"Hihihihi, Chi-chan, coba kau lihat penggalan manga ini." Ucap Mayu sambil terkekeh geli mengulurkan manga yang tadi sedang dirinya baca kepada Chisa.
Chisa yang merasa penasaran pun mengambil manga yang diulurkan oleh Mayu dan membacanya.
"T-tunngu dulu, senpai. Bukankah kau sudah sejak lama sangat membenci diriku yang merupakan seorang fudanshi. Lalu mengapa sekarang kau mengatakan jika kau menyukai diriku?" Ucap Chisa membaca penggalan kata yang tertulis pada manga yang di tunjukan oleh Mayu tadi.
"Aku tahu kau pasti tidak akan mempercayai mengenai perasaan yang saat ini tengah kurasakan pada mu. Tapi aku benar-benar berkata yang sebenarnya, aku sangat menyukai mu Sasaki-kun."
"Tidak, aku sama sekali tidak mempercayai perkataan mu saat ini setelah apa yang kau lakukan padauk selama ini. Kau sudah membuat ku tidak memiliki seorang teman pun, setelah kau menyebarluaskan hobi ku yang suka membaca dan mengoleksi manga bl."
"Ughh, itu sangat menyakitkan sekali." Ucap Chisa memberikan komentar setalah membaca penggalan bait terakhir di lembaran manga itu.
"Coba kau baca terus sampai ke halaman pertengahan, kau pasti akan merasakan sensasi yang berbeda dan begitu menusuk." Sahut Mayu memberikan pendapat pada Chisa.
Chisa pun menganggukan kepalanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Mayu dan kembali membacakan penggalan yang ada di halan manga itu.
"Aku tahu apa yang sudah aku lakukan selama ini kepadamu adalah sebuah kesalahan yang sangat sulit untuk dimaafkan oleh siapapun. Maka dari itu dari lubuk hati ku paling dalam aku benar-benar meminta maaf kepadamu dan juga mengutarakan perasaan yang tengah kurasakan saat ini padamu, Sasaki-kun."
"Tidak senpai. Aku sama sekali tidak mempercayai semua perkataan mu. Kau sama sekali bukan seorang fudanshi dan semua mantan kekasih mu adalah seorang perempuan. Kau laki-laki normal seperti apa yang kau katakana padauk saat di awal pertama kita bertemu. Jadi tidak mungkin dalam waktu singkat ini kau mengatakan jika kau menyukai diriku orang yang sangat kau benci."
"Tunggu Sasaki-kun. Apa yang harus aku lakukan agar kau dapat mempercayai sepenuhnya perasan suka yang aku miliki padamu saat ini?"
"Hah, mungkin itu hanya perasaan sesaat mu saja senpai. Atau mungkin saat ini kau sedang mengerjai diriku dan tengah di saksikan oleh para teman mu untuk di jadikan bahan ejekan dan bahan bulian diriku kedepannya."
"Tidak Sasaki-kun, aku benar-benar menyukai mu. Ini sama sekali bukan bagian untuk mengerjai dirimu. Teman-teman ku semuanya tidak ada yang mengetahui mengenai perasaan ku ini kepada mu."
"Benarkah itu senpai?"
"Ya benar Sasaki-kun."
"Tapi maaf senpai, saat ini aku bena-benar sama sekali tidak memiliki rasa percaya kepada dirimu sedikit pun atas apa yang sudah kau lakukan kepadaku. Ku harap kau dapat mendapatkan kekasih atau korban pembulian yang baru. Karena mulai besok aku sudah tidak akan bersekolah lagi disini."
"A-apa katamu?"
"Aku sudah sangat lelah dengan apa yang kau dan teman-teman mu lakukan kepadaku selama satu tahun ini. Maka dari itu aku memutuskan untuk pindah ke sekolah lain yang berada jauh dari kota ini."
"Kalau begitu aku permisi Senpai. Terimakasih karena sudah memberikan kenangan yang pasti tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Ku harap kau akan menjalani kehidupan mu dengan kesenangan dan tidak merasakan kesedihan apapun."
"T-tunggu! Sasaki-kun!"
"Agghh, aku merasakan sensasi menusuk itu Mayu-chan." Keluh Chisa sambil memegang dadanya yang merasaka perasaan seperti tersayat benda tidak kasat mata.
"Itulah yang aku rasakan meski sudah membaca potongan manga ini berkali-kali." Sahut Mayu sambil menujukan ekspresi meringis.
"Ah, kuharap di kehidupan nyata ini, tidak akan ada uke yang bernasib seperti Sasaki-kun didalam manga ini." Ucap Chisa dengan kedua mata yang berkaca-kaca, karena dirinya benar-benar tidak bisa membayangkan jika di kehidupan nyata ada seorang uke yang merasakan dan mendapatkan perlakuan seperti uke yang ada di dalam manga itu.
