Chereads / stupid girl naluri tanpa nurani / Chapter 2 - Siapa dia

Chapter 2 - Siapa dia

Runtuh tak bersisa

semua kepercayaan ku "

Duniaku rasanya hancur dalam 1 malam

Tangis ku pecah di saat melihat

isi pesan-pesan pujian

dengan untaian kata penuh kerinduan

dan cinta itu''

Dia yang ku percaya ,, yang tentangnya

selalu menjadi sumber

kepercayaan diri ku

Pria kebanggaan di keluarga ku.,

kejutan ini sangat tidak pernah terbayangkan..

Pria dengan wajah setenang itu menggoreskan Luka sesakit ini"

setelah ku baca semua pesan-pesan di ponsel itu.. aku mengembalikan lagi ponsel itu pada tempatnya''

dan dengan Air mata yang belum bisa berhenti ,, ku tatap wajah anak semata wayang ku yang sedang terlelap di pelukan Ayahnya ,, perih sekali rasanya''

mengingat kilas balik kehidupan yang kami jalani" pahit dan getir kami lalui

dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

tapi kini aku menghadapi badai ini sendirian.

lama aku terdiam dengan kecamuk pemikiran yang rasanya ingin ku teriakan ...

Adzan subuh berkumandang"

menyadarkan ku" aku sebaiknya sholat dulu.. ucapku dalam hati..

setelah itu aku menyibukkan diri di dapur

menyiapkan sarapan dan menyiapkan keperluan sekolah Reno''

pagi maj " sapaan hangat dari anakku

pagi sayang ,, sholat subuh dulu sayang''

perintah ku.. jangan lupa bangunkan

ayah mu nak " Reno mengangguk patuh'

setelah beres memasak , Reno dan mas Ari sudah rapih dan bersiap sarapan

" sayang masak apa ?? tanya mas Ari dengan suaranya yang sangat lembut "

pagi ini nasi goreng'' maaf aku

tidak masak yang lain " jawabku pelan

"tidak masalah ayo makan'

ucapnya" yang langsung duduk

di meja makan.

suasana di meja makan yang dengan candaan ringan ayah dan anak yang selalu membuat ku tersenyum kali ini tidak mampu

menghadirkan senyum..

"apa kamu sakit sayang ? mas Ari dengan tangan yang terukur menyentuh kening ku,,

tidak" ucapku cepat..

dia seperti khawatir dengan keadaan ku..

kenapa diem aja dari tadi?? itu makanan mu tidak di makan kenapa?? tanyanya mulai cerewet

belum laper mas" ucap ku malas

,, selesai sarapan mas Ari seperti biasa mengantarkan Reno ke sekolah..

"Mah Reno berangkat ya .. Reno dengan sangat semangat berpamitan"

Air mataku rasanya sudah di pelupuk mata.

melihat Reno yang begitu dekat dengan Ayahnya ,, membuat ku semakin perih..

Saat ini aku duduk di sofa ruang tamu dengan pikiran yang sangat tidak bisa ku gambarkan

dengan gusarnya menunggu mas Ari pulang dari sekolahan Reno" ku fikir ini kesempatan yang baik,, setidaknya Reno tidak perlu mendengarkan keributan apa pun"

detik jam rasanya terdengar jelas saat menunggu " terasa begitu lama..

"Assalamualaikum mah " dia muncul di balik pintu dengan senyum hangat..

tidak lupa mengecup kening ku ,, kebiasaan yang tidak pernah terlupakan saat dia datang dari mana pun"

"walaikumslm" jawab ku datar..

entahlah rasanya aku tidak bisa

menutupinya lagi ,,

" ayah " panggil ku dengan menatap matanya,

mata indah yang selama ini ku puja..

mata yang ku kira hanya aku sajalah

wanita yang dia tatap penuh kasih.,,

" Ya sayang kenapa'' dia yang langsung duduk di samping ku,, dengan raut wajah yang menunjukkan ke khawatiran ,,

kenapa" apa sayang''? dia dengan raut wajah bingung melihat tingkah ku yang tidak biasa' diam begini

perang batin dalam hati ku bergejolak..

bertanya apa mungkin suami ku

pria yang sekarang di samping ku ,tega

menduakan ku"

apa aku salah,, ? apa yang ku baca hanya

bercanda, ? apa aku terlalu berfikir buruk ??

apa jika aku tanyakan ini tidak berdampak buruk" ?? ya aku takut' takut hanya aku saja yang berlebihan ''dalam menilai isi percakapan di ponsel itu..

