Di Rumah Sakit pada jaman dahulu ....
Tahun ini semua Rumah Sakit yang ada di negara ini sedang dipenuhi oleh banyak pasien yang terdampak penyakit akibat virus yang sedang menyerang beberapa bulan terakhir ini.
Selain orang-orang yang sedang dirawat karena sakit, ada juga yang dilarikan ke Rumah Sakit ini karena mereka akan segera melahirkan.
Terlihat ada dua orang ibu hamil yang berasal dari dua keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Mereka baru tiba di pelataran Rumah Sakit ini menggunakan kendaraan yang sangat jauh sekali perbedaannya.
Yang satu menggunakan mobil mewah pada jaman itu -dan yang satu lagi menggunakan transportasi kendaraan umum.
Para petugas medis yang memang bersiaga untuk menangani para ibu hamil yang akan melahirkan langsung bergerak cepat untuk menangani mereka berdua yang sudah sangat kesakitan.
Semua anggota keluarga pun menunggu di ruang tunggu yang telah di sediakan. Hanya para suami saja yang diminta untuk menemani para ibu hamil di dalam ruangan karena para istri mereka yang sedang berjuang dalam proses persalinan anaknya perlu didampingi oleh suami masing-masing.
***
Di ruang tunggu, seorang bocah cilik yang berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari keluarga miskin itu -sedang duduk sendiri menanti adik bayi yang akan segera dilahirkan oleh orang tuanya.
Sementara di seberang sana, ada seorang bocah perempuan yang sebaya dengannya sedang ditemani oleh kakek neneknya untuk menunggu adik bayinya yang akan segera lahir saat ini. Jika dilihat dari gaya berpakaiannya, mereka adalah keluarga dari si ibu hamil yang berasal dari kalangan orang kaya raya.
***
Setelah melewati proses persalinan yang panjang, kedua ibu hamil itu pun berhasil melahirkan anak perempuan mereka, namun raut wajah yang ditunjukkan oleh kedua keluarga itu pun sangat berbanding terbalik satu sama lainnya.
Jika di keluarga yang kaya raya, mereka bersuka cita dengan kehadiran sang buah hati, maka lain lagi di keluarga yang kurang mampu itu, hanya ada raut wajah penuh kekhawatiran yang tergurat jelas di setiap inci wajah mereka.
"Pa, apa kita bisa membesarkan satu anak lagi di keluarga kita?" tanya sang ibu hamil yang baru melahirkan itu dengan suara yang lirih.
"Entahlah, Bu. Bapa juga tidak tahu," jawab sang suami yang suaranya hampir seperti orang menangis. "Semoga saja kita bisa membesarkan kedua anak kita."
***
Di ruang khusus tempat para bayi di baringkan, kedua perawat yang saat ini sedang menjalankan tugas untuk memindahkan para bayi yang baru lahir ke ruangan kamar khusus ini saling bertukar pandang satu sama lain.
"Kok bayinya kayak kembar ya," ucap salah satu dari mereka.
"Iya, kedua bayi ini mirip dan hampir seperti bayi kembar."
"Apa jangan-jangan kedua ibu hamil itu ada hubungan kekerabatan?"
"Nggak mungkin banget," bisik salah satu perawat itu. "Yang satu dari keluarga kurang mampu ... dan yang satu lagi dari keluarga kaya raya. Katanya sih si ibu anak ini -tadi ke sininya pakai mobil mewah," jawab sang perawat yang sedang menangani anak bayi dari keluarga kaya raya itu.
"Wuih, enak bener anak ini. Baru lahir sudah bergelimang harta dan tidak akan mengalami hal susah atau menderita seperti anak lainnya di luar sana yang lahir dari keluarga tidak berada."
"Udah takdir dia hidup enak. Semoga di masa mendatang anak ini menjadi orang kaya yang baik hati dan suka menolong sesamanya ya," do'a para perawat itu.
Setelah meletakkan kedua bayi itu mereka berdua pergi dari ruangan khusus ini.
