no"Nad ... Nad. Kamu sih kalau ngomong suka kebablasan. Jadi bingung kan sekarang mau bilang seperti apa?" batin Nadia.
"Mas Huda sepertinya sedang sibuk sekali Tante. Nadia nggak enak mau gangguin dia," sahut Nadia.
"Walaah ... ya nanti coba Tante tanya sama dia ya Nak," sahut Tante Riri.
"Nggak usah Tante, kasihan Mas Hudanya," sahut Nadia.
"Dicoba aja dulu sayang. Ya sudah, salam buat Ibu kamu ya. Assalamu'alaikum," kata Tante Riri menutup percakapannya.
"Ya Tante. Wa'alaikumsalam," sahut Nadia.
"Huft ... ya sudahlah, terlanjur," batin Nadia.
Hari makin sore. Saat semua teman Nadia sudah pulang kuliah, dan mereka sedang kumpul di ruang TV, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu depan.
"Fin, ada tamu tuh," kata Desi.
"Wuu ... dasar. Malah nyuruh-nyuruh," keluh Fina yang tetap berdiri buat membukakan pintu juga. Sementara yang lainnya hanya tersenyum.
"Biasa Tante, maaf ya. Di sini memang seperti ini setiap hatinya. Suka bercanda semuanya. He ...he," ucap Desi.