Chereads / Perjuangan Cinta Dari Kutukan Ular / Chapter 22 - 22. Memasuki Kawasan Istana Raja Buto Ijo Bagian V

Chapter 22 - 22. Memasuki Kawasan Istana Raja Buto Ijo Bagian V

Raja buto ijo terbangun menatap tiga pendekar itu dengan marah.

"Huaaaak"

Wush!

Serangan Angin di luncurkan mengenai tubuh pendekar itu.

Hiyat!

Tiga pendekar itu terbang ke atas untuk menghindari serangan Raja buto.

"Dinda, Raden bisakah kalian mengecoh Raja buto itu? Aku akan bermeditasi dulu untuk mengetahui kelemahan Raja itu. Hanya lima menit saja," kata Kiai Wungu.

"Iya kanda, segera lakukan kanda," kata Nyai Wungu.

"Kalau kalian sampai kewalahan lebih baik mundur dulu sembunyi," kata Kiai Wungu.

"Lebih baik kita sembunyi dulu Romo, sambil menunggu jawaban dari meditasi Romo," kata Pangeran Arya.

"Oh iya mungkin lebih baik begitu Raden," kata Nyai Wungu.

Tiba-tiba tangan buto ijo mengeluarkan api untuk menyerang tiga pendekar tersebut. Kemudian tiga pendekar itu memilih kabur sementara untuk mengatur strategi.

Wush!

"Awas," kata Pangeran Arya.

Hiyat!

Wer!

"Hai kalian kabur! Kalian sudah tak berani lagi melawanku. Ha...ha...ha...!" ucap Raja Buto ijo.

Pendekar sutra ungu membawa Pangeran Arya terbang dan bersembunyi sementara. Mereka bersembunyi dekat pintu gerbang istana. Kiai Wungu sedang bermeditasi sambil di temani istri dan anak angkatnya.

"Semoga Romo mendapat jawaban," bisik Pangeran Arya

"Iya Raden. Sudah kita tunggu saja. Takut ganggu," kata Nyai Wungu.

"Iya Bunda," kata Pangeran Arya.

Setelah lima menit Kiai Wungu membuka matanya.

"Aku sudah tahu apa nama kekuatan kebal yang di miliki Raja buto ijo itu," kata Kiai Wungu.

"Oh ada namanya sendiri Romo?" kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, namanya ilmu kebal Rawa Rontek," kata Kiai Wungu.

"Saya pernah mendengar ilmu itu, salah satu ilmu hitam tingkat tinggi. Makanya ilmu itunhanya bisa di miliki oleh Raja Buto ijo," kata Pangeran Arya.

"Benar Raden itu memang dari golongan ilmu hitam tingkat tinggi, tapi yakinlah pasti ada kelemahannya," kata Kiai Wungu.

"Oh iya! Aku juga pernah dengar kanda tentang Rawa Rontek itu. Dan aku juga pernah mendengar dari teman pendekar aku, kalau kelemahan dari ilmu Rawa Rontek adalah tidak menyentuh tanah," kata Nyai Wungu.

"Menyentuh tanah yang bagaimana bunda, aku tidak mengerti," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, jadi badannya tidak boleh menyentuh bumi atau tanah," kata Nyai Wungu.

"Jadi begini Raden, ketika menyerang Raja buto ijo ratusan kali bahkan ribuan kali dia masih bisa kebal ketika tubuhnya berada di tanah. Tapi jika kita menyerang satu kali jika tubuhnya berada di udara dia akan mati," kata Kiai Wungu.

"Iya itu kelemahannya Raden, dia harus di jauhkan dengan tanah. Supaya ilmu kebalnya hilang lalu mati," kata Nyai Wungu.

"Sekarang saya mengerti! Yang penting Raja buto ijo itu di jauhkan dengan tanah. Saya ada strategi Romo," kata Pangeran Arya.

"Bagaimana strateginya Raden?" kata Kiai Wungu.

"Begini Romo, Kita fokus pada pohon besar yang ada di halaman istana saat kita tempur dengan Raja Buto ijo itu. Pohon besar itu bisa menjadi sarana untuk mengikat tubuh Raja buto ijo agar tidak menyentuh tanah," kata Pangeran Arya.

"Wah betul. Ide yang bagus Pangeran," kata Kiai Wungu.

"Jadi nanti aku kecoh dulu Raja buto itu. Aku taburi matanya dengan debu. Setelah itu dengan selendang kalian setang badannya lalu tarik ke atas pohon besar dan ikat kaki dan tangannya. Lalu kita penggal kepalanya," kata Pangeran Arya.

"Wah ide yang bagus Raden, aku setuju," kata Nyai Wungu.

"Nanti Romo dan bunda di belakang pohon besar itu ya," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden, oh iya ketika kepala terpenggal dan badannya masih di atas, tangkap kepalanya. Jangan sampai kepalanya menyentuh tanah. Kira-kira sekitar dua jam menunggu Raja itu mati. Setelah itu baru kita buang ke tanah," kata Kyai Wungu.

"Oh ada waktunya ya Romo, baiklah aku mencari debu untuk matanya," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden," kata Pangeran Arya.

