⚠ Warning! Typo bertebaran
Happy reading y'all
Jarum penunjuk akan berhenti.
Kau yang telah memilih jalan hidupmu.
Garis takdir yang digoreskan pada Lauhul Mahfudz.
Tidak menyembunyikan kebenaran.
Tuhan memberi hukuman pada pendusta.
Menyelesaikan masalah hanya dengan tampang, pernahkah mendengar hal tersebut? Segala macam masalah yang mengikuti kita layaknya kematian bisa diselesaikan hanya dengan wajah rupawan. Ini bukan cerita bagaimana author menyuruh kalian untuk menggunakan kerupawanan sebagai tameng, ini hanya sekedar ketikan sederhana bagaimana dunia yang kita tempati saat ini sedang berjalan menunjukkan realitanya.
Agatha Vallerie Rayna, seorang mahasiswi hukum semester 4 yang memiliki paras cantik dan lugu membuatnya terlihat seperti malaikat, tak hanya itu saja Valley juga menjabat sebagai wakil ketua BEM di kampusnya. Tentu saja hal ini membuat sebagian besar pria dan wanita di kampus memuji kecantikannya atau sekedar melirik diam hanya agar tidak ketahuan. Namun tak semua senang dengan apa yang dimiliki Valley tentunya.
Valley berjalan santai menyusuri Lorong fakultasnya dengan berbagai dokumen di tangannya, namun saat ia melewati toilet ia mendengar suara tawa dari beberapa gadis yang berada di sana. Untuk mengurangi rasa penasarannya, Valley memutuskan untuk melihat ke dalam. Ternyata di dalam toilet perempuan tersebut terlihat beberapa mahasiswi yang sedang membully mahasiswi lainnya dan ternyata yang sedang mereka bully ialah Aleyna, mahasiswi yang satu jurusan dengan Vallerie. Kedatangan Valley sontak membuat beberapa mahasiswi tersebut menoleh kepadanya.
"Lihat siapa yang datang kesini ini, bidadari dari jurusan hukum. Bagaimana kabarmu, aku dengar ada cowo dari fakultas kedokteran yang kau tolak yaa. Benar-benar deh, seleramu tinggi banget" Ucap Rere, salah satu dari mahasiswi yang membully Aleyna.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Valley.
"Aaah kami sedang memberi tahu sedikit kepada Aleyna, agar dia sedikit sadar diri dengan tempatnya. Kamu tau ngga Val, tadi waktu jam istirahat si Alleyna minta agar kami mengajak dia untuk makan siang juga" Rere berkata sembari mengguyur kepala Aleyna dengan gayung yang berisikan air.
Valley mengenal Aleyna semenjak mereka masuk SMA, mereka berdua berteman dekat bagaikan perangko. Bisa dibilang jika Valley dan Aleyna berjalan Bersama, mereka berdua selalu dibanding-bandingkan, banyak yang membandingkan wajah imut dan polos Valley dengan wajah biasa Aleyna. Tapi hal tersebut tidak membuat Valley menjauhi Aleyna, tapi kebalikannya, Aleyna malah merasa tertekan dengan pandangan orang-orang.
Namun suatu kejadian membuat mereka seperti orang lain ah lebih tepatnya hanya Valley saja, Valley tiba-tiba saja menjauhi Aleyna karena ia memiliki teman lain yang bisa dibilang mendapat julukan yang sama dengannya. Valley dan teman barunya, tentu saja membuat pusat perhatian kemanapun mereka melangkah.
Tak bisa dipungkuri dalam persitiwa Aleyna kali inni ada rasa Bahagia yang dirasakan Valley, namun tentu saja Valley harus tetap menjaga wajahnya di hadapan public sebagai perempuan yang baik, ramah, dan polos.
"Bukankah kalian keterlaluan jika sampai menyiram air kepada Aleyna?" ucap Valley dengan menampilkan ekspresi iba.
"Valley benar-benar berhati malaikat bukan? Sudah cantik, baik hati, dan selalu juara di setiap perlombaan. Siapa yang tidak suka padanya?" ucap teman Rere.
Valley tersenyum malu mendengarnya "Ah kalian bisa saja, aku bisa menang di setiap lomba karena dibantu oleh Aleyna juga. Bukan begitu?"
"Mana mungkin orang seperti dia bisa membantu Valley yang cantik ini, kamu terlalu rendah hati Val"
Aleyna yang sedang duduk di lantai kamar mandi, tiba-tiba saja berdiri dan berteriak kepada Valley "AGATHA VALLERIE RAYNA. AKU TAHU KAMU HANYA BERPURA-PURA PEDULI PADAKU KAN, KAMU DULU BUKAN ORANG SEPERTI INI"
Sontak Valley terkejut akan pernyataan Aleyna "Apakah sebelumnya kita pernah bertemu sebelumnya? Oh maaf, aku hanya mengetahui namamu, tapi tidak pernah tahu seperti apa wajahmu" Valley berucap dengan nada sedih.
