Chereads / Dendam Berujung Cinta / Chapter 10 - Jangan gunakan makeup!

Chapter 10 - Jangan gunakan makeup!

BRUKK!!

Hittler mendorong masuk tubuh Leonar dengan kasar. Tangan wanita itu menatap kaki meja, membuatnya meringkus kesakitan. Leonar berdiri, berusaha memberanikan diri untuk menatap wajah merah Hittler. Mata mereka berdua sempat bertemu, beradu untuk beberapa saat. Sampai pada akhirnya Leonar takut dan kembali menundukkan pandangan.

"Kemari!" kata Hittler tegas. Leonar yang tidak ingin mencari masalah pun langsung segera mendekat. Ia menuruti semua perintah yang keluar dari mulut tuannya. Tiba-tiba saja Hittler langsung merobek dress pendek yang masih Leonar kenakan. Ia merobeknya tepat di bagian punggung.

"Buang baju ini, ganti, dan segera kembali!"

'Tapi, ini satu-satunya dress pendekku,' ucapnya dalam hati.

"Cepat!!"

"Ba-baik, Tuan." Leonar pergi dari hadapan Hittler dan David. Sepanjang berjalan melewati tangga air matanya terus mengalir. Bukan karena benturan di tangannya, namun karena perlakuan Hittler yang sangat kasar!

Begitu sampai di dalam kamar Leonar langsung mengambil pakaian ganti. Kaos oblong berwarna putih dan celana panjang. Sebelum turun, Leonar mengambil dress putih yang sudah dirobek oleh Hittler. Bajunya di rumah itu tidak banyak, benar-benar sangat terbatas, dan sekarang ia harus membuang baju itu! Ya, membuangnya ke tong sampah, tidak boleh dijahit dan kembali dikenakan!

Leonar mengelap matanya, memastikan bahwa sudah tidak ada lagi air mata yang menghiasi matanya. Ia tahu apa yang akan terjadi jika Hittler melihat wajahnya basah karena menangis. Ya, pria itu benci melihat tangisan wanita, dan Leonar sudah dilarang untuk memperlihatkan air matanya saat berhadapan dengannya.

Dia segera turun, bergegas menuruni setiap anak tangga dengan cepat. Dari kejauhan ia melihat Hittler yang sedang duduk di kursi ruang tamu dengan sebatang rokok di sela-sela jarinya, dan David yang berdiri di samping tuannya.

Sedikit ragu Leonar memberikan diri untuk mendekat. Kakinya bergetar kencang, dia nampak sangat ketakutan. Sementara itu, Hittler yang melihat tubuh wanita di hadapannya bergetar kencang langsung menyipitkan mata. Wajah Hittler masih terlihat merah, emosi masih menguasai dirinya.

"Leonar, tadi kau pergi kemana?" tanya David.

"Saya... saya pergi ke sebuah toko kue, Tuan."

"Untuk apa pergi ke toko kue itu?"

"Saya pergi ke sana untuk menemui teman saya."

"Siapa dia?"

'Haaa? Kenapa tanya sampai sedetail itu?'

"Dia teman dekat saya, Tuan."

"Siapa nama wanita yang tadi menjemputmu di restoran itsuma?"

'Kenapa dia bisa tahu aku dijemput Anna di restoran itsuma? Apakah mereka benar-benar membuntutiku sejak awal aku pamit pergi?'

"Anna."

"Lebih lengkap!"

"Maryanna Martin."

Dalam hati Leonar terus memprotes apa yang sudah dilakukan David dan tuan besarnya itu! Ia merasa dua pria itu sudah melampaui batas dengan menganggu privasinya. Mengikutinya sampai sejauh itu hingga tahu apa yang sudah ia lakukan saat bersama Adolf satu jam lalu adalah hal yang tidak bisa dibenarkan. Namun pada akhirnya otaknya memberitahu bahwa yang melakukan itu adalah Hitter! Ya, Tuan Hittler yang berkuasa dan maha benar. Ia tahu, ia tak punya nyali yang cukup besar untuk melawan pria yang sedang duduk sambil merekok di hadapannya itu.

"Kemari anak pria bodoh!" hardik Hittler. Ia meletakkan rokoknya di ujung asbak. Leonar segera mendekat, kini ia berdiri tepat di hadapan Hittler.

"Duduk!!"

Tanpa rasa ragu sedikitpun, Leonar langsung duduk di lantai. Ia seperti anak kecil yang sedang meminta belas kasihan.

