Seketika waktu berjalan sangat cepat. Dari pagi ke malam, siang, dan di sambut dengan sore. Hingga pagi datang menyambut lagi. Pagi telah datang, hari libur telah menyambutnya hari ini, Aksa menatap langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan perkataan mamanya sendiri. Masalah kedua orangtuanya itu begitu berat, ia ingin mengakhiri semuanya, dengan cara menyatukan mama dan papanya. Supaya tidak terdengar lagi kegaduhan dan pertengkaran di keluarganya ini. Sudah sejak dari kecil Aksa bersabar, dan menginjak masa remajanya semuanya belum berubah. Masih tetap sama, layaknya layangan putus tak bertuan. Aksa tak beranjak dari tempat tidurnya, padahal bibi dari tadi mengetuk pintu kamarnya. Tapi, ia tak membuka, bahkan menyahutnya pun tak ada. Hingga suara itu tidak terdengar lagi.
Di ruang makan, Aksa melihat kedua orang tuanya dan Asga sedang makan. Diantara mereka, tidak ada seorang pun yang mengangkat bicara. Maka, Aksa mencoba berbaur dan makan bersama mereka.