Chereads / My Idol Is A Werewolf / Chapter 24 - Chapter 24

Chapter 24 - Chapter 24

My Idol Is Werewolf

Chapter 24.

Meninggalkan keharmonisan keluar Baron Magnus. Di sebuah rumah besar, bergaya arsitektur modern Eropa. Saat memasuki kediaman tersebut, Nicu dibuat terpukau dengan dekorasi rumah itu.

"Selamat datang, Tuan Nicu. Apa kau menyukai rumahku ini?"

Suara bariton terdengar mengisi ruangan tersebut. Dalam jarak beberapa meter saja, Nicu sudah bisa mengenali sosok pria pemilik suara tersebut, yang tidak lain adalah Liam Jordan.

Liam Jordan baru keluar dari sebuah ruangan, langkahnya dia ayunkan menuruni anak-anak tangga. Nicu yang terdiri di bawah didekat sopa tampak merasa waspada. Namun, tetap mempertahankan ketenangannya.

"Bagaimana, apa Anda menyukai rumahku ini, tampak berbeda dan berkelas bukan? Sayangnya, mengapa aku merindukan rumah lamaku?"

Liam Jordan berbicara dengan begitu formal di hadapan Nicu. Sementara itu, Wind, Mark dan Lucky yang datang bersama Nicu pun memberikan hormatnya pada Liam sebagai tanda kepatuhan.

Liam pun mengangkat sebelah tangannya, memberikan isyarat bahwa dia menerima salam hormat dari mereka. Setelah itu, ketiganya pun pamit undur diri dari sana karena tugas mereka membawa Nicu ke sana telah berhasil dan sisanya biarkan Liam sendiri yang menyelesaikannya.

Liam pun mempersilahkan Lucky, Mark dan Wind untuk pergi karena memang tugas mereka sudah selesai dan untuk saat ini tidak ada lagi pekerjaan untuk mereka.

Mata Nicu pun bergerak mengikuti langkah ketiganya. Biarpun hanya berdua dengan Liam, tetapi dia merasa itu sudah lebih cukup dan mungkin memang seperti ini seharusnya.

"Bagaimana kabarmu Tuan, Nicu?" tanya Liam untuk mengawali pembicaraan mereka.

Nicu tidak langsung menjawab, dia menatap lamat-lamat sosok pria yang tidak pagi muda itu. Biarpun Liam Jordan terlihat seperti seseorang yang berusia enam puluhan tahun, tetapi usia sesungguhnya tidak ada yang mengetahui.

"Astaga, kenapa aku sampai lupa? Aku terlalu terpesona dengan ketampanan dirimu, sehingga lupa untuk memintamu untuk duduk ... Duduklah," pinta Liam Jordan seraya merenggangkan tangannya ke depan.

Nicu pun mengangguk dan segera dia duduk di sofa yang telah disiapkan. Sesungguhnya dia memang tidak bisa melanjutkan pembicaraan andai Liam Jordan tidak memerintahkan untuk duduk.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya untuk yang kedua kali.

"Intinya saja, Tuan tidak udah berbasa-basi lagi. Anda ingin mengetahui tentang penerus Cloud Armor bukan?" balas Nicu dengan nada ketus. Sesungguhnya dia tahu apa yang ingin Liam ketahui dan tanyakan. Hanya saja, pria tua bangka itu terlalu berbelit-belit.

Mendengar kalimat tersebut membuat Liam tertawa, "Sungguh kau anak muda yang sangat sulit untuk diajak bersantai. Baiklah, aku menghargai itu dan lagi pula aku menyukai anak muda seperti dirimu ini. Tegas dan tidak suka berbasa-basi, langsung masuk pada intinya saja."

Dengan sifat dan watak Nicu yang sulit untuk diajak bicara begitu saja, membuat Liam semakin takjub dibuatnya. Baginya, orang seperti Nicu ini sangatlah langka dan tidak banyak seperti dirinya.

"Sebaiknya aku pergi saja. Lagi pula Tuan Liam sepertinya tidak memerlukan diriku lagi," katanya seraya beringsut dari tempat duduk dan hendak meninggalkan ruangan tersebut.

Melihat Nicu yang sepertinya kesal membuat Liam buru-buru menghentikannya. "Tunggu! Maafkan atas perkataan diriku tadi. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk menyinggung perasaanmu."

Nicu pun akhirnya duduk kembali, dia meredam emosinya demi suatu hal yang mungkin akan membuatnya untung di masa depan. Kedatangannya bukan semata-mata untuk menemui Liam saja, tetapi dirinya juga memiliki niatan lain.

"Terima kasih karena Anda mau menerima maaf dari pria tua ini."

Liam bernapas lega karena Nicu akhirnya mau diajak negosiasi kembali. Membujuk Nicu bukanlah perihal mudah. Jadi dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Mengapa kalian menyebrangi perbatasan Hutan Kematian?" tanya Nicu dengan serius.

Awal pembicaraan yang sungguh serius, pertanyaan Nicu membuat Liam mengernyit heran.

