Disepanjang perjalanan gadis itu tak henti-hentinya membicarakan segala hal yang ia lihat. Hal sekecil apapun berhasil membuat ia tertawa, walaupun bagi orang lain mungkin itu bukan apa-apa.
Alysa benar-benar menikmati alam bersama Dirham. Walaupun gadis itu tahu ada yang tidak beres dengan laki-laki disampingnya, laki-laki itu tertawa tetapi pikirannya penuh tanya.
Namun dari Alysa pribadi tidak ingin terlalu ikut campur jika laki-laki itu tidak cerita terlebih dahulu kepada dirinya, gadis itu tetap menikmati indahnya pemandangan.
Sesekali juga gadis itu membuat momen, ia tak pernah lupa membawa camera ditasnya. Ia juga tak lupa membuat Instagram story di akun pribadinya. Mereka berdua kini sudah sampai di Bandung, lebih tepatnya di kebun teh yang berada di Lembang. Tempat yang sangat asri dan jauh dari populasi udara yang buruk.
Saat gadis itu akan keluar dari mobil Dirham, terlihat laki-laki itu seperti sedang melihat sesuatu didepannya. Di sisi lain, Dirham melihat kenangan dimana dirinya pernah bahagia semasa kecil dulu bersama dengan ayah dan ibunya sebelum dunia merubah mereka.
"Ham, ayo kita turun." Ucap gadis itu yang membangunkan lamunan Dirham.
Laki-laki itu mencoba terlihat baik-baik saja, ia harus tetap tenang dengan keadaan hati yang tidak baik, demi Alysa.
Senyum manis yang terpancar di wajah gadis itu sedikit melegakan beban Dirham, gadis itu berlari disepanjang jalan yang dipenuhi dengan pohon teh. Sesekali Alysa juga memanggil Dirham untuk menyusulnya, namun laki-laki itu hanya ingin menikmati senyum Alysa saja.
"Gue bahagia, makasih Dirham." Teriak Alysa di sela-sela larinya.
Sayangnya, saat gadis itu sedang menikmati indahnya alam disana, langit tidak mengijinkan mereka berdua berlama-lama. Suara gemuruh hujan mulai terdengar, rintik hujan mulai turun.
Dirham langsung merangkul dan memayungi gadis itu dengan jaketnya agar Alysa tidak basah kuyup. Alysa hanya tertawa saat masuk mobil melihat mereka berdua yang sama-sama basah.
Laki-laki itu merapihkan rambut cantik Alysa yang berantakan karena kena hujan. Tatapan laki-laki itu kini berbeda, sangat hangat. Sikap Dirham membuat gadis itu salah tingkah, ia langsung merapihkan rambutnya sendiri.
"Kita gak mungkin kan pulang dalam keadaan basah gini, kayaknya kita harus beli baju deh," ucap gadis itu yang dibalas anggukan oleh Dirham.
Laki-laki itu terus diam. Saat Dirham akan melajukan mobilnya, hal itu ditahan Alysa. Ia mulai memeriksa suhu tubuh laki-laki itu, normal kok, batinnya. Kini laki-laki itu mengarahkan tangan Alysa ke dadanya.
"Yang sakit disini, Sa." Ucap Dirham dengan senyum yang dipaksakan.
Alysa mulai menggenggam tangan laki-laki itu untuk memberikan ketenangan, "Lo kenapa? Ada yang mau lo ceritain ke gue?" tanya gadis itu yang dibalas anggukan kecil oleh Dirham.
Alysa mulai pindah tempat duduk ke kursi belakang. "Pindah dulu sini, katanya mau cerita," ucap Alysa yang disusul laki-laki itu pindah ke belakang juga.
Kini laki-laki itu mulai menatap Alysa lamat-lamat, tanpa bicara yang membuat gadis itu semakin bingung. "Lo ..."
Belum selesai bicara laki-laki itu langsung memeluk Alysa tanpa aba-aba. Ingin rasanya Alysa memeluk Dirham kembali namun tangannya terasa berat, gadis itu hanya membiarkan Dirham menangis dipelukannya.
"Kenapa? Lo bisa cerita sekarang. Lo juga bisa nangis, gak ada yang bisa denger lo kecuali gue," ucap gadis itu sambil mengelus lembut rambut laki-laki itu.
Flashback On.
Kehidupan sederhana yang sangat indah itu benar-benar menjadi idaman keluarga lain, keluarga yang begitu harmonis dan penuh kasih sayang dimiliki oleh anak yang bernama Dirham Kalaraja.