Tidak jauh dari tempat itu, sang suami dari keluarga tidak mampu yang bernama Pak Gani mengamati lingkungan sekitar ruangan khusus itu.
Dirasa situasi aman, lelaki itu nekat masuk ke dalam ruangan khusus itu karena kebetulan tidak ada yang menjaga karena keadaan di Rumah Sakit ini memang sangat sibuk dan sedang kekurangan banyak tenaga kerja medis.
Pak Gani menatap lekat anak kandungnya yang sedang terbaring di ranjang bayi itu. Dengan penuh tekad, dia mulai menukar tempat bayi itu terbaring, sekaligus menukar tanda pengenal yang ada di lengan sang bayi.
Setelah berhasil menukar kedua bayi itu, Pak Gani mulai menatap lekat anak kandungnya yang kini ada di ranjang bayi keluarga orang kaya.
"Nak, Bapak sama ibu sayang banget sama kamu," ucapnya lirih hampir menangis. "Maafin Bapak sama Ibu ya karena memilih untuk merelakan kamu tinggal bersama keluarga lain yang keadaan ekonominya jauh lebih berada di bandingkan kami."
"Bapak sama Ibu ingin memberikan yang terbaik buat kamu."
"Meski kita miskin, tapi Bapak sama Ibu pengen salah satu dari keturunan kita ada yang sukses menjadi orang besar."
"Dengan adanya kamu di keluarga kaya itu, masa depan kamu pasti akan terjamin. Kamu tidak akan mengalami bagaimana susahnya mencari pekerjaan hanya untuk makan sesuap nasi setiap harinya, Nak."
"Tumbuhlah menjadi anak yang pintar dan juga banyak dihormati orang ya," harap Pak Gani pada putri kandungnya itu.
Setelah memberikan kecupan perpisahan pada kening putrinya, Pak Gani bergegas keluar dari ruangan khusus itu sebelum terpergok oleh petugas medis yang berjaga.
"Ayo kita pergi!" ajak Pak Gani pada putranya yang saat ini sedang berdiri dekat kaca transparan yang mengarah ke ruangan khusus itu, yang biasanya memang menjadi tempat para anggota keluarga untuk menengok anggota keluarga baru mereka yang baru saja dilahirkan ke dunia ini.
Bocah cilik itu yang bernama Janu Janardan hanya manut saja pada ayahnya.
"Pa," panggil Janu yang lebih akrab di dipanggil Janar.
"Hm," respon ayahnya singkat.
"Kenapa tadi Bapak nuker posisinya adek?" tanya bocah cilik itu dengan wajah lagunya.
"Sssttt," Pak Gani mengode anaknya agar segera diam.
Janar pun langsung menutup mulutnya dengan tangan mungilnya itu.
Mereka berdua kini berhenti dari laju langkahnya.
Pak Gani mulai mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh anak lelakinya.
"Nar, Bapak mohon kamu rahasiakan apa yang kamu lihat hari ini ke semua orang ya!" pintanya.
"Memangnya kenapa harus dirahasiakan, Pa?" bingung bocah kecil itu.
"Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut kamu bisa membahayakan keselamatan adikmu itu," jelas Pak Gani. "Kamu sayang sama adik bayi tidak?" tanyanya dengan raut wajah kebapakan.
"Sayang dong, Pak," jawab Janar cepat. "Janar sayaaaaang banget sama adik bayi."
"Kalau kamu beneran sayang, tolong jaga baik-baik rahasia hari ini ya!" pinta Pak Gani pada anaknya.
"Baik, Pak." angguk bocah cilik itu. "Janar akan rahasiakan semua yang tadi aku lihat di sana." tunjuknya pada ruangan kamar khusus bayi itu. "Aku bakalan jadi Abang yang baik untuk adik bayi," senyumnya manis terkembang ke arah ayah kandungnya yang langsung memuji kepatuhannya.
"Bagus." puji Pak Gani sembari mengusap kepala anak lelakinya.
Bersambung ....