Chereads / Serendipity : Between Us / Chapter 4 - Sentiment

Chapter 4 - Sentiment

Anna membelalak dalam diamnya. Apalagi keheningan persekian detik yang Nam Taemin buat memang sedikit membuka tabiatnya dan Anna satu langkah lebih dekat mengenal pria titisan darah korea itu. "Woah... Sepertinya kau cocok denganku," ucap Veri.

Ia bercakap dengan Nam Taemin yang hanya menjawab seadanya dan seperlunya. Di mana salah satu ajudan yang diperintahkan untuk mengintip Anna ini ternyata tidak ada di dalam kelas. "Kamu udah kenalan sama ketua kelasnya?" tanya Veri.

Nam Taemin mengangguk. Ia tidak terlalu memikirkan berbagai pertanyaan yang tengah melanda pikiran Veri. "Anna gak sekolah gituh?"

"Sekolah bos, tadi kata adiknya si Sirena." Nam Taemin menggulirkan pandangan pada pria yang mau-maunya jadi kaki kanan dari Veri. Melihat Name tag bernama Henry, kemudian menggulirkan pandangan pada satu lagi pria bernama Raihan.

Mereka sekolah hanya untuk menjadi kaki kanan dari pria sangar walau memang sedikit tampan dan juga angkuh. "Tukeran nomer deh, entar lu kalau ada apa-apa bilang ke gue," ucap Veri. Nam Taemin menyetujui hal tersebut.

Setidaknya ia harus membuat koneksi agar tidak ada yang mengganggunya di sini. "Ngomong-ngomong... Anna siapa?" tanya Nam Taemin. Sebenarnya bertanya mengenai urusan orang itu bukan gayanya. Namun di hari pertama ia sekolah, wanita itu lumayan cukup membantunya.

Nam Taemin memperhatikan raut wajah Veri yang berubah menjadi lebih datar tatkala ia menyinggung atau menyebut nama Anna. Apalagi tiba-tiba saja Veri menyeringai mendekatkan wajah pada Nam Taemin. "Jangan macam-macam dengannya... Dia pacarku," ucap Veri.

Nam Taemin mengangguk pelan, mempersilahkan Veri melanjutkan perjalanan sebab ia pun punya urusan lain. Mereka akhirnya berpisah, apalagi tatkala Nam Taemin memperhatikan bahwa mereka bercanda ria walau melewati kelas yang tengah dalam sesi belajar.

Veri melewati lorong dengan leluasa, tidak ada yang menegur tawa menggelegar mereka hingga Nam Taemin menghela napas kasar. "Ternyata sama saja... di sini ataupun di sana" gumam Nam Taemin. Ia kemudian menoleh ke arah bawah tangga.

Menghampiri Anna yang masih berjongkok seraya membekap mulutnya. "Udah pergi," ucapnya. Anna kemudian mendongak pada Nam Taemin yang berwajah datar. Lekas berdiri kemudian merapikan rambut kusutnya. "Kita kembali saja..." ajak Anna.

"Gak jadi makan?" Anna menggeleng. Rasa laparnya berubah jadi rasa takut sebab Veri yang mengalami kecelakaan kemudian dirawat intensif selama satu tahun itu ternyata hari ini kembali ke sekolah.

Orang gila yang terus-terusan terobsesi padanya membuat Anna gemetar, ia bahkan mengusap ceruk saking takutnya bila bertemu dengan Veri. Nam Taemin pun tidak mengatakan apa-apa selain mereka kembali ke kelas.

Apalagi pelajaran ekonomi yang membuatnya tidak fokus, ia terus menggulirkan pandangan ke arah jendela sembari menjelaskan tentang pajak pada Nam Taemin. Hingga sebuah Bel berbunyi, di mana tanda bahwa pelajaran telah usai malah membuat Anna berlari pada Bayu. "Ve-veri... Sekolah," adunya.

Teman-teman Anna ini terpaku diam termasuk Bayu yang menatap Anna ganar. Sudah jelas Veri berkonstribusi banyak mengenai ketakutan yang Anna alami. "Sudah, kamu tenang dulu..." ucap Bayu.

Anna yang merunduk panik itu tidak tahu harus berbuat apa, di mana tepukan bahu dari Mey serta Crystal telah menenangkannya. "Mending sekarang kita pulang, daripada kamu nanti bertemu dengan Veri," ucapnya.

Mereka semua menyetujui hal tersebut, akan mengawal dengan baik Anna sampai bertemu Adiknya Sirena. Anna malah menggulirkan pandangan pada Nam Taemin yang masih mencoba untuk memahami tentang pajak negara Indonesia. "Nam, pulang yuk," ajak Crystal.

"Duluan saja," sahut Nam Taemin dingin.

"Emang kamu tahu jalan pulang?" tanya Nana. Ia telah bersiap dengan semua peralatan untuk segera pulang dan melakukan ritual rutin— rebahan sambil main game.

"Aku tidak bodoh," celetuknya. Sudah jelas pula Anna yang spontan menilik Bayu itu. Ia tengah menahan sebuah amarah.

Respon Nam Taemin tidak perlu seharusnya begitu, ia bahkan tidak melihat ataupun mengulas senyum pada orang yang mencoba untuk berbicara dengannya. Terlebih, Nana memang sudah secara terang-terangan ingin akrab dengan anak baru tersebut. "Kita pulang saja," ucap Bayu.

