Chereads / stupid girl naluri tanpa nurani / Chapter 8 - rumah tanpa pintu

Chapter 8 - rumah tanpa pintu

Ya di sinilah aku...

setelah perdebatan dengan mas Ari ,

aku memutuskan pulang

ke rumah orang tua ku ,

'' Riri,,, suami mu kemana nak'

kenapa tidak ikut?

bagai terhantam batu besar

pertanyaan ibu ku sangat sulit ku jawab,

pria yang dulu selalu jadi tokoh utamaku ,

pria yang menjadi bagian favorit ,

entah knpa bahkan saat ini pertanyaan ibu bagai goresan luka,

" aku tidak mampu menjawabnya ,

dan memilih diam.

" bu ,, Riri cape boleh Riri tidur dulu ? "

"ibu ku hanya mengangguk , terlihat jelas sorot kebingungan dari wajahnya

Aku yang sedang berbaring di kamar lamaku

dengan banyak kemelut di pikiran

termenung ,, tidak pernah terlintas oleh ku

akan berada di sini, dalam situasi menyedihkan ,, pulang ke rumah orang tua

tanpa anak dan suami ,,

tok tok tok " ketukan pintu membuyarkan lamunanku ,,

" Riri ayo makan " suara ibu yang tidak sabaran , menunggu ku membukakan pintu

" ya buuuu " sahut ku lalu beranjak dari kasur

di rumah orang tua ku tidak ada orang yang makan di meja makan,, biasanya kami duduk di teras belakang rumah.. sambil menikmati pemandangan pesawahan di belakang rumah

saat aku menuju dapur

ayah dan ibu ku sudah mulai makan,

aku perhatikan lagi wajah keduanya

sorot mata sayu,,, mereka sudah cukup tua

apa tega aku menambah beban pikiran mereka dengan menceritakan

perihal rumah tangga ku,,

menarik nafas dalam-dalam aku mencoba mengutarakan

" Pak , Riri mau cerita "

mendengar suara ku,, bapa ku seperti berfikir

" Riri dan mas Ari akhir - akhir ini banyak masalah "

" kamu pasti " makanya jangan keluyuran

Ari itu suami yang baik , kami jangan

cari ulah makanya " bapa ku langsung angkat bicara dengan suara ketusnya ,,

bagai lagi lagi di hantam batu besar,,

Tanggapan bapa membuat mu sadar

sebaik-baik aku beliau tidak mengenal ku dengan baik,, di matanya Mas Ari adalah menantu terbaiknya ,,

dan andai ada kerusakan dalam rumah tangga ku ,, beliau berfikir akulah dalangnya

Air mata ku tak bisa lagi ku tahan,,

sakit rasanya bahkan bapa ku sendiri tidak berfikir untuk mendengarkan dulu masalahnya , keluhannya ,

bahkan dengan mudahnya beliau

menghakimi ku ,,

Ibu ku pun bahkan tidak banyak bicara

dia lebih memilih diam ,

Luka ku semakin besar ,,

entahlah kemana lagi aku mencoba untuk

di mengerti , kemana lagi mencari perlindungan , bahkan kedua orang tua ku tidak berfikir merangkul ku,,

tidak berfikir untuk memeluk ku saat diri ini penuh kesakitan ,,

mereka menuding ku semudah itu

seolah aku tidak lebih baik dari mas Ari

seolah aku lah yang pasti pelaku dalam apapun yang terjadi di

rumah tangga ku kelak ,,

lantas aku harus kemana ?

aku seolah tak punya tempat

tak punya ruang , tak punya sosok yang

merangkul ku kali ini ,,

tangis ku menjadi saat bapa ku semakin menyudutkan ku dengan sedikit kata kasarnya

seolah aku wanita tidak bersyukur

bapa langsung memojokkan ku,, seolah tak ada cacat dari matanya tentang mas Ari,

tanpa pikir panjang aku langsung beranjak masuk ke kamar ,, merapihkan sedikit dandanan ku ,, aku berpikir untuk pulang saja

meskipun itu pilihan yang sulit ,

" Pak , bu , Riri mau pamit pulang "

ucapku sambil berpamitan ,,

mereka hanya mengangguk tanpa menjawab dengan ucapan , nampaknya

mereka sedikit bingung

di perjalanan menuju rumahku , aku bahkan bingung benarkah ini, apa benar ini yang harusnya aku lakukan??

