"Kakak." Panggil lirih Kara yang berhasil membuat langkah Dewa berhenti.
Perlahan namun pasti, genggaman itu terlepas dari genggaman tangan Dewa yang begitu kuat menggenggam erat tangan Kara. Hanya dirinya saja yang menggenggam nya dengan kuat sementara kara tidak.
Ia berbalik untuk menatap Kara.
"Maaf." Ucap Kara sambil menggelengkan kepalanya. Air matanya terus saja jatuh membasahi pipi sejak tadi.
Terdengar dengusan kasar dari Dewa, ia tak mengerti apa yang sebenarnya ada dalam pikiran adiknya ini.
"Maaf kan aku kak, tapi aku rasa kakak tidak berhak untuk ikut campur seperti ini. Dia mama Bara, sepertinya sangat keterlaluan jika kakak mengatakan hal seperti itu padanya. Aku tidak apa-apa kak, aku baik-baik saja dari semuanya ini."
Percayalah, ketika mendengar kara mengatakan itu hatinya seperti teriris-iris. Ia bersusah payah sejak tadi, namun Kara sama sekali tak menghargai apa yang ia lakukan.