Hittler mengambil sesuatu di atas meja. Dengan kasar ia mengangkat dagu Leonar. Menatap wajah Leonar yang masih dibalut makeup tipis. Hittler mengelap wajah wanita itu menggunakan kain basah yang biasa digunakan untuk membersihkan meja. Tanpa belas kasihan ia terus mengelap wajah Leonar dengan kasar. Sampai akhirnya tak tersisa sedikitpun makeup di wajah Leonar.

"Sakit?"

"Tidak, Tuan," jawabnya berbohong.

Hittler melempar kain yang baru saja ia gunakan untuk memberikan makeup ke wajah Leonar. "Jangan pernah gunakan makeup lagi!"

"Jangan gunakan baju seperti tadi dan makeup saat keluar!" katanya mengatur. David yang mendengar perintah bosnya itu langsung melirik. Ia merasa aneh dengan perintah konyol yang baru saja keluar dari mulut Hittler Smith.

"Baik, Tuan."

"Kau sangat jelek saat menggunakan makeup dan baju sepeda tadi! Sangat tidak pantas jika kau berpenampilan sepeda tadi. Benar-benar menjijikkan!"

Leonar masih diam di tempat, ia membiarkan Hittler terus mencaci penampilannya, bahkan fisiknya. Tidak hanya itu, Hittler juga terus mengungkit masalah Leonardo. Membodoh-bodohkan Nardo di depan anaknya sendiri.

"Kau sakit hati, kan? Aku senang melihatmu semakin tersiksa!"

"David, lepaskan Nardo dan bawa dia kemari!"

"Baik, Tuan."

Leonar menatap kepergian David yang pergi ke ruang bawah tanah. Tidak terbayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Tuan besar di hadapannya itu bisa melakukan apa pun yang ia kehendaki. Sesak di dada Leonar benar-benar membuncah. Membuatnya semakin susah untuk menahan rasa sesak itu. Matanya sudah berkaca-kaca, ia tidak yakin jika setelah ini bisa menahan sakit.

Tidak berapa lama David kembali datang. Ia membawa Nardo dan menyerahkannya pada Hittler. Wajah Nardo nampak sangat pucat. Kedua tangannya diborgol kuat. Ia semakin pucat pasi saat Hittler meletakkan tangannya di atas bahunya. Getaran tangan Hittler terasa jelas, membuat Nardo semakin takut!

"Tu-tuan...."

"Saya mohon, jangan lukai ayah."

"Tuan boleh melukai saya sesuka hati Tuan, tapi tolong, jangan lakukan itu pada ayah saya."

BRUK!!!

Lagi-lagi Hittler menodorong tubuh orang dengan kuat! Nardo didorong dari belakang sampai tersungkur menatap goci di sudut ruangan. Sejurus kemudian ia menghampiri Leonar, menjambak rambut Leonar kuat-kuat, sampai Leonar merintih kesakitan. Saat itu juga Nardo langsung memohon supaya Hittler tidak melukai putrinya.

'Tidak, dia tidak benar-benar menangisiku!'

AGH!!

Lagi dan lagi! Hittler menjambak rambut Leonar, membiarkan Nardo semakin khawatir. Tampang Nardo terlihat sangat meyakinkan. Sampai-sampai Hittler tidak tahu mimik wajah sedih itu tidak lebih dari sebuah sandiwara.

"David, bawa dia ke ruangan dua dua!"

"Baik, Tuan." David menghampiri Leonar, dia langsung membawa Leonar pergi ke ruangan dua dua yang ada di lantai tiga. Sementara itu, Hittler berjalan mendekati Nardo. Jarak wajah mereka berdua tidak lebih dari dua jengkal. Hembusan nafas Nardo terdengar sangat jelas. Wajah takut Nardo membuat Hittler semakin senang!

"Siapa lagi anakmu selain dia?"

"Elsa dan kate, Tuan."

"Dimana mereka sekarang?"

"Emmm, Tu-tuan... em...."

"JAWAB!!"

"Me-mereka ada di rumah saya yang pertama, Tuan. Ya, mereka tinggal bersam di rumah pertama saya."

"Aku akan membawa mereka ke sini. Akan ku pastikan, esok sebelum jam enam pagi mereka sudah menjadi satu dengan kau, Nardo!"

Seketika mata Nardo langsung berlinang. Dua putri kesayangannya akan ikut terseret, dan dijadikan alat ganti rugi!

"Tuan, jangan Tuan... tolong, jangan bawa mereka ke sini. Bukankah Tuan sudah mengambil Leonar dari saya? Hukum saja dia, Tuan. Jangan ambil Kate dan Elsa."

Mendengar itu kedua mata Hittler langsung menyipit sempura. Merasa aneh dengan permohonan yang baru saja diucapkan Leonardo.