Chereads / Almost Broken / Chapter 25 - Bab 25

Chapter 25 - Bab 25

Aldi tampak bermalas-malasan di kamarnya. Sudah pukul sepuluh pagi, namun Aldi masih setia dengan kasurnya. Aldi merasa ada yang salah dengan dirinya. Terlebih saat Salsha mengatakan ia sudah pasrah terhadap hubungan mereka.

"Kenapa gue nggak mau putus aja, sih, tadi malam. Ini kan yang gue tunggu-tunggu. Dia capek dan gue bebas. Tapi kenapa susah banget ngomong putus tadi malam." Aldi bermonolog dengan dirinya sendiri.

Aldi menerka-nerka apa yang terjadi dengan dirinya. Ia ingin putus dengan Salsha, tapi saat Salsha sudah mau untuk putus, Aldi seakan tak rela.

Aldi bangkit dari tidurnya dan berjalan ke balkon. Ia memandang lurus ke depan. Membayangkan saat pertama ia kenal dengan Salsha.

Flashback On

Disaat upacara berlangsung, Aldi tampak gelisah di tempatnya. Ia paling tak suka dengan sinar matahari. Berniat keluar dari barisan pun rasanya tak mungkin. Ia tak ingin menjadi pusat perhatian karena ketahuan Pak Yuda, guru olahraga yang terkenal killer.

Sampai tak sengaja, fokus Aldi beralih kepada gadis yang berdiri selurusan dengannya. Gadis itu tengah menyeka keringat yang membahasi pelipisnya. Sudut bibir Aldi naik, ia akan mendekati gadis itu dan akan menjadikan gadis itu pacar pertamanya di SMA.

Selesai upacara, Aldi langsung mencari Bayu, temannya sejak SMP.

"Gue udah nemu cewek yang bakal jadi pacar pertama gue disini." Aldi berkata dengan semangat.

"Siapa?" tanya Bayu heran, "Gue juga udah dapat."

"Gue nggak tau, sih, namanya siapa. Tapi gue udah kenal muka sama kelasnya."

"Dimana?"

Aldi menarik tangan Bayu dengan semangat. Sampai di depan sebuah kelas, Aldi melepaskannya dan masuk ke dalam kelas itu tanpa permisi. Kebetulan ia juga punya kenalan di kelas itu.

"Bar, tu cewek namanya siapa?" tanya Aldi sembari menunjuk seorang gadis dengan dagunya.

"Kenapa emang? Mau lo godain?" tanya Bara.

"Kasih tahu apa susahnya, sih," ketus Aldi. Ia paling tak suka bertele-tele.

"Namanya Salsha. Lagian lo aneh, tinggal kenalan apa susahnya," protes Bara.

Aldi hanya menghendikkan bahunya asal dan menatap Bayu yang kini juga sedang menatap Salsha.

"Namanya Salsha," beo Aldi ke Bayu.

Bayu mengangguk, "Gue tantang lo buat dapatin dia dalam seminggu!" seru Bayu dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Oke!" sahut Aldi percaya diri.

Mulai sejak saat itu, Aldi meminta Bara untuk mendapatkan nomor ponsel Salsha.

Flashback Off

Aldi mencengkram batas balkon dengan kuat. Kini ia terjebak dengan permainannya sendiri. Ingin lepas pun rasanya percuma.

Aldi beralih masuk lagi ke kamarnya. Ia meraih ponsel di atas nakas. Ada pesan masuk dari nomor yang tak di kenal. Dengan penasaran, Aldi membuka pesan itu.

Aldi terkejut karena pesan itu berupa foto Salsha yang tengah berjalan di mall berdua dengan seorang cowok. Meskipun hanya punggung yang terlihat, tapi Salsha tahu bahwa itu Salsha. Di pesan itu pun di tandai dengan kalimat.

Pacar lo lagi berduaan sama cowok lain. Lo nggak marah?

Aldi menggelengkan kepalanya. Terserah Salsha mau melakukan apa. Toh, hubungan keduanya sudah di ujung. Aldi berusaha tak peduli. Ia kemudian menyalakan televisi dan berniat bermain PS.

Pikiran Aldi tak menentu. Biarpun ia mencoba bersikap biasa saja setelah melihat foto itu. Tapi ia gelisah. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

Aldi meletakkan stik PSnya berjalan menuju tempat tidurnya. Ia merebahkan tubuhnya sementara tangannya mencari ponsel di nakas.

Ada pesan baru lagi dari nomor yang tak di kenal. Ia membuka pesan tersebut dan melihat foto Salsha dan seorang cowok sedang memakan es krim.

Aldi meremas ponsel itu dan melemparkannnya asal. Tak peduli ponsel itu akan rusak atau tak bisa di gunakan lagi.

Ia sudah tak bisa santai saat melihat foto itu. Salsha sudah keterlaluan. Ia setuju putus karena sudah mendapat pengganti Aldi. Bukan semata-mata karena capek dengan kelakuan Aldi.

Aldi meraih kunci motornya bergegas menyusul Salsha. Ia akan memberikan pelajaran kepada gadis itu.

*****

"Jadi lo ngajak gue ke mall, nih?"

Salsha dan Galang memasuki mall dengan tangan yang saling bertautan. Besok adalah hari anniversarry Galang dan Keisya yang pertama kalinya. Rencananya, Galang ingin membelikan kado kepada Keisya, tentu saja Salsha yang akan memilihnya.

