"Dan ketika kamu tersenyum, seluruh dunia berhenti bergerak dan memandangmu sejenak, karena kamu luar biasa, apa adanya."
Pagi rasanya begitu berat bagi Aksa, ia bangun dengan mata memerah. Itu akibat, ia menangis terus menerus tanpa henti. Matanya kini terbuka lebar menatap langit-langit kamarnya, pikirannya kosong tanpa tujuan. Kamar dengan bordir dinding berwarna coklat keabu-abuan, di depannya televisi dan rak yang penuh dengan buku. Akhir-akhir ini, ia tidak pernah lagi menyempatkan membaca di rumah. Rasanya, ia seperti terusik jika bersemanyam di sana.
Tok ... tok ... tok.
Terdengar ketukan pintu, Aksa lalu bergegas untuk membukanya dengan menampakkan otot-otot bagian dadanya yang terbuka tanpa pakaian, yang berbentuk spiral.
"Asga ...." tepat di depannya, berdiri bocah kecil yang siap untuk berangkat sekolah, dengan pakaian merah putih dan topi yang bertuliskan Sekolah Dasar Negeri Jakarta. Asga sekarang berumur 11 tahun.
"Kak, ayo antar Asga ke sekolah." ucapnya.