Chereads / Unrequited Love (Kasih Tak Sampai) / Chapter 34 - Happy Graduation

Chapter 34 - Happy Graduation

Shazia mendapatkan banyak penghargaan selama setahun berkuliah di London. Namun, Shazia sampai detik ini masih menyembunyikan penghargaan nya itu dari papanya. Adam pasti akan sangat marah jika Shazia lebih dominan dan berprestasi di bidang kesenian. Sedangkan, di  jurusan bisnis manajemen, Shazia tidak terlalu menonjol. Tetapi, ia juga menjadi mahasiswa yang patut diperhitungkan di jurusan tersebut.

Setelah banyak melalui kesulitan untuk mengejar kelulusan. Akhirnya, Shazia bisa menyelesaikan studinya dalam kurun waktu yang sangat singkat. Shazia hanya membutuhkan waktu dua setengah tahun untuk menyelesaikan dua jurusan sekaligus. Bukan hanya itu saja, Shazia juga menjadi lulusan terbaik pertama di kedua jurusan dengan mendapatkan IPK yang hampir sempurna.

Angela dan Bryan turut bahagia setelah mendengar berita baik itu. Angela jug sampai menangis ketika nama Shazia di panggil di atas podium untuk memberikan pidatonya dan memberikan tips bagaimana bisa menjadi seperti dirinya. Namun, Adam tidak menghadiri acara kebahagiaan Shazia. Tanpa harus diberitahu, Shazia juga sudah tahu kenapa Adam tidak datang di acara wisudanya. Semua orang yang ada di dalam gedung itu bersorak dan bertepuk tangan setelah Shazia selesaikan memberikan pidato.

Berita baik itu juga sampai di telinga masyarakat yang ada di Indonesia. Kedua orang tua Harshad pun semakin bangga melihat prestasi yang ditorehkan oleh calon menantu mereka. Harshad juga merasakan hal yang sama. Kini, Harshad dan Freya sudah menjadi seorang aktris di layar lebar. Mereka juga sudah sering bermain dalam satu project yang sama. Harshad dan Freya kini masih berkuliah di salah satu universitas yang ada di Jakarta.

"Harshad, kamu bisa melihat prestasi yang sudah diraih oleh Shazia. Seharusnya kamu bangga memiliki calon pendamping yang seperti itu," ucap Marisa yang duduk di depan meja makan Harshad.

Harshad langsung tersenyum. "Iya, Ma. Hm, kapan Shazia akan pulang ke Indonesia?" tanya Harshad hanya untuk sekedar basa basi saja.

"Kenapa kamu menanyakan itu, Nak? Kamu sudah tidak sabar ingin mempersunting Shazia?" ledek Marisa.

"Hahaha, bukan seperti itu, Ma. Aku dan Shazia sudah lama tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu, Ma. Mama juga tahu kalau Shazia itu, sahabatku sejak duduk di bangku SMP. Tentu saja aku sangat ingin bertemu dengan dirinya." Harshad mencoba untuk meluruskan pemikiran Marisa.

****

Shazia sudah bersiap-siap untuk membereskan semua barang-barangnya yang ada di dalam apartemennya. Air mata Shazia secara mendadak turun dari lakrimalisnya. Rasanya ia sudah sangat nyaman tinggal di tempat itu. Kini, ia harus segera meninggalkannya.

"Shazia, itu ada seorang lelaki di depan apartemen. Mungkin itu teman kamu," ucap Angela setelah melihat Zayn dari lubang yang ada di pintu.

Shazia langsung berlari ke depan pintu. Ia juga merasa sangat senang setelah melihat Zayn.

"Happy graduation, Shazia. Selamat ya, Zia. Hm, maaf aku harus segera balik," ucap Zayn karena memang masih ada urusan yang harus bisa selesaikan.

"Zayn, kamu tidak mau masuk dulu?" tawar Shazia.

"Hm, tidak terima kasih. Aku ada urusan mendadak. Aku hanya ingin mengucapkan ini. Kalau begitu, aku kirim salam sama mama kamu dan Bryan, ya," ucap Zayn yang langsung memeluk Shazia.

"Ah, Zayn kamu cepat sekali ingin balik," ucap Shazia sekaligus memeluk Zayn. Shazia juga tidak lupa mengecup bibir Zayn. Ia melakukan itu karena sangat berterima kasih kepada Zayn.

Zayn pun membalas kecupan dari Shazia. Akhirnya mereka berpagutan bibir selama beberapa detik. Hal tersebut juga terlihat oleh Bryan. Bryan juga tidak melarang hal tersebut. Karena gaya pergaulan di sana memang seperti itu. Namun, Bryan langsung memberikan kode ketika Angela ingin berjalan mendekati mereka. Shazia spontan terperangah dan melepaskan pagutannya. Begitu juga dengan Zayn. Zayn pun langsung pergi setelah mengucapkan salam kepada Angela dan Bryan. Shazia hanya bisa tersenyum bahagia melihat Zayn. Rangkaian bunga yang ada di tangan Shazia sangat harum, sehingga membuat Bryan iseng ingin mencabutnya. Shazia dengan cepat menampik tangan Bryan. Bryan pun hanya tertawa setelah mendapat itu.

