"Bukan lagi perihal rindu yang kurangkum, namun tentang membacamu pada imajinasi, menggapaimu dan merayumu lewat rekaman singkat, berharap semilir angin menyempatkan singgah pada telingamu, dan berbisik ke dalam sanubarimu, tentang inginku menjadi masa depanmu dalam selembar kertas sakral"
Happy reading guys
"Lo, nangis?" tanya Aksa. Claretta terlihat menghapus belir bening yang telah menitik jatuh kepipinya. Claretta menggelengkan kepalanya. Aksa menarik bahu Claretta. Alhasih, mereka saling bertatap begitu dekat. Tatapan mereka berlangsung beberapa menit.
"Ah, lo modus!" sergah Claretta, menolak tubuh Aksa yang tadinya menariknya dihadapnnya begitu dekat. Claretta pun berbalik dan berjalan melangkahkan kakinya masuk ke hotel. Diikuti oleh Aksa dari belakang.
*****