"Valley jangan nangis. Kamu minta maaf dong udah bikin Valley nangis, bisa ngga sih ngga membentak orang seperti itu?!" ucap Rere.
Alleyna bingung sekaligus terkejut, ia yang sudah disiram seperti ini tapi mereka tidak meminta maaf sedangkan mereka menyuruhnya untuk meminta maaf kepada Valley. Dunia memang kadang berpihak kepada orang yang memiliki title baik.
"Gapapa Aleyna, aku mungkin yang tidak mengingat masa dulu. Yuk aku anterin kamu ganti pakaian, kebetulan aku membawa pakaian tambahan untuk jaga-jaga" Valley menjulurkan tangannya kepada Aleyna.
Namun tiba-tiba saja Aleyna tertawa "Pfft, hahaha. Inilah yang tidak aku sukai darimu Valley. Kamu bertingkah seolah-olah tidak tahu bahwa kamu mendapat julukan 'Putri tercantik di kampus' Tapi sebenarnya kamu mengetahui dan berharap banyak yang memuji, bukan begitu?!"
"Aku tidak paham dengan apa yang kamu katakan, aku hanya bersikap baik padamu namun kau menolaknya. Tidak, kau tidak hanya menolak tapi mengataiku yang bukan bukan. Aku tahu jika aku mendapat julukan itu, namun bukan berarti aku tidak peduli padamu bukan? Kamu marah karena tidak bisa sepertiku?" Valley tertawa pahit.
"Bukankah itu lucu jika aku tidak ingin sepertimu, sekarang saja pertolonganmu membuatku merasa aneh Valley. Kau menolongku karena harus mejaga imagemu sebagai orang baik kan. Kau yang dari awal sudah mendapatkan semuanya kecantikan, teman, relasi, nilai bagus, dan harta. Sedangkan aku, aku yang dari awal harus berjuang mendapatkan itu semua kalah dengan orang yang memiliki semuanya dari lahir"
Melihat pembicaraan yang semakin intens, Valley menarik tangan Aleyna keluar meninggalkan toilet menuju ruang UKS. Di ruang UKS Valley mengambil handuk dan baju ganti yang memang dipersiapkan oleh kampus, ia menyerahkannya ke Alleyna untuk mengganti bajunya.
"Sudah puas? Aku memang lupa apa yang telah aku dulu lakukan padamu baik sengaja atau tidak. Jujur saja memang memiliki sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang tertentu saja membuatku senang dan merasa berharga, namun ada suatu hal dimana kau tidak bisa atau tidak mau melihat dari sudut pandang lain, Alley" Ucap Valley sembari mengeringkan rambut Aleyna yang basah.
"Maksudmu kita harus melihat semuanya dari sudut pandang berbeda? Lalu apa yang akan aku dapatkan dari melakukan hal tersebut, mengasihanimu? Lantas aku yang seperti ini hampir setiap saat dibully oleh mereka Val! Kau yang seharusnya melihat dari kacamata orang lain" Alleyna menghempaskan handuk tersebut ke lantai.
Apakah ini akan menjadi good ending? Tidak tidak, ini bukan penulis yang berhati baik atau kisah klasik yang akhirnya saling memaafkan. Tapi ini adalah cerita dari apa yang pernah penulis lihat atau rasakan di kehidupan nyata.
Valley tiba tiba tertawa "Hmphh, kau benar. Rasanya menyenangkan bukan menjadi pusat perhatian orang lain. Oiya apa kau tau, aku hampir pernah melakukan kesalahan fatal namun banyak yang berpihak kepadaku, kau tau kenapa, karena aku bisa mendapat apa yang aku mau dengan mudah" Valley mengambil handuk yang Alleyna lempar tadi.
"Aku akan bersikap baik kepadamu, namun jangan kau pernah menguak sifat asliku kepada semua orang, paham kan Alleyna yang cantik" Valley sengaja berbicara dekat dengan telinga Alleyna agar ia paham apa yang harus dan tidak seharusnya Aleyna lakukan.
"Oiya satu lagi pesanku untukmu Aleyna, everyone can dream of being a princess, but not everyone can be a princess"
Aleyna masih diam tak berkutik di sisi ranjang UKS, ntah kenapa ia merasakan bahwa Valley tidak main main dengan perkataannya. Ia menganggguk sebagai jawaban. Setelahnya Valley meninggalkan Aleyna dengan perasaan Bahagia. Berbeda dengan Valley, Aleyna jatuh dari ranjang sembari menangis berharap air mata yang jatuh ini dapat ikut membawa semua beban hidup yang ia tanggung.
Ia merasa tidak ingin menjalani ini lagi, kedua kakinya ia paksa untuk bangkit namun seolah gravitasi bumi seakan akan menelannya. Ia tidak tau harus bagaimana sekarang, apakah ia harus menangis di makam kedua orang tuanya lagi? Atau apakah ia harus menyusul mereka agar ia dapat tertawa lepas di sana?