Seiring berjalannya waktu, semakin kebutuhan meningkat dan keuangan menipis, munculah usaha kecil dari keluarga itu. Usaha kain kecil-kecilan.
Karena ayah Dirham sangat tekun menerjuni bisnis itu jadilah sebuah perusahaan kain yang terkenal di Jakarta. Ibu dari Dirham juga seorang model, ia berkarir saat laki-laki itu berusia 8 tahun.
Awalnya keluarga itu baik-baik saja, namun dari tahun ke tahun waktu mereka tidak sama lagi. Semua sibuk dengan karir masing-masing, dan Dirham sudah terbiasa dengan asisten rumah tangga hidupnya.
Menginjak remaja, laki-laki itu mulai bergaul dengan teman SMPnya. Sesekali laki-laki itu suka berkumpul bersama disebuah café, namun pada saat ia sedang bersama dengan temannya, laki-laki itu melihat ayahnya sedang memangku seorang wanita lain selain ibunya.
Hal itu sangat menjadi bahan olok-olok Dirham semasa SMP. Tetap ada yang menemani Dirham namun mereka palsu, hanya ingin uang laki-laki itu saja. Tidak tulus berteman.
Laki-laki itu sering disoraki calon penerus ayahnya yang tak cukup satu wanita saja. Hal itu membuat Dirham memilih untuk home schooling, namun hal itu juga menyiksa Dirham, ternyata ibunya sama saja.
Sering membawa laki-laki lain ke dalam rumahnya, bahkan ke dalam kamarnya. Hal itu juga membuat Dirham pergi dari rumah untuk sementara. Sampai laki-laki itu ditemukan oleh polisi dan dibawa pulang, namun kepulangan Dirham disambut pertengkaran hebat oleh kedua orang tuanya, itu sangat menghancurkan Dirham.
Bukannya senang anaknya pulang malah sibuk mempermasalahkan perselingkuhan dan pekerjaan masing-masing. Dari situlah mereka memilih untuk bermain dengan kehidupannya diluar sana tidak dirumah lagi. Mereka takut laki-laki itu akan kabur lagi yang membuat citra kelurganya hancur.
Mulai saat itu, Dirham menganggap keluarganya sudah tidak ada dihatinya.
Flashback Off.
"Itu yang buat gue selalu nyaman sama kakak lo, dia mau berteman sama gue tanpa tau gue kayak gimana. Dan saat gue ke rumah lo, gue nemuin kehangatan di dalamnya. Gue cuma gak mau kesepian, Sa. Makanya gue selalu cari ramai," ucap laki-laki itu.
"Oh iya, kemarin juga mereka pulang, Sa. Gue udah bener-bener gak dianggap sama mereka. Dan lo tahu apa yang mereka lakuin ke gue?" Tanya laki-laki itu dan Alysa hanya menggelengkan kepalanya.
Dirham mulai membuka bajunya dan menunjukan memar dipunggungnya yang dilempar sepatu oleh ayahnya.
Alysa membulatkan matanya, ia sangat terkejut. Ia tidak menyangka ternyata laki-laki itu juga menyimpan kepedihan yang lebih pedih dari gadis itu. Gadis itu memakaikan kembali baju Dirham. Ia menarik Dirham agar kembali ke pelukannya dan sekarang gadis itu benar-benar memeluk Dirham dengan erat.
"Sorry gue gak pernah tahu beban lo, selama ini lo selalu jadi temen dan pendengar yang baik buat gue. Padahal lo sendiri punya beban yang rumit. Jangan pernah pendem itu sendirian lagi. Ada gue, Ham. Gue siap dengerin lo," ucap gadis itu.
Kini laki-laki itu sedikit lega. Sekarang laki-laki itu punya seseorang untuk berkeluh kesah, walaupun hanya sebatas teman. Dirham mulai merubah posisi dirinya, ia kini menidurkan kepalanya di paha gadis itu, sementara Alysa mengelus lembut rambut laki-laki itu agar ia terlelap sebentar.
"Gue selalu pengen tidur kalau gue lagi ngerasa gak sanggup, berharap saat gue bangun rasa sakit itu bakal hilang. Walau gue tahu semua masalah gak bisa gue hindari, tapi seenggaknya dengan tidur gue sedikit tenang," ucap gadis itu.
Benar saja, laki-laki itu terlelap di pangkuannya, Alysa hanya tersenyum. Laki-laki yang terlihat sangat kuat nyatanya memiliki batin yang hancur.
"Gue bakal selalu ada buat lo, Ham." Lirih gadis itu.