Setelah 10 menit mereka bersembunyi akhirnya mereka keluar untuk menantang Raja buto ijo itu. Kali ini hanya Pangeran Arya yang menghadapi Raja buto ijo. Pendekar sutra ungu bersembunyi di pohon besar yang di jadikan untuk mengikat tubuh Raja buto ijo.

Hiyat!

Brught!

Pangeran Arya meloncat lalu memukul tubuh Raja buto ijo memakai gada.

"Ah!" kata Raja buto ijo kesakitan.

"Ha...ha...ha...! Di mana dua temanmu apa mereka tidak punya nyali untuk menghadapi aku?" kata Raja Buto ijo

Kemudian Pangeran lari mendekati pohon besar yang dekat dengan persembunyian orang tua angkatnya.

"Hai kenapa kau berlari ke pohon itu," kata Raja Buto ijo sambil mengejar Pangeran Arya.

Hiyat!

Hap!

Wurk!

Ketika dekat dengan pohon besar, langkah lari pangeran Arya sengaja di pelankan. Tetapi tangan besar Raja buto ijo mau menangkap badan Pangeran Arya. Pangeran meloncat ke pundak Raja buto itu lalu menaburi matanya dengan debu.

"Perih...perih...perih. Kurang ajar!" kata Raja Buto ijo.

Plok!

Plok!

Plok!

Pangeran Arya memberikan kode kepada orang tua angkatnya. Bahwa mereka harus siap beraksi.

Hiyat!

Sreet!

Hiyat!

Sreet!

Bught!

Selendang dua pendekar sutra ungu melesat menarik tangan dan kaki Raja buto ijo itu. Kemudian mengikat tubuh buto ijo itu ke pohon besar dengan selendangnya.

"Perih...perih...perih. Kurang ajar! Hai manusia nakal lepaskan aku!" kata Raja Buto ijo.

Raja buto ijo sambil teriak-teriak minta di lepaskan.

"Minggir dulu Romo bunda," kata pangeran Arya.

"Iya Raden," kata ke dua orang tua angkatnya.

Hiyat!

Sreet!

Cleep!

Anak panah Pangeran Arya mengenai badan Raja buto itu.

"Ah," erang Raja Buto ijo kesakitan.

Anak panah yang mengenai perut Raja buto ijo sudah hampir membuatnya sekarat.

"Saatnnya dinda penggal kepala menggunakan pedang yang ada mestikanya," kata Kiai Wungu.

"Iya Kanda, Kanda siap-siap di bawah untuk menangkap kepalanya. Jangan sampai jatuh ketanah ya," kata Nyai Wungu.

"lya dinda," kata Kiai Wungu.

Hiyat!

Sleek!

Kepala Raja Buto ijo berhasil di penggal oleh Nyai Wungu.

Wing!

Hap!

Kepala itu terjatuh, kemudian Kiai Wungu berhasil menangkap kepalanya sebelum jatuh ke tanah.

"Raden carikan tali akar pohon untuk mengikat kepala ini," kata Kiai Wungu.

"Baik Romo," kata Pangeran Arya sambil pergi mencari tali itu.

Pangeran mencari akar pohon. Dengan cepat dia kembali dan mendapatkan apa yang di minta Romonya.

"Ini Romo," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden," kata Kyai Wungu sambil mengambil tali kemudian terbang mengikat kepala Raja buto di ranting yang lebih tinggi.

"Beres kanda?," kata Nyai Wungu.

"Ayo kita ke bawah menyusul Raden," kata Kiai Wungu.

Wur!

Mereka terbang ke bawah menemui anak angkatnya.

"Hore! Kita berhasil mengalahkan Raja buto ijo," kata Pangeran Arya.

"Iya Raden. Syukurlah. Tapi sebenarnya dia belum mati. Tunggu sampai kira-kira dua jam. Yang penting tidak menyentuh tanah," kata Kiai Wungu.

"Lalu mestikanya bagaimana Kanda?" kata Nyai Wungu.

"Belum bisa diambil dinda. Karena walaupun terpenggal kepalanya, nyawanya masih di sana apalagi kalau menyentuh tanah. Pokoknya kita tunggu sekitar dua jam. Aku yakin mestika itu menyala dan siap diambil setelah dua jam lebih. Artinya Raja buto ijo sudah benar-benar mati," kata Kiai Wungu.

"Iya Kanda," kata Nyai Wungu.

"Dan biarkan saja dulu selendang kita menjerat tubuh Raja buto itu untuk sementara, setelah mati baru kita ambil," kata Kiai Wungu.

"Iya Kanda," kata Nyai Wungu.

"Rasanya senang sekali kita bisa membunuh Raja buto ijo itu. Raja itu benar-benar sangat kuat," kata Nyai Wungu.

"Betul bunda. Tapi aku merasa di hutan lapis tujuh juga sangat kuat. Siluman angin. Hampir setara dengan Raja Buto ijo ini," kata Pangeran Arya.

"Iya! Di hutan lapis tujuh tenaga kita terkuras habis melawan tiga siluman itu," kata Kiai Wungu.

"Apa pun itu kita harus mengucap syukur kepada Tuhan. Usaha kita sudah berhasil mengalahkan Raja buto ijo. Aku yakin kekuatan dukun gelap akan luntur. Karena mereka hanya mengandalkan sumber kekuatannya dari Raja buto ijo ini," kata Nyai Wungu.

"Benar bunda," kata Pangeran Arya.

Bersambung.