Nurani ku seolah tidak percaya

dengan semua pesan-pesan itu"

" heyyy sayang kenapa malah bengong"

aku dengan bibir yang masih saja rapat..

seolah bingung kata apa yang harus ku lontarkan"

apa aku tanyakan saja siapa Rania itu,,

apa perlu aku bertanya hubungan apa …

di antara mereka .. mengapa saling mengirim pesan yang sangat mesra"

Mas Ari masih saja menunggu ku menjawabnya..

Dengan hati yang penuh pertanyaan ..

dengan otak yang ingin sekali melontarkan banyak pertanyaan

" ayah selama ini"

kamu tidakkah ingin menceritakan keluhan mu tentang ku??''

apa ada sifat ku yang perlu di perbaiki?

entah pernyataan macam apa yang malah ku lontarkan.. di luar dugaan ku sendiri

dengan terkekeh lalu dia tertawa,,

Astagfirullah sayang ku pikir apa " lanjutnya

" kamu baik , istri yang baik "

ibu yang baik' dan menantu yang baik

kamu baik sayang ,,

Hem lalu apa yang kurang?

dia berfikir sejenak dan melanjutkan perkataannya..

kamu terlalu baik ,, kadang kamu sering

susah dan repot sendiri karena terlalu baik" ucapnya sambil merapihkan anak rambut ku yang berantakan"

dengan hati yang tidak karuan .. aku menarik nafas pelan,, ya silahkan kalian berpikir aku bodoh.. tapi entahlah aku berpikir untuk mencari tau dulu apa aku benar atau hanya dugaan prasangka buruk saja..

setelah mendengar jawabannya '' aku hanya mampu terdiam.. pergolakan batin ku"

sangat tidak mungkin untuk

banyak berbicara dan "

lagi,, dering ponsel mas Ari

pertanda ada panggilan masuk..

dia tidak berpindah dari tempatnya seolah tidak mendengar suara ponselnya"

" ponsel mu itu ,, ucapku yang ingin tau reaksinya .. biarkan saja " jawabnya

dia malah asik menempel di tubuh ku..

dan mulai merebahkan kepalanya di pangkuan ku,,

seperti mantra yang aku hafalkan

di pikiran ku adalah tidak

mungkin mas Ari ku..

Pria ku " mampu sejahat itu "

aku lagi-lagi berusaha

mempercayai Nurani ku

_menepis banyak kecurigaan ku..

menutup pemikiran-pemikiran yang ku rasa sungguh tidak mungkin dia lakukan"

tapi bunyi ponsel mas Ari

lagi-lagi berdering

" Mas biar aku ambilkan ponsel mu "

tawar ku " karena memang letaknya yang cukup jauh dari sofa..

"tidak perlu biar mas ambil sendiri"

dia pun terburu-buru bangun mengambil ponselnya itu

" Siapa " desak ku" aga penasaran ,, ini

anak-anak di kantor ucapnya sedikit gugup"

" kenapa tidak di angkat "?

tanya ku lagi "

dia menengok ke arah ku "

Ya ini mau di balas sayang "

dia lalu sibuk mengetik

balasan di ponselnya"

ku perhatikan raut wajahnya yang sedikit

berbeda.." seolah berfikir banyak"

" apa ada masalah " ?? lagi lagi aku bertanya

namun Mas Ari hanya

menggelengkan kepalanya"

dan masih sibuk dengan ponselnya ,,

aku yang mulai penasaran mendekatinya ..

dan mencoba melihat layar ponselnya"

mas Ari dengan cepet memasukkan

ponselnya ke saku..

"udah ayo sayang kita duduk lagi "

Mas Ari lalu menuntun ku kembali duduk di tempat semula ,,

aku yang mengingat kilasan perubahan

wajahnya dan reaksinya

mulai berfikir apa

benar itu cuma pekerja di kantor'

atau mungkin dari wanita

bernama Rania itu lagi??

apakah aku perlu bertanya saja saat ini??

aku di penuhi dengan pikiran" yang mulai

mencurigai mas Ari lagi ,,

" mas '' aku mau bertanya '' ucapku

dan kini mas Ari menatap wajah ku

menunggu pertanyaan dari ku _

aku menarik nafas dalam..

Mas siapa dia?