Tidak ada yang membantah pada manusia bernama Bayu sebab pria tersebut selalu mengambil keputusan terbaik, lekas bersiap untuk pulang termasuk Resa dengan pengawalan penuh teman-temannya. Mereka meninggalkan Nam Taemin yang menghela napas tatkala kelas telah kosong.

Pria tersebut bersandar letih pada kursi, mengedarkan pandangan pada seisi area yang dulu sangat berisik. Ia tidak menyukai pertemanan. Mereka semua... Terasa merepotkan untuk Nam Taemin yang telah mengalami penghiatan besar tersebut.

Tidak ingin dan tidak akan lagi... Ia berurusan dengan mahluk-mahluk penjilat termasuk seperti Raihan ataupun temannya Henry. Muak dengan melihat Joshua, atau naif seperti Bayu dan juga Anna serta kawan-kawannya. "Semua menyebalkan," rutuknya.

Nam Taemin tidak ingin pulang ke rumah, tidak ingin bertemu siapapun apalagi banyak ditanya mengenai sekolahnya hari ini. Malah terbayang pula wajah kekasih yang ia tinggalkan di negara penghasil gingseng itu. "Aku rindu... Minji-ssi," gumamnya.

***

"Serius Kak!" pekik Sirena. Ia tidak melihat bahwa tadi Veri sudah memasuki sekolah kembali, bersamaan dengan dua siswa baru yang kebetulan juga sekelas dengan Irma. "Pantesan aja si Henry nanyain kakak tadi," ucap Sirena.

Anna sudah frustasi memikirkan hari esok ia bersekolah. "Anna... Makan," teriak Novi. Ibunya tersebut pernah mengalami masalah tatkala Anna memberontak dahulu, atau lebih tepatnya mungkin Ayahnya. Kakak beradik itu lantas keluar dari kamar.

Menilik Ayahnya yang baru saja pulang dari pengajarannya. Ia merupakan guru fisika sekaligus les privat untuk matematika. Beliau mengalami potong gaji tatkala Veri mengadukannya mengenai kekerasan fisik pada anak tersebut.

Padahal Ayah Anna hanya menjentriknya sebab ia menganggu Anna. Namun semenjak kejadian tersebut, Anna tidak pernah lagi mengadu perihal Veri yang semakin menjadi. Dalam perekonomiannya kali ini, ia takut Ayahnya akan berakhir di pecat jadi guru. "Katanya... Veri kembali ke sekolah, kamu tahu Nak?"

"Tahu," sahut Anna singkat. Ayahnya pak Steven ini mengangguk, beliau juga tidak memiliki banyak kuasa untuk tingkah Veri yang bahkan selalu bersiul saat Ibu Dinda melewati dirinya. Anak itu kurang didikan serta terlalu dimanja.

"Kalau digangguin lagi bilang ke Ayah, nanti Ayah mending bawa kamu sama Sirena pindah sekolah, terus Ayah cari kerjaan lain," jelasnya.

"Gapapa Yah, lagian mau lulus juga," sahut Anna. Novi tidak terlalu banyak berbicara tatkala batinnya tengah bekerja. Sebagai seorang Ibu yang tengah merasakan kemelut yang dihadapi anaknya. Novi akan memperhatikan, sejauh mana Anna mampu menahan semuanya.

Setidaknya, anak yang menginjak dewasa ini tidak pernah membicarakan masalahnya kecuali perihal ringan saja. Orang mungkin hanya menganggap bahwa Anna tidak memiliki banyak beban, padahal pikirannya penuh dengan berbagai kekacauan.

Sirena pun tidak terlalu banyak membicarakan soal kakaknya tatkala Novi melakukan interogasi ringan, walau Annastasia selalu mengatakan banyak hal termasuk mengadu mengenai Sirena yang menangis sebab putus dengan pacarnya.

Walaupun makan dalam satu meja yang sama, mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. "Ponselmu kenapa Kak?" tanya Novi.

"Jatuh tadi pas berangkat sekolah," sahut Anna. Ia mendapatkan sebuah notif pesan dari Veri yang menyebabkan makanannya terasa pahit. 'Sampai jumpa besok cantik'

Atensi Anna yang tengah dilanda badai tersebut tiba-tiba saja beralih pada sebuah panggilan dari wali kelasnya. Anna spontan menelan nasi yang belum ia kunyah dengan benar. "Iya, Hallo Ibu guru?" sapa Anna.

Spontan kedua orang tuanya beserta Sirena menghentikan aktivitas mereka. Di mana Anna pun menatap bingung adiknya. "Kamu sudah mengantar Nam Taemin keliling sekolah kan Anna?" tanya Ibu Dinda.

Anak baru yang belum lama tinggal di Indonesia ini sedikit mengkhawatirkan sebab ia belum juga pulang ke rumah. "Sudah... Emang kenapa Ibu guru?"

"Ibunya menghubungi, dia bilang koordinat ponsel Nam Taemin masih berada di sekolah namun tidak bisa dihubungi dan beliau juga tidak bisa menyusulnya ke sana, Ibu takut dia tersesat di sekolah dan tidak tahu jalan pulang," jelas Ibu Guru.

"Lah... Sampai malam seperti ini?"

Tersesat di sekolah?

To Be Continued...