Sampai di depan rumah ,

aku memejamkan mata,, mencoba menenangkan hati dan pikiranku,

" Assalamualaikum " salam ku,, yang langsung masuk tanpa menunggu jawaban

dari dalam rumah,,

sepertinya mas Ari tidak di rumah,,

tapi kenapa pintu tidak terkunci?

ruang tamu ku bersih sama,,

bagai tidak ada kehidupan yang berjalan ,,

keadaan rumah ku sama seperti saat ku tinggalkan tadi pagi..

saat ku periksa kamar ,

rupanya mas Ari sedang terlelap tidur

" hmmmm rupanya dia bahkan

bisa tidur nyenyak "

kenapa aku yang terasa manderita sendirian??

dia sepertinya baik-baik saja tanpa ku

dia tidak mencari ,,

tidak memikirkan ku

apa bahkan tidak ada khawatir ??

Linangan air mata di pelupuk mata sungguh tidak bisa di tahan ,

kenapa Cintaku bagai Hancur

dalam waktu singkat ,

kenapa posisiku kini seperti ini,

kesalahan apa aku di masa lalu,

kenapa aku harus mengalami ini ?

karma dari perilaku buruk mana yang sedang ku tuai ,, kenapa semuanya jadi begini?

" Cinta ku bagai pecah tanpa

aku sadari sejak kapan ?? dan kini

kepingannya melukai perasaan ku,

mengusap air mata lalu

aku memilih ke kamar sebelah,

aku leleh ,dan sepertinya aku perlu istirahat

Rasanya baru saja aku terlelap ,,

rasanya badan ku terhimpit dan ku rasakan pelukannya ,, tanpa suara dia memeluk ku erat, menciumi pundak ku dari belakang,

sungguh aku merasa sangat ingin melepaskan pelukannya ,,

namun bodohnya hati ku lebih memilih diam,

Kenapa aku selalu sebodoh ini,,

bahkan menolaknya aku tidak bisa,

bukan bukan tidak bisa,,

namun hati ku terlalu bodoh'

masih menempatkannya dalam hati paling dalam ku,, bahkan membencinya bagai angin semu , yang tidak bisa ku lakukan ,

sesakit apapun karenanya

tapi tanpanya mungkin lebih sakit lagi

dan mengingat kembali aku bahkan tidak punya pilihan,, orang tua ku pun tidak ada di pihak ku , mengingat kembali bahkan aku tidak punya siapapun yang mau menerima ku,, jika aku berfikir pergi dari Mas Ari,

semua lingkungan ku tidak pernah berfikir bahwa suamiku tidak baik,

rapotnya sangat baik di mata keluarga kami

lingkungan ,dan masyarakat tidak pernah melihatnya salah dalam hal apapun,

sungguh aku merasa paling bodoh sekarang,

sangat bodoh , bahkan aku kehilangan kepercayaan diri ku sendiri,,

seolah aku tidak punya pilihan lain selain diam , tidak ada pilihan lain selain menerima segala macam perlakuannya ,

tidak ada lagi yang mampu ku lakukan selain menerima segala macam kepahitan ini sendirian ,, sungguh rupanya selain bodoh

aku juga tidak punya kuasa ,

"sayang maaf " bisikan lembutnya

di telinga ku semakin terasa mencubit hati

dan dengan bodohnya aku hanyalah bisa menangis'

mas Ari terus memeluk ku semakin erat ,

mengusap lembut kepalaku ,,

dengan tanpa henti ucapan

maaf lagi-lagi dia ucapkan "

kenapa pria sebaik dia bisa menyakiti ku sehebat ini , kenapa harus penghianatan?

kenapa harus dengan perselingkuhan?

apa sebenarnya kekurangan mu

kenapa tidak dia katakan ,mungkin aku bisa memperbaiki diri ku ,

kenapa tidak dia keluhkan??

kenapa malah memilih menduakan ku,

apa bertahun - tahun hidup bersama ku itu membosankan?

apa cara ku dalam memperlakukannya tidak baik , apa aku kurang dalam menyikapinya

sungguh ini menyiksa batin ku,

semakin bertanya-tanya kurang ku,

semakin aku merasa sangat buruk,

Mas Ari seolah tidak membiarkan aku sedikit saja waktu berfikir ,,

" Mas " protes ku , saat ku rasakan tangan mas Ari yang malah mulai

membuka kancing bajuku ,,