Perbatasan Hutan Kematian atau Hutan keabadian adalah suatu bentuk yang tidak akan bisa dilakukan oleh sembarang orang. Dikarenakan menyebrangi Hutan Kematian sama saja mengubah hidup yang dahulu memiliki umur yang panjang, kini harus hidup sebagai manusia biasa.

Seperti yang terjadi pada Liam sekarang. Dahulunya dia adalah pemimpin dari Bangsa Beruang Hitam dan sekarang pun masih tetap sama. Hanya saja, dia tampak lebih tua sekarang.

"Kedatangan Anda kemari hanya untuk mengetahui keberadaan Pangeran bukan?" tebaknya ragu-ragu.

Liam pun menjentikkan jarinya, "Benar sekali tebakan dirimu. Memang, kedatangan diriku ke Dunia ini semata-mata ingin mengetahui keberadaan Pangeran Lars."

Liam akui bahwa kedatangannya memang ingin mengetahui kabar tentang Pangeran Lars, putra dari Claudio dan Contessa yang menghilang saat Luciano menyerang kerajaan Cloud Armor.

Sungguh ironis memang. Bagaimana bisa seorang Luciano yang tidak lain adalah adik dari Claudio berkhianat pada kerajaannya dan diketahui juga bahwa Claudio bekerja sama dengan Pemimpin dari bangsa Vampire.

Cloud Armor hancur saat Claudio tewas di tangan adiknya sendiri. Tidak sedikit rakyat Cloud Armor yang tewas saat kepemimpinan Luciano. Kejahatan merajalela, perbudakan pun terjadi dan anak-anak pun dipaksa bekerja dan ikut perang. Dunia yang sebelumnya begitu damai, kini berubah menjadi dunia yang seperti di neraka.

Mengetahui hal tersebut, Nicu pun hanya bisa mengelah napasnya. Sungguh dirinya tidak mengetahui kejadian setelah Cloud Armor diserang.

Nicu langsung saja pergi dari Dunia Keabadian menuju alam Dunia manusia dan tidak pernah sekali pun Nicu kembali ke bangsanya.

"Aku mengetahui bahwa dirimu sudah bersama dengan Pangeran Lars saat Baron Magnus membawanya ke dunia ini, benar bukan?"

Liam menyinggung tentang Baron Magnus. Nicu baru menyadari bahwasanya Liam Jordan sudah banyak mencari tahu informasi tentang keberadaan Lars dan Baron Magnus. Nicu mengacungi jempol cara Liam bertindak.

"Anda memang benar Tuan. Saat penyerangan di Cloud Armor, Tuan Baron Magnus berhasil merebut pangeran Lars dari tangan Luciano yang kecam itu. Dia membawa lari Pangeran Lars menuju hutan kematian yang sesungguhnya tidak akan bisa dimasuki oleh sembarang orang, kecuali mereka yang berasal dari bangsa Miracle dan Lunar," tutur Nicu menjelaskan.

Liam pun menganggukkan kepalanya, dia tahu akan kisah tersebut. Hitam Kematian atau yang biasa disebut dengan Hutan keabadian, memanglah tempat yang sulit untuk dimasuki oleh sembarang orang, termasuk Bangsa Beruang Hitam.

Hutan itu dijaga oleh bangsa Elf karena Bangsa Elf telah musna ratusan tahun sebelum kejadian di Cloud Armor, pada akhirnya hutan tersebut dijaga oleh Bangsa Lunar dan Miracle.

Baron Magnus salah satu keturunan dari Bangsa Miracle dan memiliki darah dari bangsa Werewolf. Itu sebabnya, Baron Magnus bisa dengan mudah keluar masuk Hutan Kematian dan Cloud Armor sesuka hatinya.

"Sungguh beruntung Tuan Claudio memiliki Baron Magnus sebagai pengawal setianya. Aku sangat kagum padanya saat pertama kali kami bertemu. Saat ulang tahun Tuan Claudio yang kelima ratus tahun," papar Liam seraua untuk mengulang kembali sedikit memori yang mungkin sudah hampir dilupakan.

Nicu memahami perasaan Liam sekarang. Sama halnya dengan Liam, dirinya juga mengalami hal yang sama. Hanya saja, Nicu sudah tidak memiliki keluarga yang menjadi bebannya. Namun, dia hanya merasa sedih saat tahu rakyat Cloud Armor begitu sangat menderita.

Nicu sangat mengutuk perbuatan Luciano yang tidak terpuji itu. Sungguh tidak mencerminkan sikap seseorang yang berasal dari Bangsa Werewolf, tertawa dia adalah salah satu pangeran di Cloud Armor. Sudah seharusnya dia menjadi panutan bagi rakyatnya dan bukan sebaliknya menyiksa mereka.

Nicu mengelah napas panjang, seketika kepalanya menjadi pusing saat mengingat kembali bagaimana Luciano menyerang Cloud Armor dengan cara bekerja sama dengan bangsa Vampire. Sungguh pengkhianatan yang tidak bisa dimaafkan semudah itu. Andai Claudio masih bernyawa, mungkin Cloud Armor tidak akan seperti itu jadinya.