"Gue sih mau ngasih kado sama Keisya. Menurut lo apa yang cocok?" tanya Galang. Sambil matanya menelisik toko-toko yang ada di mall itu.

Salsha mengerucutkan bibirnya. Ia menghentikan langkahnya, "Jadi lo ngajakin gue cuma buat beli kado sama Keisya?" tanya Salsha sendu. Ia iri kepada Keisya. Karena sudah beranjak enam bulan pun hubungan mereka, Aldi tak pernah memberinya kado.

"Hemm." Galang mengiyakan. Ia masih saja mencari toko yang pas untuk ia datangi, "Menurut lo gue kasih apa?"

"Bahagia banget jadi Keisya. Di kasih kado, di perhatiin sama pacarnya."

Galang beralih menatap Salsha. Ia mengernyit heran saat melihat wajah sendu Salsha. "Lo kenapa?"

"Gue iri sama pacar lo. Pasti dia bahagia banget punya lo," ungkap Salsha sembari menatap Galang polos.

Galang terkekeh, ia menangkup kedua pipi Salsha. "Lo juga pasti bahagia bisa jadi sahabat gue. Gue lebih mentingin persahabatan, kok."

Tentunya Salsha tak semudah itu percaya. Dimana-mana, cowok pasti lebih mementingkan pacar daripada sahabat. Semua itu bullshit.

Galang merangkul bahu Salsha. "Jangan sedih gitu, dong. Sebagai gantinya gue bakal belanjain lo. Apapun yang lo mau."

Perlu di ketahui, Galang itu adalah lelaki yang royal. Ia tak pernah memusingkan uang jika sedang bersama pacar atau sahabatnya. Galang akan sukarela membelikan apapun yang sahabat atau pacarnya inginkan.

"Serius, nih?" Salsha berbinar.

"Iyaa, serius."

Kemudian mereka pun memasuki toko boneka. Kata Salsha, jika cewek lebih suka di beri boneka di banding barang-barang yang lain.

Salsha menelisik satu persatu boneka itu. Terpampang banyak jenis boneka dari yang ukurannya kecil sampai jumbo.

"Keisya suka boneka apa?" tanya Salsha. Ia tengah memilih memegang boneka hello kitty sedang.

"Nggak tau. Nggak pernah nanyak," sahut Galang cuek.

"Seriusan lo nggak tahu?" Salsha membelalakkan matanya, "Aneh sih menurut gue lo nggak tau apa-apa."

"Gue tahunya boneka kesukaan lo, gimana dong?" goda Galang sambil meraih boneka lotso.

Salsha menaikkan satu ujung alisnya, "Yang jadi pacar lo gue apa Keisya?"

"Ntahlah. Gue juga bingung."

Salsha tertawa. Sejak mereka bersahabat, Galang sudah memberikan boneka Lotso kepadanya sebanyak lima. Tanpa di minta pun Galang akan memberinya secara cuma-cuma.

"Tapi gue pernah lihat di kamarnya ada boneka doraemon."

"Lo pernah masuk kamar dia?" Salsha mengernyit.

"Kagak," Galang menggeleng, "Gue lihat pas kita video callan."

"Yaudah kasih doraemon yang besar aja." Salsha meraih boneka Lotso yang berukuran sedang, "Dan gue mau yang ini."

Galang terkekeh sembari mengacak rambut Salsha. "Nggak mau yang jumbo?"

"Nanti uang lo habis."

Galang kembali terkekeh, kali ini lebih keras, "Apasih yang nggak buat lo. Pilih yang jumbo aja."

*****

Kini keduanya tengah bersantai di taman kota. Setelah tadi Galang membeli boneka Lotso dan Doraemon yang keduanya berukuran jumbo. Galang membayar semua dan menyuruh kurir untuk mengantarnya kerumah Salsha. Salsha juga sempat membeli gelang di pinggiran mall.

Salsha memasukkan es krim ke mulutnya. Rasa manis dan dingin melebur jadi satu. Salsha terkekeh, sudah lama sekali ia tak pernah seperti ini lagi.

"Makasih lo udah jajanin banyak. Galang baik."

"Gini aja lo muji-muji gue."

Salsha terkekeh."Lo sih royal banget sama gue."

"Apapun untuk lo, Sals. Asal lo bahagia." Galang berkata serius. Ia menatap sendu Salsha. Gadis itu yang selalu ia jaga mati-matian.

"Gimana hubungan lo sama Aldi?" tanya Galang tiba-tiba.

Salsha merenggut. Seakan tak suka Galang membahas itu, "Dianya nggak mau putus. Gue juga nggak mau putusin duluan."

"Lo sayang sama dia?" tanya Galang lagi. Ia menatap intens Salsha.

Salsha mendadak lesu. Ia menganggukkan wajahnya pelan. "Gue sayang. Tapi posisi gue serba salah. Mau gue putusin, takut nyesal. Nggak di putusin, gue ngebatin mulu."

Galang tersenyum tipis. Ia membawa Salsha untuk bersandar di bahunya. Sesekali tangannya mengusap rambut Salsha.

"BRENGSEK!"

Salsha dan Galang sama-sama terkejut. Keduanya refleks berdiri dan menengok ke belakang. Tubuh Salsha yang tiba-tiba menegang sementara Galang yang menatapnya dengan santai  seakan tak terjadi apapun.

"Aldi..." lirih Salsha takut.

*****