Ding.. Dong.. Deng.. Dong..
Suara bel waktu istirahat pun berdering menggema di setiap sudut gedung SMA Hanagasaku, membuat para murid kini berkeluaran dari dalam kelas menuju kantin sekolah.
"So~ta~-kun~" Panggil Minato dari tempat duduk nya yang berada di belakang Sota.
Sota yang tengah merapihkan buku dan perlengkapan tulisnya hanya berdeham merespon panggialn Minato.
Duk..
Duk..
Duk..
"Ayo, kita pergi ke kantin. Cacing-cacing di perutku sudah mulai mengadakan konser." Ujar Minato yang kini mulai menendang-nendangi kaki kursi belajar milik Sota.
Sota yang mulai kembali menjadi sasaran kejahilan Minato jika sedang merasa lapar pun mendesah panjang.
"Baiklah, baiklah. Ayo kita pergi ke kantin." Sahut Sota sambil beranjak dari duduknya.
Sedangkan itu Minato yang melihat Sota sudah kelaur dari balik meja belajar pun, mengulurkan kedua tangannya kehadapan teman meja depannya itu, membuat Sota kini menaikan sebelah alis menatap heran kearahnya.
"Bantu aku untuk berdiri. Tubuh ku sangat terasa lemas karena para cacing yang sudah mulai mengadakan konser." Ucap Minato dengan nada merajuk kepada Sota. Membuat beberapa teman mereka yang masih berada di dadalam kelas dan merupakan teman satu kelas pada angkatan tahun pertama terkekeh geli sambil menggelengkan kepala mereka melihat interaksi diantara Sota dan Minato yang masih tetap sama, belum berubah seperti di kelas tahun pertama kemarin.
Sedangkan bagi beberapa teman kelas lain yang di tahun ini berada di kelas yang sama dengan Sota dan Minato mengerutkan dahi heran setiap melihat interaksi yang di lakukan oleh mereka berdua.
"Ayolah, Minato-kun. Kau sudah besar dan tinggi badan mu berbeda jauh dengan diriku." Keluh Sota namun masih tetap saja mengikuti apa yang di inginkan oleh Minato.
Kini Sota tengah menarik kedua tangan Minato, agar teman belakang kursinya itu segera beranjak dari duduknya.
Minato yang melihat Sota sedikit kesusahan mencoba menarik tubuhnya untuk beranjak dari kursi pun diam-diam mengulaskan senyum geli teramat kecil diwajahnya. Dan dengan sedikit kebaikan hati yang dirinya miliki, Minato pun mengangkat tubuhnya sendiri untuk beranjak dari duduknya namun setelah itu seperti biasa, dirinya selalu merangkul tubuh Sota.
"Ah, aku benar-benar sangat merasa lapar." Keluh Minato yang saat ini sedang berjalan menyusuri koridor menuju kantin yang berada dilantai satu, sedangkan mereka kini berada di lantai tiga.
Sota yang sedikit merasa berat karena sebelah lengan Minato merangkul bahunya pun berdecak sebal.
"Minato-kun, kau harus sadar diri. Tubuh mu sangat berat, jangan bersandar pada tubuh ku."
Bukannya bergeser atau menjauh dari Sota setelah mendengar perkataannya, Minato justru terkekeh geli dan semakin mengeratkan rangkulannya pada bahu Sota, membuat Sota hanya bisa kembali menghela nafas panjang karena Minato tidak menghiraukan perkataannya.
Saat mereka akan berjalan menuruni anak tangga, langkah kaki mereka langsung berhenti saat hampir saja menabrak Kaito yang sedang berjalan menaiki anak tangga.
Kaito yang melihat Sota dan Minato di hadapannya memilih tetap diam dengan tatapan mata yang sama sekali tidak dapat di baca dan di predeksi oleh Sota apa yang sedang di pikirkan oleh kekasih dari Chis aitu.
Minato yang melihat Sota dan Kaito saling terdiam tanpa kata pun, langsung menarik tubuh Sota untuk memberikan jalan kepada Kaito yang menurutnya memiliki sifat tidak bersahabat itu.
Kaito yang melihat Sota dan Minato sudah bergeser pun kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Sota dan Minato.
"Tsk, seharusnya dia mengatakan sepatah dua patah kata kepada kita. Bukannya langsung pergi begitu saja." Gerutu Minato sambil melayangkan tatapan tidak senang menatap punggung Kaito yang semakin menjauh.