Aleyna tidak dapat berpikir jernih lagi, di atas meja tergeletak gunting, hati Aleyna berkata untuk mengambilnya namun di satu sisi otaknya membayangkan pesan terkahir ibunya untuk meneruskan impiannya membangun toko kue.
Sesaat setelahnya tiba tiba ada seorang pria yang membuka pintu UKS dan tidak sengaja melihat kondisi Aleyna yang mengenaskan "Hey, lo kenapa?"
Alleyna yang sadar lantas berdiri dan akan meninggalkan ruang UKS namun ditahan oleh pria tersebut. "Gue nanya ke lo, lo gapapa?"
"Eh iya, aku gapapa kok. Makasih ya udah khawatir" Alleyna ingin sekali meninggalkan ruangan tersebut, namun badan pria itu menghalangi pintunya.
"Orang aneh mana yang nangis sendirian di UKS sambal bawa bawa gunting malah bilang ngga papa, lo mau bunuh diri? Cetek banget pemikiran lo, pasti dalam pikiran lo gini 'Masalah bakal selesai kalo bunuh diri' iya kan?" Pria tersebut seakan menerawang isi hati Aleyna.
"Aku...aku ga tau harus nanggung ini gimana lagi, semua seakan berusaha menjatuhkanku"
"Mindset lu yang harus lu rubah, dalam pikiran lu itu lebih baik disakiti daripada menyakiti. Lu mending duduk dulu, tenangin diri lu, ambil nafas biar tenang, nah terus lu minum air putih punya gue dulu" pria tersebut menyodorkan air putih miliknya.
"Terima kasih" Ucap Alleyna tersenyum.
Alleyna merasa canggung karena sedari tadi pria tersebut melihat terus padanya. Hal tersebut membuat Alleyna merasa tidak nyaman dan risih "K-kenapa?"
"Nggak, semakin dilihat lu cantik aja"
Pernyataan tersebut membuat Alleyna mengalihkan pandangannya ke arah lain karena malu, sedangkan pria tersebut hanya tersenyum simpul. Tapi, sedetik kemudian Alleyna sadar jika kalimat tersebut hanya omong kosong belaka, bahkan orang lain pun tau jika Valley lebih cantik.
"Jujur saja, kamu berbicara begitu karena ingin menyemangatiku saja kan? Orang lain juga tau kalau Agatha Vallerie Rayna lebih cantik dan lebih keren daripada aku"
"Maksud lo apa? Gue udah bilang lo cantik ya cantik, gausa bandingin diri sendiri sama orang lain, kalo hidup lo gitu terus lu gabakalan berhasil" Pria tersebut ikut duduk di sebelah Aleyna.
"Fun fact aja sih, baru pertama kali ini gue ngajak ngomong cewek duluan. Hal yang paling gue ga sukain dari cewek itu mereka selalu berusaha jatuhin orang lain bahkan temennya pun bisa jadi saingannya. Tapi lo beda, gue udah merhatiin lo dari awal lo kena ganggu mereka-" Perkataan pria tersebut terhenti karena dipotong oleh Aleyna.
"Jadi kamu udah tau kalo aku kena bully mereka? Kenapa kamu ngga coba nolong aku, kenapa Cuma dilihat aja, padahal kamu tau tapi kenapa ngga nolong aku??" Aleyna tidak kuasa membendung air matanya lagi.
Melihat hal tersebut, pria itu menepuk punggung Aleyna sembari mengucapkan kata maaf berkali kali, ia tidak pernaah merasa bersalah sedalam ini kepada seorang perempuan.
"Gue gatau caranya nenangin lo, tapi gue merasa bersalah banget sama tindakan gue ke lo. Gue mau tekankan di sini, lo kuat, lo baik hati, lo optimis gue yakin kebaikan dan niat baik lo pasti terbalaskan"
"Lo tau, gue suka sama lu dari awal, lo baik, lo cantik, dan lo ngga berusaha buat narik perhatian gue. Everthing from you are always unique, lo berkelas dengan cara lo sendiri, please always be yourself. Ke depannya kalo ada yang ganggu lo lagi, lo harus bilang ke gue" Pria tersebut menatap Alley dengan serius.
"Terima kasih atas saran dan tawaranmu, tapi aku juga beraharap aku bisa manegatasi segala hal dengan kekuatanku sendiri. Aku menghargai tawaranmu" Aleyna tersenyum.
Setelah kejadian itu, mereka berdua banyak bercerita hal yang menarik. Bahkan Aleyna dan Si pria tersebut berhasil membangun toko kue sendiri. Aleyna pun sudah berani melawan orang yang membullynya, ia juga mendapat banyak teman. Ia menyadari bahwa selama ini ia hanya menerima segala hal yang dilakukan orang kepadanya tanpa melawan. Ia bertekad agar ia bisa berdiri sekuat tenaga dengan kedua kakinya sendiri.
Vote, comment dan share kalian sangat berarti buatku, jangan lupa ya.
Honestly ini juga buat projek sekolah sihh wkwk, byee🤍🖤