"Bryan, kamu ini suka sekali menjahili adik kamu." Angela merasa geli melihat kelakuan Bryan.

"Hn, iya nih, Ma. Bryan memang sering seperti itu." Shazia langsung mengerucutkan bibirnya.

"Ya sudah, kalau begitu ayo cepat bergegas. Kita akan tertinggal pesawat jika terus berleha-leha seperti ini. Semua barang-barang yang mau dibawa harus dirapikan di sini. Mama sudah mengatur segalanya. Kita hanya tinggal membawa barang-barang berharga. Ayo, lekas bersiap," titah Angela dengan tangan yang masih sibuk membereskan barang-barang Shazia.

Shazia pun langsung masuk ke dalam kamarnl untuk membereskan semua barang-barang pribadinya. Namun, Bryan masih ingin menjahili Shazia.

"Sekarang kamu sudah besar ya, Dik," ucap Bryan setelah berdiri di sebelah Shazia.

"Iya memang sudah besar, 'kan?" jawab Shazia dengan enteng.

Bryan langsung tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Shazia. "Bukan itu yang aku maksudkan. Kamu sekarang sudah berani mengecup bibir seorang lelaki." Bryan masih tertawa ketika mengatakan itu.

Shazia langsung refleks mendorong tubuh Bryan. "Jangan ceritakan itu dengan bokap dan nyokap, ya. Aku juga ingin merasakan itu, Bryan! Hahaha," celetuk Shazia sekaligus tertawa geli.

"Iya, aku tahu. By the way, sudah berapa kali kamu melakukan itu dengan Zayn?" tanya Bryan merasa penasaran.

Wajah Shazia langsung memerah setelah mendengar pertanyaan Bryan. "Jika aku mengatakannya apakah kamu bisa menyimpan rahasia ini?" tanya Shazia dengan tatapan kedua mata yang sudah terfokus kepada Bryan.

"Tentu saja, aku akan menyimpannya dengan baik. Apakah aku pernah ingkar janji dengan perkataanku?"

"Hahaha, iya. Aku percaya kepada dirimu, Bryan. Aku dan Zayn sudah sering melakukannya." wajah Shazia kembali memerah.

"Benarkah? Siapa yang duluan mengecup? Kamu tau dia?" tanya Bryan semakin penasaran.

"Dia, hm. Sudah Bryan jangan ditanya lagi.  Intinya aku tidak pernah memberikan kehormatanku. Aku hanya sekedar berpagutan dan meraba saja, hahaha. Aku juga tidak pernah minum minuman beralkohol. Masih dalam batas normal, 'kan?" Shazia kembali meluruskan pandangannya untuk melihat Bryan.

Bryan hanya mengangguk dan segera memindahkan barang-barang yang sudah ia susun sejak tadi. Setelah semuanya beres, Shazia langsung meletakkan semua barang-barangnya di ruangan tamu. Bryan sejak tadi masih tersenyum ketika melihat Shazia. Shazia hanya diam dan tak membalas senyuman meledek dari Bryan.

Kepulangan Shazia juga cukup mendadak. Shazia juga masih belum mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini. Kecemasan itu pun masih berlanjut setelah mereka sampai di Indonesia. Setelah masuk ke dalam mobil pribadi, Shazia mulai merasakan sesak yang menghambat jalan pernafasan yang ada di dalam paru-parunya. Bryan berkali-kali menatap Shazia dengan wajah yang pasrah. Ekspresi wajah itu juga membuat Shazia semakin takut. Shazia berkali-kali mengalihkan pandangan kedua matanya ke arah samping.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah aku sampai di rumah. Tapi, aku sudah siap untuk menerima resiko ini. Jika harus diusir dari rumah. Aku juga segera pergi dari sana. Untungnya, aku masih menyimpan black card yang pernah Bryan berikan kepada diriku. Aku akan memanfaatkan itu untuk bertahan hidup. Aku juga akan bersikeras untuk melakukan casting di berbagai manajemen. Jika aku sampai diusir, aku juga akan menggertak papa. Aku akan berpura-pura ingin membatalkan perjodohan ini. Aku juga tidak mau terus menerus menjadi anak catur papa. Aku juga punya kehidupan yang harus aku jalani sesuai dengan keinginanku." Shazia terus menggerutu di dalam batin. Ia juga sudah menyusun rencana jika, hal yang selama ini ia takutkan menjadi sebuah kenyataan.