"Sudahlah, jangan hiraukan orang lain. Bukan kah kau bilang tadi sangat lapar? Sebaiknya kita segera pergi ke kantin." Lerai Sota mencoba mengalihkan perhatian Minato dari Kaito.
Minato yang hampir saja melupakan tujuan utama dirinya bersama Sota karena sikap Kaito tadi menjentikan jarinya.
Ctak!
"Ah, ya kau benar. Hampir saja aku melupakan tujuan utama kita. Ayo kita pergi kekantin."
Sota hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sifat dan sikap Minato yang sudah menjadi temannya sejak tahun lalu.
Kini mereka berdua pun kembali melangkahkan kaki menuruni satu persatu anak tangga menuju kanti.
Suasana hening kini menyelimuti diantara mereka berdua dengan Minato yang menolehkan kepalanya kekanan dan ke kiri memperhatikan setiap murid yang berada di koridor lantai satu dan merupkan murid tahun pertama, seperti mereka di tahun lalu.
"Hei, bukankah murid yang tadi kita temui di tangga selalu pergi bersama dengan dirimu dan Mayu-chan?" Tanya Minato yang membuat Sota hampir saja tersedak salivanya sendiri.
Sota tidak habis fikir jika tingkat kepekaan Minato terhadap orang sekitar semakin parah dari tahun pertama mereka bertemu.
"Ya, dia Shiratori Kaito. Ketua klub sepak bola yang baru dan juga kekasih dari Moriya Chisa, teman satu frekuensi diriku dan Mayu-chan." Jawab Sota memperkenalkan Kaito pada Minato.
Decakan keluar dari bibir Minato mendengar penjelasan Sota. "Tsk! Seharusnya dia tidak diam saja seperti tadi, jika kalian memang saling mengenal satu sama lain."
"Sudahlah, mungkin dirinya sedang terburu-buru tadi." Ujar Sota mencoba untuk meredam rasa kesal Minato.
"Tapi tetap saja, seterburunya dia, seharusnya menyapa mu. Aku saja yang selalu terburu selalu menyapa dirimu jika kita berpapasan dimana pun." Sahut Minato yang masih merasa kesal dengan sikap Kaito.
"Sudahlah, itu karena kau dan aku, kita sudah mengenal intens selama satu tahun ini. Sedangkan aku dan dirinya hanya bertemu jika aku, Mayu-chan dan Chisa-chan sedang main bersama."
Minato terdiam di tempatnya dengan kening yang berkerut.
Sota yang melihat Minato terdiam dengan kening berkerut pun sedikit merasa waspada jika temannya itu sedang berpikir dalam diam.
"Sota-kun. Apa sifatnya yang seperti itu karena dia mengetahui hobi mu membaca dan mengoleksi manga B-
Dengan kedua mata yang membulat terkejut, Sota dengan cepat langsung membekap mulut Minato dengan kedua tangannya, tidak perduli jika saat ini dirinya harus berjinjid dan masih berada di koridor, menjadikan mereka tontonan para murid lain.
"Kau! bisakah kau tidak mengatakan hal itu dengan nada tinggi dan begitu santainya di tempat umum seperti ni?" Omel Sota yang masih membekap bibir Minato.
Minato yang bibirnya masih di bekap dengan kedua tangan Sota dan tengah di marahi pun hanya mengedip-ngedipkan kedua matanya tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Jangan membicarakan hal seperti itu lagi jika kita sedang berada di tempat umum seperti ini. Kau mengerti?!" Tanya Sota dengan kedua mata menyipit bermaksud untuk mengancam Minato.
Namun sayang nya di mata Minato, apa yang sedang dilakukan oleh Sota kepadanya saat ini sama sekali tidak menakutkan. Justru entah mengapa membuat teman kursi depannya itu telihat sedikit menggemaskan.
Minato yang melihat Sota masih menatapnya dengan kedua mata yang menyipit pun mau tidak mau menganggukan kepalanya, sebab dirinya tidak ingin membuat Sota merasa pegal karena berdiri berjinjit untuk membekap bibirnya.
Sota yang melihat Minato menganggukan kepala, dengan perasaan sedikit ragu langsung melepaskan bekapan kedua tangannya pada bibir Minato.
"Baik-baik, aku tidak akan mengatakan hal itu lagi jika kita sedang berada di tempat umum seperti ini." Ucap Minato mengulangi lagi apa yang di katakan oleh Sota tadi, untuk meyakinkan temannya itu.
Anggukan kepala pun Sota berikan untuk membalas perkataan Minato dan kini mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju kantin dengan Minato yang juga kembali merangkul bahu Sota.