahan aja Yah, mumpung lagi libur," jawab Kaira, anak pertama dari Bram.

"Oh iya, Ayah mau kenalin kalian sama anggota baru keluarga kita," serunya bahagia.

"Siapa? Jangan bilang kalau Ibu hamil lagi ya?" celetuk Kennard, anak kedua dari Bram.

"Enak aja kamu kalau ngomong! Ibu udah gak mau hamil!" tukas Dena istri Bram.

Bram terkekeh mendengar pertikaian kecil diantara keluarganya itu.

"Udah gak usah debat lagi. Maksud Ayah itu mau kenalin kalian semua sama Zevanya, anak angkat Ayah dan tentu saja akan menjadi adik kalian berdua," terang Bram menggandeng tangan Vanya untuk ikut bergabung di sofa empuk berwarna abu tersebut.

"Maksud Ayah anak angkat gimana? Kenapa tiba-tiba?" tanya Ken mengernyit heran sembari atensinya menatap Vanya.

Sedangkan Vanya hanya tertunduk takut jika kehadirannya tidak diharapkan dari keluarga Bram.

'Berarti Ayah Bram belum memberi tahu mereka kalau ingin mengadopsi aku? Ya Tuhan, gimana kalau mereka tidak mau menerima aku? Apa aku harus kembali lagi ke panti dan mengubur dalam-dalam keinginanku untuk dapat merasakan kehangatan sebuah keluarga?' gumamnya dalam hati sedih.

"Iya, memang Ayah belum sempat untuk memberi tahu ini ke kalian, tapi Ibu sudah tahu kok."

"Dan memang kesannya Ayah buru-buru, karena Ayah sudah terlanjur jatuh hati kepada gadis ini, makanya Ayah langsung bawa dia, karena Ayah ingin terus melihat dan menjaga dia," imbuhnya menatap dalam mata Vanya seakan ia melihat keteduhan yang terpancar dari sorot mata bening itu.

"Ayo, kalian kenalan dulu. Masa kalian cuma pandang-pandangan gitu."

Dengan menguatkan hatinya, Vanya pun memberanikan diri untuk menyapa mereka terlebih dahulu. Jika memang dirinya akan kembali lagi ke panti ia sudah pasrah karena memang itu satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Setelah saling mengenalkan diri, hal tak terduga pun terjadi. Respon dari kedua anak kandung Bram ternyata sangat baik. Kedua saudara barunya itu bahkan sangat excited dan langsung membaur seakan tak mempermasalahkan latar belakangnya yang hanya seorang gadis panti yang bahkan tak jelas asal-usulnya.

Melihat hal tersebut tentu saja membuat hati Vanya merasa lega dan senang. Karena ternyata hal yang ada di dalam benaknya tidak terjadi tapi justru sebaliknya.

'Terimakasih Tuhan, semoga ini menjadi awal kehidupanku yang baik,' gumamnya.

Selain Zevanya, orang yang sangat bahagia melihat keakraban itu tak lain dan tak bukan pria paruh baya yang bernama Bramantyo. Ia tak henti-hentinya mengucap syukur karena melihat kehangatan yang tercipta dari ketiga anaknya itu.

'Semoga kamu menjadi pelengkap kehangatan keluarga ini Vanya,' doanya dalam hati.

"Gimana? Senang kan kalian Ayah bawain adik baru?"

"Iya Yah. Kai seneng banget, akhirnya punya adik cewek, kan emang dari dulu Kai itu mintanya adik cewek, tapi malah cowok yang keluar," seloroh Kaira melirik sinis adiknya.

Mendengar ucapan dari kakaknya, Ken seketika menghentikan aktivitasnya yang sedang bermain games dan langsung menatap tajam Kaira.

"Maksud lo apaan Kak? Emang lo kira gue mau punya Kakak absurd kayak lo?!"

"Kalau gue bisa milih sih, ogah gue," jawabnya menatap Kaira remeh.

"Dasar adik gak punya akhlak! Lo ngatain gue absurd? Kalau gue absurd terus lo apa?" tanya Kaira mendelik tajam.

"Gue?" tanya Ken menunjuk dirinya sendiri.

"Kalau gue sih sudah jelas anak baik, sopan, rajin, dan pintar. Gak usah ditanya kalau itu mah, seluruh dunia juga tahu betapa sempurnanya seorang Kennard," serunya percaya diri dengan tangan kanan menepuk dada bidangnya.

"Cih! Gak udah mimpi lo! Yang ada itu, seluruh dunia tahu betapa ketidak-normalnya lo!" sanggah Kaira mengibaskan tangannya ke udara.

Ken langsung mendelik tajam mendengar ucapan Kaira.

"Wah! Lo emang cari ribut ya sama gue? Maksud lo apa ngomong gitu? Lo kira gue belok apa?" geramnya.

Keributan antara dua saudara itu menjadi tontonan ketiga orang yang masih berada di ruang tengah itu, bagi Bram dan juga Dena mungkin melihat itu sudah biasa, bahkan menjadi santapan mereka setiap hari. Namun lain halnya dengan Vanya yang baru pertama kali melihat perdebatan saudara yang terlihat lucu di matanya.

'Punya saudara memangnya seseru itu ya?' tanyanya dalam hati.

"Ya emang lo kan gak normal! Nih ya Vanya aku kasih tahu ke kamu. Dari dulu itu Ken anti sama yang namanya cewek, dia itu cuek bebek abis! Pernah tuh, di kampus ada yang deketin dia, tapi dia cuekin gitu aja, padahal orangnya cantik, apa tuh namanya kalau gak normal? Aneh kan dia Van?" tanya Kai kepada Vanya.

"Heh! Itu gue bukanya gak normal! Tapi gue risih aja dideketin sama cewek model kayak tante-tante gitu, jijik gue."

"Lagian gue juga pernah pacaran ya, walupun sekarang sudah kembali jomblo. Karena gue gak mementingkan yang namanya pacaran yang gak jelas, karena hanya membuang waktu gue yang berharga."

"Gue lebih baik fokus ke kuliah, biar cepat lulus. Gak kayak lo yang kerjaannya godain cowok terus! Kadang gue malu punya Kakak kayak lo," ucapnya panjang.

"Enak aja lo kata! Gue yang lebih malu punya adik gak normal kayak lo!"

"Sudah! Kalian ini selalu saja ribut. Lagian kamu Kai, apa yang dibilang sama Ken itu ada benarnya juga, kamu jangan terlalu sering main. Ingat, kamu sudah semester berapa, harusnya kamu lebih fokus lagi kuliahnya!" lerai Bram yang sudah mulai jengah akan keributan yang tak ada ujungnya itu.

"Ih! Kok Ayah belain curut ini sih?!" celetuk Kai cemberut.

"Bu, kok Ibu diam saja sih? Belain Kaira anak Ibu yang paling manis ini dong," ucapnya mencari pembelaan.

"Sudah Kak, emang Ken sama Ayah kan benar kamu harus segera lulus!"

Kaira semakin bertambah kesal karena tidak ada yang membela dirinya, dengan cepat ia meraih tangan Vanya untuk ia ajak ke kamarnya.

"Lebih baik Kai pergi sama Vanya, Bye!"

"Tunjukin kamar Vanya sekalian Kak," teriak Bram seraya terkekeh melihat putrinya yang merajuk.

Dalam kebahagiaan hari itu, ternyata ada hati seseorang yang terasa panas dan sesak.

'Awas kau anak sialan! Kau pasti mempunyai maksud terselubung masuk ke keluarga ini. Kau tak akan kubiarkan hidup bahagia! But, selamat datang di neraka anak sialan!