Mayu yang menyetujui apa yang dikatakan oleh Chisa pun menganggukan kepalanya. "Kau benar. Aku benar-benar tidak habis fikir jika didunia nyata ini ada yang seperti Sasaki-kun."
Chisa pun memberikan kembali manga itu kepada Mayu. Dan suasana hening kembali menyelimuti mereka berdua karena saat ini mereka tengah fokus membaca manga masing-masing.
Saat sedang membaca manga miliknya, sebuah pemikiran tiba-tiba saja terlintas di kepalanya dan membuat dirinya merasa resah.
"Mayu-chan.." Panggil Chisa dengan nada berbisik.
Mayu yang namanya di panggil oleh Chisa dengan nada berbisik pun menolehkan kepalanya kearah temannya itu yang terlihat gelisah dari ekspresi wajahnya.
"Ada apa Chi-chan? Kenapa kau terlihat gelisah?" Tanya Mayu merasa khawatir dengan Chisa.
Chisa menggigit bibir bagian bawahnya ragu.
"Aku kembali teringat dengan penggalan manga milik mu tadi. Bagaiman jika penggalan manga itu benar-benar terjadi di dunia nyata." Jawab Chisa dengan kedua matanya yang terkihat berkaca-kaca.
Mayu yang melihat tatapan berkaca-kaca Chisa langsung merasa panik.
"Tenang, itu tidak akan terjadi di dunia nyata, Chi-chan. Itu hanya penggalan dalam sebuah manga." Ucap Mayu mencoba menghibur Chisa.
"Tapi, bukankah sebuah novel di tulis berdasarkan pengalaman seseorang? Atau jangan-jangan didunia nyata ini ada seorang uke yang benar-benar mengalami hal seperti itu lalu menuangkan rasa sakitnya dalam sebuah karya manga agar seme itu dapat mengetahui dan merasakan seberapa sakitnya perasaan dia saat di permainkan oleh seme itu."
Mayu terdiam di tempatnya tidak memberikan komentar apapun.Karena saat membaca penggalan manga itu, dirinya juga sempat memiliki pemikiran sama seperti apa yang di pikirkan oleh Chisa saat ini.
Chisa menghela nafas panjang lalu memejamkan kedua matanya sesaat dan membukanya kembali untuk menatap kearah Mayu.
"Mayu-chan, aku takut jika apa yang di rasakan dan dialami oleh uke di dalam manga ini akan terjadi kepada Sota-kun." Ucap Chisa sambil berbisik, membuat Mayu spontan langsung membulatkan kedua matanya terkejut.
"A-apa?? Itu tidak akan mungkin terjadi kepada So-chan! Bagiamana bisa kau memiliki pemikiran sampai kesana Chi-chan?" Tanya Mayu yang sejujurnya juga merasakan sedikit rasa khawatir mendengar perkataan Chisa barusan.
"Bukan kah kita selama satu tahun ini selalu memantau dan menjadikan Sota-kun dan Ito-kun sebagai objek imajinasi kita mengenai dunia bl? Aku takut jika Ito-kun yang seorang laki-laki normal merasa rishi dan memendam rasa kebencian tersendiri kepada Sota-kun yang merupakan seorang fudanshi tanpa kita sadari." Jawab Chisa yang sukses kembali membuat Mayu membulatkan kedua matanya terkejut.
"Hei, hei, tenangkan dirimu Chi-chan. Hal seperti itu tidak akan terjadi. Bukankah selama satu tahun ini kita memantau mereka berdua namun sama sekali tidak ada mengalami siklus peningkatan?"
Chisa menggelengkan kepalanya pelan. "Karena itu Mayu-chan. Aku berfikir mengapa hasil pemantauan kita selama satu tahun ini tidak mengalami peningkatan karena Ito-kun sudah memendam rasa benci kepada Sota-kun. Bukankah selama ini dari yang kita lihat Ito-kun selalu bersikap dingin dan menjaga jarak pada Sota-kun? Bisa saja bukan itu sebagai bentuk rasa benci dan rasa risih Ito-kun kepada Sota-kun?"
Mayu tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar jalan pemikiran yang dimiliki oleh Chisa.
Yang bisa Mayu lakukan saat ini adalah mengalihkan objek pemikiran Chisa dari Sota dan Kaito, kepada Sota dan orang lain.
Setelah berkelit dengan pemikirannya. Mayu pun menjentikan jarinya saat dirinya hampir melupakan sosok orang yang belakangan ini selalu dirinya jadikan sebagai objek calon seme indaman.
Chisa yang melihat Mayu menjentikan jarinya dengan seulas senyum merekah diwajahnya pun mengerutkan dahinya heran.
"Baiklah kalau begitu bagaimana jika objek pantauan kita, kita alihkan dari So-chan dan Kaito-kun, menjadi So-chan dan Minato-kun?"